Kini, ada gejala baru Covid-19 yang menyerupai sariawan. Bagaimana membedakannya dengan penderita sariawan biasa? Banyak orang bertanya hal ini. Berikut jawaban saya:
Pertama, sariawan itu memang salah satu gejala Covid-19. Tapi, gejala ini ditemukan pada sedikit pasien. Sekitar 6-7 persen. Secara umum, gejala Covid-19 pada mulut itu sebanyak 20-25 persen.
Lalu, bagaimana bedakan sariawan biasa dengan Covid-19? Yang jelas, jangan langsung menduga jika sariawan itu pasti Covid-19.
Anda bisa menduga bahwa itu Covid-19 kalau sariawannya disertai panas tinggi, batuk kering, diare, kehilangan penciuman dan konjungtivitis.
Kalau cuma sariawan yang dikeluhkan, kemungkinannya banyak banget. Pasien Lupus pun sering sariawan. Demikian pula orang yang terlalu lama minum antibiotik, orang dengan HIV/AIDS, tergigit saat makan, kekurangan vitamin C dan penyebab sariawan lainnya.
Pertanyaan lanjutan. Sebenarnya apa gejala Covid-19 yang paling kerap muncul dan paling serius?
Yang paling sering muncul adalah gejala demam yang panasnya lebih dari 37,5 derajat. Yang kedua adalah batuk kering. Kemudian yang ketiga adalah rasa lelah yang tak berkesudahan.
Dus, gejala serius yang paling sering ditemui adalah gejala sesak napas, rasa nyeri dada, rasa tertekan di dada, enggak bisa bicara, bangun dari tidur susah atau bahkan duduk saja sukar.
Terima kasih.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bagaimana efektivitas mengenakan masker kain di atas masker bedah? Apakah boleh pakai masker bedah atau N95 dua kali? Apakah benar masker dobel atau tiga lapis itu mencegah penyebaran strain korona yang lebih menular?
Di bawah ini penjelasan saya seputar masker:
Prinsipnya, memakai satu masker atau dua sama-sama mengurangi risiko terinfeksi Covid-19. Pun, ada langkah-langkah lain yang juga penting. Seperti jaga jarak dan tidak berkerumun. Itu jangan dilupakan juga.
Bagaimana dengan masker kain? Rekomendasi WHO menyebutkan, masker kain itu harus memiliki tiga lapisan.
Di antaranya lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah yang menyaring dan lapisan luar yang terbuat dari bahan non-penyerap seperti poliester.
Ada usulan agar pemerintah menerapkan lockdown Pulau Jawa. Bagaimana pendapat saya?
Ya amat patut dipertimbangkan. Terapkan saja. Tegas dan konsisten. Kan sudah ada contoh bagus. Misalnya Vietnam, yang melakukan lockdown dan kini telah memiliki kehidupan mereka kembali.
Coba lihat foto di artikel FINANCIAL TIMES ini. Situasi di sana telah "normal kembali". Hampir tak terlihat masker di wajah mereka. Hal itu menjadi kenyataan bagi orang Vietnam--setelah berjuang dengan menerapkan lockdown sebelumnya.
Vietnam tahu betul bagaimana bicara prioritas. Mereka tidak mempertaruhkan kesehatan masyarakat dengan ekonomi. Karena, jika melindungi kesehatan, ya ekonomi akan mengikuti. Buktinya, Vietnam disebut sebagai negara dengan kinerja ekonomi terbaik di Asia pada 2020.
Selain Kristen Gray, yang meresahkan lagi adalah beredarnya pesan berantai di media sosial dan WAG tentang vaksinasi @jokowi yang dianggap gagal dan harus diulang. Pertanyaan ini diajukan terus oleh jurnalis kepada saya, entah kenapa. Biar clear, berikut jawaban saya:
Duduk persoalan isu ini dimulai dari pesan seorang dokter di Cirebon yang menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot) sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).
Menurut dokter itu, vaksin yang diterima @jokowi tidak menembus otot, karena tidak 90 derajat. Sehingga, dianggapnya, vaksin tersebut tidak masuk ke dalam darah, dan hanya sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan). Apakah benar?
Selamat pagi. Mari kampanyekan pose dua jari, telunjuk dan tengah, membentuk huruf V, yang melambangkan victory atau kemenangan seperti yang dilakukan @ridwankamil dan tokoh lainnya--ketika selesai divaksin. Kampanye V ini adalah sebuah ikhtiar kita untuk melawan Covid-19.
Tokoh seperti Winston Churchill, Harry Truman, Dwight Eisenhower, hingga Richard Nixon tercatat juga pernah berpose jari V, sebagai simbol kemenangan. Termasuk pemimpin Palestina, Yasser Arafat.
Saya sarankan jangan pose V terbalik (telapak tangan menghadap ke pemberi isyarat), karena itu bisa dipersepsikan menjadi penghinaan di beberapa negara. Tapi jangan juga terlalu dekat kamera. Kenapa?
Alerta. Jumlah kasus positif tambah 14.224. Kembali kita cetak rekor. Pesan saya, jangan takut menjadi Amanda Nnadi, mantan ratu kecantikan Nigeria, yang nomor ponselnya diblok--karena menolak pergi ke pesta--oleh temannya. Sikap Amanda jempol. Sebab pandemi memang belum usai.
Saya bukan psikolog. Tapi sangat tahu manusia adalah makhluk sosial yang punya kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Seperti bertemu langsung, bercerita atau sekadar jalan-jalan bersama. Yang pasti, penolakan Amanda itu jelas bikin sungkan pertemanan. Benar?
Tapi ada ucapan menarik dari Nnadi. Dia bilang, terkadang Tuhan “menyingkirkan” beberapa orang dari hidup Anda tanpa alasan yang tidak Anda tahu. Tapi dalam jangka panjang, semuanya akan terasa masuk akal.
Saya mau bicara soal angka kematian di Indonesia yang mencapai 22.138 jiwa. Apa yang terjadi? Apakah ini masalah provinsi kaya atau miskin? Masalah keberadaan rumah sakit tipe A? Atau ketersediaan tenaga medis? Ini ulasannya:
Ada yang bilang angka kematian di Jakarta relatif lebih rendah ketimbang provinsi lain karena Jakarta itu provinsi kaya. Saya kira tak ada hubungannya. Memang, rumah sakit tipe A itu banyak dan lengkap di Jakarta. Misalnya, RSCM, RS Persahabatan atau RSPI Sulianti Saroso.
Faktanya, pasien Covid-19 yang dirawat di Jakarta juga banyak. Tapi kenapa angka kematiannya relatif rendah? Ya, berarti, ini adalah soal kesigapan provinsi dan rumah sakit dalam menyikapi Covid-19. Salah satu yang krusial adalah tentang obat-obatan.