Jika akhir Desember 2020 adalah Jumat, maka awal Januari 2021 ini rasanya, kayak Senin aja.
Resolusi? Resolusi apa?
2020 sudah begitu, boro2 nambah susah 2021 dengan resolusi.
Setuju.
Makanya yang saya mau ajak ini lebih ke ide. Sebutnya ide aja.
Ada dua.
Satu.
Tahun ini, perbesar kapasitasmu,
dan bukan melulu bermimpi/berharap tentang goal2/target2.
Saya pernah tulis tentang ini. Jika keahlianmu, kekuatanmu, kepemimpinanmu, kesabaranmu, belas kasihmu, semuanya saya rangkum jadi satu kata ‘kapasitas’ - yaitu kemampuan kamu menerima-mengelola-menanggung perkara-perkara yang lebih besar, maka perbesarlah kapasitasmu.
Di 2021 jangan pikirkan ‘kapan ya aku bisa anu, beli anu, jadi anu’. Jangan terlalu banyak mendongak melihat bintang, tapi nunduk kerjakan sebaik2nya yang ada di tangan.
Hidup bukan tentang rejeki, yang dengan melimpah disediakan, tapi tentang mangkok yang kamu bawa.
Perbesar mangkok kamu.
Dua.
Jika tahun2 sebelumnya yang jadi fokus selalu membantu diri sendiri, tahun ini, fokuslah membantu orang lain.
“If you wanna be happy, choose one person each day, and say to yourself, ‘Help this person.’”
Saya selalu melatih diri menghidupi kutipan ini.
Ganti gumam di kepala, dari selalu “Lah gua gimana?” jadi, “Gimana ya gw bisa bantu dia? Dan dia? Dan dia?”
(Selalu/melulu) memikirkan diri sendiri punya efek samping buruk: Kita merasa kita spesial dan masalah kita adalah satu2nya masalah di dunia. Dunia jadi tidak adil, keadaan buruk seperti membuntuti kita, kesialan seperti tau kita ada di mana.
(Tulus) membantu orang lain, membuat hati bersih, membuat kita berempati, membuat kita bersyukur, dan yang paling penting:
Tulus membantu orang lain membuat kita berharga.
Di karir, di pertemanan, di keluarga. Karyamu, relasimu, dan bahagia jiwamu, penuh dengan orang2 yang menghargai kamu tinggi, karena ternyata, kamu jarang memikirkan diri sendiri, tapi malah memberikan nilai buat banyak orang yang bersentuhan denganmu.
Tahun ini, perbesar kapasitasmu, dan seiring kamu semakin kuat, gunakan kekuatanmu untuk membantu (banyak) orang lain.
Aku janji tak terasa, tiba-tiba pasti sudah Jumat lagi aja.
😋😉😜
Semoga dua ide sederhana ini, bisa jadi pertimbangamu bagaimana menjalani 2021. Terima kasih sudah membaca teman2 🙏
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Perbanyak magang, kegiatan komunitas. Dtgin acara2 gratis dgn kegiatan yg kamu suka. Tawarkan waktu dan tenaga. Bljr bgmn hal2 berputar dan bagaimana kamu bisa berkontribusi.
Satu hal kecil akan menuju ke hal kecil lain, bertumpuk jadi 'pengalaman'.
Sudah ga cocok dunia ini kalau kamu sekolah hanya untuk ijazah lalu berharap bisa dapat kerja :)
Sebetulnya di saat yang sama, internet, sosial media, membuka kesempatan tidak terbatas untuk belajar, menumpuk pengalaman. Komunitas tak terhingga, semua dengan tangan terbuka.
Belajar dari muda untuk tidak melihat segala sesuatu transaksional: "Males gue kaga ada duitnya..."
Pengalaman 'kaga ada duitnya' ini justru membantu kamu membentuk kompas hidup kamu, menentukan persimpangan2 hidup kamu, terutama ketika kamu beranjak dewasa+memulai karir.
Saya juga sejak beberapa tahun lalu bersih2 sosial media saya 🙂 Dituduh hidup dalam bubble, tapi harus diingat bahwa sosial media bukanlah kehidupan nyata.
Perbanyak empati, pengertian, kontribusi, berteman dan bicara tatap muka bertemu mata.
Semua 'kata2 bijak' saya juga dapet dari orang-orang di sekitar saya. Sudah saya coba jalanin dan membantu saya.
Saya melihat bnyk orang patah arang/putus aja/penuh amarah, hanya karena tidak pernah melihat masalah mereka dari sudut pandang baru aja. I try to offer perspective.
Dan pikiran lebih bisa menerima keadaan - ketika tidak ada pilihan lain. Keluarga, pasangan, anak.
Pernikahan bahagia justru dimulai dari komitmen: Ga ada pilihan lain. This is it :)
Semodern2nya pikiran gw tentang banyak hal - gw percaya banget lembaga pernikahan :) Nikah, berdua, berkeluarga sampai mati. (Banyak yg bilang menikah itu kuno soalnya - manusia tidak untuk diikat dengan satu orang aja katanya).
COVID-19 punya variasi gejala. Studi terbaru di Iceland: separuh org positif nggak berasa apa2.
Tes positif bukan akhir dunia, bahkan persentase besar bisa pulih sendiri di rumah, menjaga diri supaya ga menularkan, sehingga ga menuhin rumah sakit yg penuh dgn mereka yg kritis.
Artikel Bloomberg:
"Iceland, which says it’s tested a higher proportion of inhabitants than any other country, found that about half those who tested positive have no symptoms of Covid-19."
Anjas gw ngeri sekarang kalau post video. But it's necessary. Kalau nggak dikasih pengertian, seluruh sistem kesehatan akan ambruk karena orang berbondong2 datang.
Chat pagi ini dgn seorang sahabat. Beliau pemimpin proyek ratusan org upahan harian.
Bnyk pemimpin harus buat keputusan sulit dan berat. Banyak kita yg harus kerja untuk upah harian kita.
Di masa2 ini: Perbesar empati.
(baca threadnya ya - saya mau bagikan sesuatu yg penting)
Perbesar empati:
- Walau kamu berkecukupan, hidup secukupnya. Jangan panic buying yg buat harga naik. Cukup buat semua kok.
- Kalau kamu bayar2an gojek+tukang parkir+tukang rujak kasih tips lebihan.
- Punya uang lebih, coba transfer2in ke org sekitar yg kamu tau pasti butuh
- Jangan panic buying yang buat harga naik. Seberapapun kelas menengahnya kamu, makan nasi sama telor ceplok juga udah cukup kan? Ubah dulu gaya hidup kamu. Secukupnya dulu. Stok pangan itu banyak, jangan diganggu distribusinya dengan panic buying.