Siap, lugas, pintar dan sangat mengerti kemana institusi Kepolisian pada era modern ini harus bergerak, sepertinya terpampang sangat jelas pada cara sosok ini.
Paling tidak, ini terlihat dengan sangat jelas dari banyaknya pujian anggota Komisi III DPR RI ketika Calon tunggal Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo memaparkan makalahnya yang berjudul
"Transformasi Menuju Polri Yang Presisi" pada uji kepatutan atau fit and proper test Rabu 20 Januari 2021.
.
.
PRESISI adalah singkatan Prediktif, ResponSibilitas dan TransparanSi.
"Ra nggumun" sebagai pujian setinggi langit anggota komisi III datang dari Fraksi Golkar Supriansa yang berkata "ini makalah terbaik sepanjang zaman ini. Sempurna!!". Dia Golkar sekaligus partai koalisi pemerintah. Ga aneh.
Menjadi sangat menarik ketika Anggota Komisi III Fraksi PKS Dimyati Natakusumah juga memujinya. "Ini luar biasa, Pak, saya kasih nilai 9. Makalah yang sangat bagus dan saya sangat senang membacanya," ujarnya.
Demikian pula ketika Fraksi PAN Sarifuddin Suding turut memuji :
"Saya sampai dua kali membaca. Ini betul-betul kajian ilmiah sebenarnya. Banyak filsafat yang terkandung di dalamnya, kajian ilmu ontologinya ada, epistemologi dan aksiologinya" kata Suding.
Bukan hanya Golkar, PKS dan PAN, Fraksi Gerindra pun memuji makalah Komjen Listyo Sigit Prabowo.
Anggota Komisi III Fraksi Gerindra, Wihadi, menyebut proses uji kepatutan Komjen Listyo Sigit Prabowo bisa berjalan lancar.
Bagaimana dengan Nasdem?
"Ini pertama kalinya ada seorang calon Kapolri yang saya lihat sangat siap untuk posisi ini. Beliau sudah punya konsep yang matang dan komprehensif, dan dilakukan dengan pendekatan yang multidimensional,
sehingga Polri di sisi lain bisa tegas tapi juga bisa humanis ke semua kalangan," kata Sahroni dari Fraksi Nasdem.
.
.
Ga salah pak Jokowi menjagokannya. Bukan hanya diterima, Komjen Listyo bahkan sangat dipuji oleh mereka yang yang kemarin sempat kita khawatirkan akan menolak.
Ketika sikap toleran menjauh dari cara kita hidup, radikal sebagai akibat cara kita berpikir mendekat dalam dekat jangkauan menggoda. Selalu bertaut dalam gerak seirama. Di sana ada korelasi tak dapat dihindar.
Rasa tak suka-ku, menuntut tindakan kongkrit. Bukan sekedar alenia dalam kalimat dan narasi sebagai tanda.
Hantam! Pukul! Musnahkan! Dan lalu chaos terjadi sebagai akibat.
Dalam kekacauan, pikiran jernih bukan pilihan. Refleks sebagai reaksi, jauh lebih mudah terjadi & nalar kita tak bertanya lagi tentang pantas atau tidak.
Dalam kacau kita bersama, selalu tercipta peluang bagi "liyan" (pihak ke 3).
Bukan SBY tak pandai lantas kita memuji banyak langkah strategis Jokowi dengan sebutan pintar yang telah membuat negeri ini bergerak pada langkah benar.
UU No 4 tahun 2009 tentang batubara dan mineral bumi yang menjadi acuan langkah Jokowi dan kemudian sukses adalah peraturan yang dibuat pada era SBY. SBY telah memberi peninggalan UU baik dan Jokowi sebagai penerus, melihat dan melaksanakannya.
UU itu memerintahkan negara untuk tidak menjual mineral bumi secara gelondongan atau mentah, atau apa adanya. Harus ada nilai tambah. Harus ada unsur diolah terlebih dahulu sehingga memiliki nilai lebih dan keuntungan pun dapat lebih maksimal.
KILAU TONGKAT KOMANDO SANG JENDRAL
.
.
.
Untuk Pembaca Yang Tabah
.
.
Orang-orang besar mulut itu kini mulai terhempas pada pinggiran jurang dalam dan tak berujung. Tanpa daya, mereka terpojok dan menunggu ajal.
Adakah tangan asing akan meraihnya, pertunjukan lebih dramatis sepertinya sangat mungkin terjadi. Moment sempurna, sedang ditunggu.
Itulah alasan kenapa Jendral Listyo Sigit Prabowo harus menjadi Kapolri.
Disamping prestasinya yang hebat, dia adalah orang paling mengerti bahasa Presiden Jokowi. Bukan hanya verbal, gesture hingga gimmick Presiden dimengertinya.
Kecepatan eksekusi dari perintah Presiden akan berjalan sangat efisien adalah akibat logis atas lancarnya komunikasi.
Pak Mahfud ngetuit tentang Calon Kapolri yang lagi ramai dibicarakan netizen dengan ilustrasi tebak-tebak buah nangka alias spekulasi.
"Belum ada yang tahu siapa calon Kapolri kita sebab Presiden masih mempertimbamgkan secara seksama siapa paling tepat untuk jabatan tersebut." Demikian bunyi sambungan dari cuitan beliau.
Spekulasi memang menjadi ramai karena ada Komjen Listyo Sigit Prabowo dengan segala kurang lebihnya.
Namun bila kita mencermati kebiasaan Pak Mahfud, ini semacam kode. Ini semacam clue yang dapat dirunut dari benerapa petunjuk sebelumnya.
KOMJEN LISTYO SIGIT PRABOWO KAPOLRI?
.
.
.
Ketika ditunjuk sebagai Kabareskrim di tahun 2019, tanda-tanda bahwa Komjen Listyo Sigit akan menduduki Trunojoyo 1 semakin tampak jelas. Alasan utamanya adlh, Presiden sang pemilik prerogative sangat dekat dgn mantan Kapolda Banten ini.
.Sangat dekat, kenal dengan sangat baik, dan tentu saja prestasi pernah dia capai adalah modal positif tak banyak dimiliki oleh para pesaingnya.
Menangkap Joko Tjandra buron kakap tahunan itu mungkin dapat dijadikan salah satu rujukan dia berpreatasi.
Namun alasan itu tak sehebat pengaruh dari rasa nyaman Presiden karena mengenal Listyo dgn baik.
Ini posisi sangat penting bagi Presiden. Posisi sangat vital keberadaan dukungan aparat pada orang nomor 1 di Indonesia tersebut maka prerogative melekat pada jabatan Presiden.
VAKSIN? SIAPA TAKUT..!!
.
.
.
.
Dulu, vaksinasi dapat diterjemahkan dengan sederhana yakni, memasukkan virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh sehingga sel-sel dalam tubuh kita, secara alami melawan dengan munculnya antibodi.
Presiden Jokowi memastikan bahwa Indonesia telah memesan 329,5 juta dosis vaksin Covid-19 dari sejumlah perusahaan internasional.
Katanya, vaksinasi Covid-19 akan dimulai minggu depan, dan sebagai orang nomor satu negeri ini, beliau siap disuntik sebagai orang pertama yakni 13 Januari 2021 nanti.
Sejak Minggu (3/1) pemerintah telah mulai mendistribusikan vaksin ke seluruh provinsi di Tanah Air.