Sayyidina Umar bin Khattab usul kpd Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq supaya pejabat² yg berislam sblm Fathu Mekkah diberi 'gaji' lbh dibanding pejabat² yg berislam psca Fathu Mekkah sbg penghargaan atas perjuangan mereka dl. Jg berdasar surat al-Hadid 10.
Kokoh sekali usul beliau.
Namun Khalifah tk setuju, ttp memberlakukan gaji setara, dgn dasar apresiasi adil kpd semuanya.
Sayyidina Umar nerima saja atas putusan itu. Kelak, saat menjabat khalifah, beliau menerapkan kebijakan baru yg sesuai usulannya dl itu.
Santuy, ya. Keren dlm ikhtilaf.😍
Msh di era kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar usul agar separuh harta Mu'adz bin Jabal diambil buat baitul mal. Jd harta Mu'adz banyak betul.
Khalifah Abu Bakar tk setuju krn memandang harta Mu'adz adlah harta yg sah walau banyak banget.
Agak kesal,Sayyidina Umar mendatangi Mu'adz dan 'menuntutnya' sadar ikhlas tuk nginfakkan separuh hartanya. Mu'adz menolak. Pergilah Sayyidina Umar dgn agak gusar.
Esok harinya, Mu'adz mendatangi Sayyidina Umar dan berkisah ttg mimpinya semalam.
Muadz mimpi tenggelam di sungai yg banjir, dan Sayyidina Umar lah yg muncul menyelamatkannya. Mu'adz jg memyerahkan separuh hartanya sbg infak ke baitul mal.
Inilah dasar perkataan Mu'adz: "Kalaulah tdk ada Umar, celakalah Mu'adz...."
Kekayaan Mu'adz kalah telak dibanding harta Abdurrahman bin 'Auf, Zubair bin Awwam, Sayyidina Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Saad bin Abi Waqash.
Inilah sanad ilmu kaya, lho. Sah, kuikuti.
Yg tdk ada sanad ilmunya ialah tdk kaya ning sombong tur dengkian. 😁
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Al-Hujurat ayat 3 merupakan "jalan tol" untuk mendpatkan karunia hati yg takwa langsung dr sisi Allah Swt. Bagai ilmu wiratsah, diwariskan, atau hilmun, dzauq/rohani. Jk hati tlh dicetak takwa langsung olehNya, betapa enak dan mulusnya ia.
Ada syaratnya:
"merendahkan/merundukkan suaranya di hadapan Kanjeng Rasul Saw".
Dl, asbab nuzul ayat ini terkait sahabat Tsabit bin Qais. Kini, buat kita, cara "merendahkan suara" ilustrasikan dgn "jatuh cinta".
Kpd orang yg kau cintai, pastilah kau akan mendengarkannya, menerimanya, merelakan, mengutamakan, memghormatinya. Bahkan jikapun ada hal² padanya yg "kurang ayem" di hatimu.
Tdk pantas kau bilang cinta tp menyangkal dan menolaknya.
Sing ngomel-ngomeli eiger kae sebagian besare tak bedek kurang lebihe sealiran karo cah² pegiat rushmoney dgn status saldo rugi dipotong admin bulanan bank 😁
Aku wes ngalami bolak-balik, jamake nek wong iyig ki "nol".
Di semarang, seorang anak muda dgn menggebu² bicara pdaku ttg literasi, pemberdayaan kampung², dst. Aku diem nyimak aja. Dia llu tanya "divapress di semarang mana, ya, pak?"
Sktika aku lemes. 😢
Di surabya, moderator bgt atraktif bicara panjaaanggg ttg buku, membaca, literasi, smpe bagai narasumber.
Lalu dia berkata:
"Dan Divapress sbg sebuah media online yg bs anda baca di google...."
Teks trsbt akan dikatakan dan dipahami dlm maksud trsebut.
Tidak pantas lalu dipahami sbg "ayo mandi" ataupun "jangan mandi". Yg pertama dan kedua sama² pemahaman/penyimpulan yg melampaui batas. Jadinya meleset....
Bhw lalu ada yg menakwil "makan secukupnya" dan "makan semua sajian di meja", ya silakan aja. Ini bagian dr lingkup makna teks awal tdi.
Ada yg nakwil "makan dan minum dan lehaleha", ya bisa diterima sbg lingkup pemahaman teks awal tadi.
Tp tk pantas lalu ditakwil "jangan makan" atau "makan, minum, nginep, minta uang saku".
Dsb.
Pada dasarnya, takwil² bisa diterima sbg bag dr lingkup pemahaman atas teks dgn basis logika dan rasa kepantasan. Ilmu dan roso. Nalar rasional dan nalar rohani. Burhani dan 'irfani.
"Dan orang² yg mau menerima (mesti prosese mencari) hidayah, maka Allah Swt tambahkan hidayah pada mereka dan Allah Swt datangkan/membalas pd mereka ketakwaan mereka."
Menurut para mufassir, di anraranya Prof. Wahbah Zuhaili dan Prof. Quraish Shihab, ayat trsbt bagai kewajiban bg manusia tuk ikhtiar keras ngiman, ngibadah, tegese ngamal saleh.
Umar bin Abdul Aziz secara khusus mengomentari ayat ini dgn mengatakan: "Penyebab tidak bertambahnya hidayah ialah tdk diamalkannya pengetahuan² yg tkh dikaruniakan, sehingga tak bertambah pula ketakwaannya."
Ketrangan dr Abdullah bin Mas'ud, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, jg ada
Az-Zumar 53 - Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Az-Zumar 54 - Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Az-Zumar 55 - Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.