Setahun lalu, saat Menkes Terawan menyepelekan korona dan Menhub BKS mengatakan makan nasi kucing membuat kebal, dan Menko Airlangga mengatakan korona sulit masuk karena izin sulit, saya menulis bahwa yg kita hadapi adalah musuh terkuat: jangan sepelekan! kompas.id/baca/ilmiah-po…
Kenapa musuh terkuat? Manusia telah menjelajah nyaris ke seluruh di penjuru Bumi dan berpikir telah menguasai semua hal-hal liar. Namun, virus adalah musuh paling berbahaya yang semakin bervariasi dan terus bermutasi seiring dg makin banyaknya alam liar yg kita ekstraksi.
Lebih dari 30 patogen manusia baru telah terdeteksi dalam tiga dekade terakhir, 75 persen darinya awalnya berasal dari hewan, termasuk di antaranya virus paling mematikan seperti ebola dan HIV.
Lompatan virus binatang ke manusia yang kian marak terjadi seiring dengan masifnya ekstraksi alam liar. Hutan-hutan yang dulu menjadi rumah bagi para predator terkuat yang dihindari, nyaris tak ada lagi yang perawan. Demikian juga lautan. Mereka yang tersembunyi menjadi manifest.
Kita memang berhasil menyingkirkan para predator yang dulu ditakuti, serta aneka binatang pesaing dalam rantai makanan. Sebagian fauna itu telah punah, lainnya dikumpulkan di kebun binatang dan menjadi tontotan anak-anak.
Doroty H. Crawford, profesor mikrobiologi dari Universias Edinburg, Inggris dalam bukunya The Invisible Enemy: A Natural History of Viruses (2002) menggambarkan, virus biologis serupa dengan virus komputer, yaitu sepotong kode, serangkaian huruf dan angka.
Selama dia tidak ada di dalam sistem operasi komputer, kode itu tidak berbahaya dan abstrak. Namun, begitu berada di komputer, ia bisa mengakuisisinya, mereproduksi diri dan menyebar ke komputer lain.
Jadi, di luar sel hidup, virus biologis tidak lebih dari sepotong informasi, asam nukleat dalam amplop protein. Sepanjang keberadaannya, virus bertujuan masuk ke dalam sel, menggunakan fasilitas sel untuk mereproduksi dirinya sendiri, dan kemudian menyebar ke inang berikutnya.
Contohnya, virus rabies, begitu berada di inang baru, dia akan memasuki ujung saraf lokal hingga menuju otak. Begitu mencapai otak, dia memicu ensefalitis, membuat hewan atau orang yang terinfeksi menjadi seperti gila, dan seringkali menggigit untuk menularkan virus rabies.
Selain kemampuannya untuk membajak inangnya, salah satu karakter berbahaya virus sebagai predator ulung adalah kemampuanya berevolusi. Berbeda dengan organisme lain, terutama manusia, kecepatan evolusi virus jauh lebih cepat karena dipicu tingginya tingkat mutasi.
Mutasi cepat ini merupakan salah satu siasat mereka menghindari sergapan sistem kekebalan tubuh inang ataupun obat-obatan. Dengan mutasi cepat ini, rasanya tidak mustahil, suatu ketika nanti bakal muncul SARS-CoV-2 dg kemampuan lebih canggih seperti mulai munculnya varian2 baru
Kalau kita mau menang melawan virus yang terus bermutasi, kita juga harus mengubah diri. Masalahnya mutasi biologis kita lebih lambat. Maka, yang bisa dilakukan mengubah perilaku: pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. Bagi pejabat: berhentilah membuat kerusakan dan berbohong!

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Ahmad Arif

Ahmad Arif Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @aik_arif

3 Jul
Saya pernah melihat ribuan jenazah di jalanan ketika tiba di Aceh hari kedua setelah tsunami 2004. Juga sederet bencana lain, termasuk tsunami Tohoku, sehari setelahnya sudah di sana saat itu org2 diliputi cemas radiasi Fukushima. Tp pandemi ini lebih menggetarkan jiwa.
Tsunami memang mematikan, pun gempa bumi. Tapi, momennya cenderung seketika. Tetapi, teror pandemi ini berkepanjangan. Satu persatu melihat kawan dan saudara berguguran, akankah kita bertahan? Sedihnya, tragedi ini sebenarnya bisa dikurangi risikonya jk sejak awal tdk abai.
6 Januari 2020, tulisan pertama saya soal penyakit pernafasan baru di Wuhan. Mulai baca-baca lagi ttg SARS, MERS, dll. Menjadi khawatir ketika negara-negara lain mulai waspada dan menutup perbatasan, tetapi kita justru buka lebar dan promo wisata. kompas.id/baca/kesehatan…
Read 6 tweets
3 Jul
Alert! Laporan dari tekan nakes di RS Sardjito... oksigen di RS Sardjito sekitar jam 6 nanti kemungkinan besar habis...kalau tidak ada pasokan segera! @LaporCovid @KemenkesRI
Saat ini ada setidaknya 20 pasien dg ventilator di RS Sardjito. Kalau pasokan oksigen terhenti … bisa dibayangkan dampaknya.
Infonya baru mau jalan jam 20.00 WIB dr Kendal, Jawa Tengah. Semoga bsia cepat datang. Beberapa pasien kritis dan meninggal…
Read 5 tweets
1 Jul
Ketika Bali target vaksinnya ke masyarakat sudah melebihi tatget, di Papua hingga Aceh masih ada ribuan nakes belum divaksin. Prioritas vaksin mesti didasarkan pd aspek keselamatan dan kesehatan, bukan ekonomi/wisata. kompas.id/baca/humaniora…
Perlu dipercepat vaksin utk nakes di Aceh, Papua, dll Image
Sebaliknya Bali paling masyarakat (non-nakes) sudah sangat tinggi cakupan vaksinnya. Disusul Kepri. Mengejar wisata? Masalahnya, ini jadi timpang, apalagi nakes dan lansia yg lebih rentan masih banyak belum vaksin. Image
Read 4 tweets
20 Jun
Biaya yg mesti dibayar negara utk menopang warga jika mau lockdown tahun lalu, mestinya lebih kecil dibandingkan yg harus dikeluarkan utk merawat ratusan ribu pasien selama hampir 1,5 tahun ini. Belum lagi hilang nyawa yg tak ternilai. Kualitas pemimpin teruji selama krisis.
Sejak tahun lalu, saat kasus belum sebesar sekarang, banyak sarankan kita lockdown. Negara lain, msl China, NZ, Ausi, dan Eropa yg kini gelar Piala Eropa itu jg lockdown—disusul dg vaksin. Tp pertimbangan “ekonomi” membuat pilihan lockdown diharamkan. cnbcindonesia.com/news/202004041…
Strategi lain seperti AS atau Israel buru2 vaksin. Masalahya kita bukan produsen vaksin. Pilihan pun terbatas. Vaksin bulan ini yg mestinya 1 jt per dosis per hari, pun baru bisa 100-200 rban per hari. Apa yg kita punya sekarang? Prokes? Banyak yg nggak percaya Covid-19. Berat
Read 7 tweets
20 Jun
Seharian mencoba mencarikan RS untuk teman kantor dan beberapa yang lain yg positif Covid-19. Penuh semua. Maaf jangan lagi sodorin link ini ya… yankes.kemkes.go.id/app/siranap/ beneran nggak sesuai dengan kenyataannya lagi.
Setuju sih Covid-19 harus distop dulu… lalu gimana nih? Bapak @jokowi punya informasi RS yg masih kosong di Jabodetabek di mana ya?
Menanti godot utk dihubungi Satgas bakal ada RS kosong @DiahSaminarsih @__Sridiana_3va
Read 4 tweets
20 Jun
Tulisan awal Mei lalu, saat India dipuncak tragedi. Dan sepertinya hal itu bakal tak terelakkan terjadi di Indonesia. Polanya mirip dengan pandemi 1918, India dan Indonesia termasuk yg paling tinggi korbannya, terutama saat gelombang kedua. kompas.id/baca/ilmu-peng…
Ada kemiripan perilaku masyarakatnya dan inkonsistensi kebijakan di dua negara ini dalam menangani pandemi, yg sepertinya tidak banyak berubah sejak se abad lalu. Beberapa jargon dan mis-informasinya pun mirip-mirip. Bedanya dulu penguasanya kolonial Belanda, saat ini …
Daerah terdampak parah di Indonesia saat ini juga mirip dg saat flu spanyol 1918. Laporan Chandra (2013), kematian akibat flu Spanyol di Jawa dan Madura 4,26-4,37 juta. Madura kehilangan populasi paling banyak, yaitu 23,71 persen. Mas @ravandolie ini lebih lengkap catatannya.
Read 7 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(