Indonesia membutuhkan remaja yg produktif, kreatif & kreatif untuk kemajuan bangsa. Ini bisa tercapai apabila mereka sehat. Untuk itu perkembangan remaja harus terstimulasi baik dgn memperhatikan konsumsi kebutuhan tubuh.
Saat ini lndonesia masih dihadapkan pada beban ganda masalah gizi yaitu masih tingginya prevalensi stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro terutama anemia yang masih menjadi tantangan besar.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi anemia pada remaja sebesar 32o/o, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.
#Healthies, selama kurang lebih 10 hari program vaksinasi COVID-19 berjalan, para ahli melaporkan belum menemukan efek samping atau KIPI yg serius, termasuk munculnya reaksi anafilaktik.
Hanya ditemukan reaksi ringan dan mudah diatasi seperti mengantuk, nyeri otot maupun lemas.
Reaksi anafilaktik adalah syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat.
Syok Anafilaktik membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat. Untuk itu fasilitas pelayanan kesehatan harus selalu siap mengantisipasi kemungkinan kejadian tersebut.
Reaksi anafilaktik pasti terjadi pada penyuntikan vaksinasi skala besar meskipun kejadiannya sangat jarang. Dari 1 juta dosis, terjadi sebanyak 1 atau 2 kasus.
Reaksi ini bisa terjadi tidak hanya disebabkan vaksin, tapi bisa jg karena antibiotik, kacang, nasi, maupun zat kimia
#Healthies pasti bertanya tanya kenapa orang yang sudah divaksin kok malah positif COVID-19?
Ingat #healthies, Vaksin COVID-19 membutuhkan dua kali dosis penyuntikan, dan butuh waktu satu bulan untuk menciptakan kekebalan yang efektif bagi tubuh.
Suntikan pertama ditujukan memicu respons kekebalan awal. Suntikan kedua untuk menguatkan respons imun yg terbentuk
Saat seseorang dinyatakan positif setelah vaksinasi, itu artinya saat divaksinasi seseorang tersebut sudah terpapar/terinfeksi COVID-19 & sedang dlm masa inkubasi.
Vaksin COVID-19 Sinovac telah teruji keamanan, mutu, khasiat dan kehalalannya. Vaksin ini dikembangkan menggunakan metode inactivated vaccine, yang telah terbukti aman, tidak menyebabkan infeksi serius serta hampir tidak mungkin menyebabkan seseorang terinfeksi.
Per tanggal 23 Januari pukul 13.00 WIB, jumlah tenaga kesehatan yang telah mengakses untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 mencapai 172.901 orang di 13.525 fasilitas pelayanan kesehatan di 92 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Dari sejumlah tersebut dilaporkan sekitar 27 ribu tenaga kesehatan tidak bisa divaksin karena dibatalkan ataupun ditunda karena sejumlah alasan di antaranya merupakan penyintas COVID-19, memiliki penyakit bawaan dan sedang dalam keadaan hamil maupun menyusui.
Pemerintah mencatat, hingga tanggal 22 Januari pukul 13.00 WIB jumlah tenaga kesehatan yang telah divaksinasi COVID-19 mencapai 132 ribu orang atau 22% dari total 598.483 tenaga kesehatan.
Jumlah tersebut berasal dari 13.525 fasyankes di 92 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Pada tahap awal vaksinasi COVID-19 pemerintah sudah menyebarkan undangan kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan vaksinasi bagi 598.483 tenaga kesehatan dari target sebanyak 1,4 juta.
Sementara sisanya, sebanyak 888.282 tenaga kesehatan sudah mulai diberikan undangan di tanggal 21 Januari 2021. Kelompok ini masuk dalam tahap kedua vaksinasi COVID-19.