Selain Kristen Gray, yang meresahkan lagi adalah beredarnya pesan berantai di media sosial dan WAG tentang vaksinasi @jokowi yang dianggap gagal dan harus diulang. Pertanyaan ini diajukan terus oleh jurnalis kepada saya, entah kenapa. Biar clear, berikut jawaban saya:
Duduk persoalan isu ini dimulai dari pesan seorang dokter di Cirebon yang menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot) sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).
Menurut dokter itu, vaksin yang diterima @jokowi tidak menembus otot, karena tidak 90 derajat. Sehingga, dianggapnya, vaksin tersebut tidak masuk ke dalam darah, dan hanya sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan). Apakah benar?
Jawabannya tidak benar. Sebab, menyuntik itu tidak harus selalu tegak lurus dengan cara intramuskular. Itu pemahaman lama alias usang dan jelas sekali kepustakaannya. Bisa Anda lihat di penelitian berjudul "Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat”.
Penelitian itu ditulis oleh DL Katsma dan R Katsma, yang diterbitkan di National Library of Medicine pada edisi Januari-Februari 2000. Intinya, persyaratan sudut 90 derajat untuk injeksi intramuskular itu tidak realistis.
Pasalnya, trigonometri menunjukkan, suntikan yang diberikan pada 72 derajat, hasilnya itu mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90. Artinya, apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib sudah benar. Tidak diragukan.
Pertanyaan selanjutnya, apakah ada risiko terjadi Antibody Dependent Enhancement (ADE), kondisi di mana virus mati yang ada di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain dan menyebabkan masalah kesehatan?
Jawabannya: kan tidak terbukti di uji klinis satu, dua dan tiga bahwa ADE itu terjadi pada vaksin Sinovac. Dulu pernah diduga terjadi pada vaksin demam berdarah. Saya enggak tahu bagaimana perkembangannya lagi. Silakan dicek.
Lebih jauh lagi. Apakah tubuh kurus dan tidak punya pengaruh dengan ukuran jarum suntik? Ya kalau obesitas berlebihan tentu jaringan lemaknya banyak. Jadi untuk masuk ke otot jadi lebih sulit. Dokter yang nantinya bisa menilai ukuran jarum suntik itu ketika akan divaksin.
Terima kasih. Semoga bermanfaat. Promosikan hal yang baik. Jangan ajak-ajak untuk yang tidak bermanfaat, apalagi sedang pandemi. Betul @kristentootie?

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Prof. Zubairi Djoerban

Prof. Zubairi Djoerban Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ProfesorZubairi

17 Jan
Selamat pagi. Mari kampanyekan pose dua jari, telunjuk dan tengah, membentuk huruf V, yang melambangkan victory atau kemenangan seperti yang dilakukan @ridwankamil dan tokoh lainnya--ketika selesai divaksin. Kampanye V ini adalah sebuah ikhtiar kita untuk melawan Covid-19.
Tokoh seperti Winston Churchill, Harry Truman, Dwight Eisenhower, hingga Richard Nixon tercatat juga pernah berpose jari V, sebagai simbol kemenangan. Termasuk pemimpin Palestina, Yasser Arafat.
Saya sarankan jangan pose V terbalik (telapak tangan menghadap ke pemberi isyarat), karena itu bisa dipersepsikan menjadi penghinaan di beberapa negara. Tapi jangan juga terlalu dekat kamera. Kenapa?
Read 5 tweets
16 Jan
Alerta. Jumlah kasus positif tambah 14.224. Kembali kita cetak rekor. Pesan saya, jangan takut menjadi Amanda Nnadi, mantan ratu kecantikan Nigeria, yang nomor ponselnya diblok--karena menolak pergi ke pesta--oleh temannya. Sikap Amanda jempol. Sebab pandemi memang belum usai.
Saya bukan psikolog. Tapi sangat tahu manusia adalah makhluk sosial yang punya kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Seperti bertemu langsung, bercerita atau sekadar jalan-jalan bersama. Yang pasti, penolakan Amanda itu jelas bikin sungkan pertemanan. Benar?
Tapi ada ucapan menarik dari Nnadi. Dia bilang, terkadang Tuhan “menyingkirkan” beberapa orang dari hidup Anda tanpa alasan yang tidak Anda tahu. Tapi dalam jangka panjang, semuanya akan terasa masuk akal.
Read 4 tweets
4 Jan
Saya mau bicara soal angka kematian di Indonesia yang mencapai 22.138 jiwa. Apa yang terjadi? Apakah ini masalah provinsi kaya atau miskin? Masalah keberadaan rumah sakit tipe A? Atau ketersediaan tenaga medis? Ini ulasannya:
Ada yang bilang angka kematian di Jakarta relatif lebih rendah ketimbang provinsi lain karena Jakarta itu provinsi kaya. Saya kira tak ada hubungannya. Memang, rumah sakit tipe A itu banyak dan lengkap di Jakarta. Misalnya, RSCM, RS Persahabatan atau RSPI Sulianti Saroso.
Faktanya, pasien Covid-19 yang dirawat di Jakarta juga banyak. Tapi kenapa angka kematiannya relatif rendah? Ya, berarti, ini adalah soal kesigapan provinsi dan rumah sakit dalam menyikapi Covid-19. Salah satu yang krusial adalah tentang obat-obatan.
Read 12 tweets
3 Jan
Sebelum riuh. Ada berita yang menyatakan: 240 orang Israel terinfeksi Covid-19 beberapa hari setelah divaksinasi Pfizer. Pertanyaannya, apakah vaksin Pfizer dapat menularkan virus korona? Tentu tidak. Tak ada kemungkinan seseorang terinfeksi Covid-19 karena disuntik vaksin.
Kenapa? Karena vaksin Pfizer bukan dibuat dari virus korona. Mereka pakai teknik mRNA, yaitu kandungan kode genetik protein yang melatih sistem imun tubuh mengenali virus. Teknik ini juga membentuk antibodi jika sewaktu-waktu virus itu datang menginfeksi. Itu yang saya tahu.
Untuk diketahui. Proses kekebalan terhadap virus itu baru meningkat sekitar 8-10 hari setelah suntikan pertama. Sekitar 50 persen. Itulah mengapa dosis kedua vaksin jadi penting, karena akan memperkuat sistem kekebalan terhadap virus di atas 90 persen. Ini bicara Pfizer ya.
Read 5 tweets
2 Jan
Banyak sekali yang bertanya soal ini kepada saya. Begini. Para ahli, yang saya tahu, meyakini bahwa penyintas Covid-19 itu masih perlu divaksin. Pasalnya perlindungan vaksin bisa jadi lebih tahan lama ketimbang perlindungan yang didapat dari infeksi alami. (...)
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat punya standar mengenai ini. Mereka menyatakan jika penyintas Covid-19 itu memang akan punya antibodi. Tapi, sebagian besar antibodi ini akan bertahan kira-kira 90 hari.
Sehingga, yang baru saja terinfeksi dan sembuh, bisa saja menunda vaksinasinya hingga 90 hari—ketika antibodi itu “sudah hilang”. Namun, CDC Amerika tetap menganjurkan penyintas Covid-19 untuk vaksinasi dan tidak perlu melakukan tes antibodi terlebih dahulu.
Read 4 tweets
19 Dec 20
Sudah pasti sekolah tatap muka akan dimulai per Januari 2021. Ini beberapa catatan saya untuk mencegah penularan virus korona, penyebab penyakit Covid-19, di sekolah:
Siswa, guru dan staf selalu memakai masker. Kecuali untuk anak di bawah dua tahun, karena bisa membuat mereka sulit napas dan meningkatkan risiko tersedak. Pihak CDC Amerika juga menyatakan anak di bawah usia dua tahun tidak boleh memakai masker kain.
Jaga jarak 1,5 meter. Penelitian menunjukkan bahwa dengan jaga jarak 1 meter, risiko penularan virus turun hingga 82 persen. Dan, tiap meter yang ditambahkan, membuat perlindungan diri dari virus menjadi berlipat ganda.
Read 8 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!