Hari ini 20 Jumadil akhir 1442 H hari kelahiran wanita suci
Saya akan berbagi kisah dalam beberapa bagian yg saya ambil dari Manaqib Sayidah Fatimah
Semoga setiap bait kata merawat luka dihati kita. Krn inilah penawarku, tanda diriku hidup
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Banyak riwayat yang menyebutkan keagungan Sayyidatina Fatimah binti Muhammad ﷺ
Di antaranya: Diriwayatkan oleh Miswar bin Makromah, Rasulullah ﷺ bersabda: “Fathimah adalah belahan jiwaku siapa yang membuatnya marah maka telah membuatku marah.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya puteriku Fathimah adalah bidadari yg suci tdk pernah haid”
Diberi nama Fathimah (dalam Bahasa Arab fathuma-yafthumu : memisah atau melepas) krn Allah melepas/meyelamatkan anak cucunya dan para pecintanya dari api neraka
Juga, Diriwayatkan Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya
keredhoan/kemurkaan Allah SWT ada pada Fatimah.”
Riwayat Sa’id al-Khudri, Rasulullah ﷺ. bersabda: “Al-Hasan dan Al-Husain adalah pemimpin para pemuda Syurga dan Fatimah pemimpin para wanita di Syurga.”.
Diriwayatkan juga, Rasulullah ﷺ Saw. bersabda: “Telah datang padaku Malaikat dari langit yang tidak pernah datang padaku meminta izin untuk ziarah kepadaku dan memberi khabar gembira bahawa puteriku Fatimah adalah pemimpin para wanita umatku.”
Ketika Allah mengutus para Nabi dari jenis laki-laki dan Allah jadikan dari jenis perempuan yg pertama menerima “risalah” dari Nabi ﷺ. adalah Khadijah binti Khuwailid, kemudian Allah menjadikan siapa yg mengikuti Muhammad ﷺ adalah pusat kebaikan dan penyebab kecintaan Allah SWT
Katakan wahai Muhammad pada umatmu, “Jika kalian cinta kepada Allah ikuti jejakku maka Allah akan cinta kepada kalian”
Sebahagian wanita berkata: Bagaimana mencontohi Rasulullah sedangkan sebahagian perkara berhubungan khusus dengan wanita, maka wanita tidak bisa sepenuhnya meniru Rasulullah?
Katakan: “Sesungguhnya Allah SWat. telah memuliakan para wanita dengan digolongkan menyerupai Rasulullah ﷺ apabila menyerupai bid’atuh/bahagian dari Nabi ﷺ yaitu Sayyidah Fatimah
Beliau ﷺ bersabda: “Fatimah sebahagian daripadaku yang mana Fatimah tidak akan terpisah dariku.”
Apabila para wanita menyerupai Sayyidatina Fatimah maka sesungguhnya mereka telah menyerupai asal sunnah Rasulullah ﷺ dan mendapat pahala yang agung dari Allah SWT
Fathima adalah anugerah dari Allah SWT untuk para wanita.
Sayyidatuna Fathimah dilahirkan di rumah yang agung yang berada di Makkah rumah al-Amiin, ash-Shaadiq. Ibunya, Khadijah binti Khuwailid, wanita yang agung derjaatnya dan mulia budi pekertinya.
Dia adalah pemimpin wanita Makkah dalam segi kemuliaan, kewibawaan, serta kehormatan, sedangkan ayahnya siapakah dia..! Dia adalah seorang yang dikenal di kalangan kaum Quraisy ash-Shaadiq, al-amiin, dan pemuda paling pintar, yang paling utama dari segala segi.
Siapa yang melihat wajahnya akan terpaku atas keindahannya, siapa yang bergaul dengannya pasti mencintainya. Cahaya kebenaran dan rahmat selalu terpancar dari raut wajahnya.
Saudari Sayyidatuna Fatimah terdiri daripada 3 orang : .
Sayyidatuna Fathimah merupakan anak yang terahir dari Sayyidatuna Khadijah. Sayyidah Fathimah dilahirkan 5 tahun sebelum diutusnya Rasulullah ﷺ . Dilahirkan di sebuah peristiwa yang agung peristiwa yang bersejarah yang tercatat dalam hati setiap umat muslim
Allah SWT ingin agar manusia tidak melupakan kelahiran bayi yang mulia ini sehingga di lahirkan di hari yang mulia. Kerana Sayyidah Fathimah dilahirkan di hari diperbaruinya Ka’bah “Baitullah”.
Kerana itu di sini ada rahasia yang agung, Allah SWT menjadikan kelahiran Sayyidah Fathimah di hari diperbaruinya “al-Bait/Ka’bah” kerana Sayyidah Fathimah adalah Ummu Ahlil Bait.
Baitullah dibangun bersamaan kelahiran Ummu Ahlil Bait iaitu Fathimah binti Muhammad. Kerana akan keluar daripadanya keturunan dan keluarga Rasulullah. di hari ini akan tampak jelas Baitullah dan begitu juga telah tampak atau lahir wanita yg akan membawa Ahlul-Baitnya Rasulullah.
Wajah Rasulullah ﷺ sangat gembira dan berseri-seri bagaikan rembulan mendengar kelahiran Fathimah walaupun beliau adalah anak perempuan ke-empat.
Di mana masyarakat pada zaman itu dulu membenci anak perempuan bahkan sebahagian daripada mereka apabila lahirnya anak perempuan wajah mereka merah kerana marah, benci, dan malu.
Bahkan mereka menyendiri malu menemui orang. Sebahagian besar mereka mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka. Nabi ﷺ hidup di gelapnya zaman jahiliyah mendapat anugerah anak perempuan
Di zaman gelapnya jahiliyah yang menjadikan wanita bagaikan binatang dan budak hawa nafsu, Rasulullah dikurniakan seorang anak perempuan yang mana akan menjadi “Qiblat” dan “Mahkota” bagi para wanita.
“Siapa saja wanita yang tidak berqiblatkan Fathimah dan bermahkotakan Fathimah, maka apa yang terjadi di zaman jahiliyah akan terulang. Wanita akan hina dan dijadikan budak hawa nafsu.”
Bergembiralah Nabi ﷺ dengan lahirnya sang buah hati. dan berkata kepada Sayyidatuna Khadijah, : “Sesungguhnya dia adalah anak yang cantik laksana angin sepoi-sepoi yang indah dan penuh barokah.”
Kemudian Nabi ﷺ Menggendongnya dan menciumnya maka semakin tampaklah kegembiraan Sayyidatuna Khadijah kerana Fathimah adalah manusia paling mirip dengan ayahnya.
Kemiripan tersebut sebagai penyebab Sayyidatuna Fathimah mendapatkan cinta yang berlebihan dan perhatian khusus.
Rumah tempat lahirnya Sayyidatuna Fathimah adalah rumah yang diliputi kemuliaan dan kehormatan yang berasaskan budi pekerti dan ahklaq yang luhur.
Di tempat yang luhur dan yang penuh cahaya tumbuhlah sang bunga mawar yang elok nan menawan, yang menjadi harapan setiap wanita.
Rumah tempat lahirnya Fathimah, adalah rumah tempat turunnya wahyu. Ketika turun wahyu pertama kali Nabi ﷺ datang dalam keadaan takut.
Berkatalah Sayyidatuna Khadijah: “Wahai Rasulullah jangan takut sesungguhnya Allah takkan menyia-nyiakanmu karna engkau orang yang suka bersedekah, menyambung tali silaturrahmi, dan selalu membantu orang yang susah. Demi Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakanmu.”
Inilah nabi ﷺ yang mana sebelum diangkat menjadi Nabi memiliki sifat-sifat yang mulia dan Sayyidatuna Khadijah terkenal di Makkah sebagai wanita yang mulia dan terhormat baik dari segi akhlaq atau budi pekerti..
Di rumah tersebutlah anak-anak perempuan Nabi Muhammad ﷺ dididik atas bimbingan orang tua yang penuh akhlaq yang mulia dan kasih sayang.
Sebahagian ulama’ berkata:
Lahirnya Sayyidatuna Fathimah sebelum diutusnya Nabi ﷺ ADALAH SEBUAH HIKMAH agar Fathimah membantu perjuangan ayahnya dan tumbuh besar bersama dengan tumbuh besarnya agama Islam
Sayyidah Fathimah menjadi pendamping setia ayahnya, suka dan duka sampai Nabi ﷺ wafat, meninggal dunia.
Sayyidatuna Fathimah mendapat julukan/panggilan dari ayahnya ﷺ. “Ummi Abiha”, sebagai ibu bagi ayahnya. Mengapa..?
Kerana setelah ibunya yaitu Sayyidatuna Khadija meninggal dunia, Fathimah selalu membantu Rasulullah ﷺ dalam segala hal, selalu siap siang dan malam demi kepentingan ayahnya sampai akhir hayat baginda Nabi ﷺ. selalu dalam khidmat ayahnya.
Oleh kerana itu Sayyidah Fatihmah dijuluki “UMMI ABIHA” cukup bagi Fathimah julukan tersebut satu kemuliaan dan kedudukan yang tinggi.
Sayyidah Fathimah adalah paling miripnya manusia dengan Rasulullah ﷺ., diriwayatkan oleh Sayyidatuna Aisyah ra
“Tidak pernah aku melihat manusia yang mirip dengan Rasulullah ﷺ dalam segi diam, bicara, juga dalam berjalan atau cara duduknya seperti Fathimah binti Muhammad. Rasulullah ﷺ setiap kali didatangi Fathimah,
baginda akan berdiri dari tempat duduknya dan mencium kening Fathimah dan mendudukkan Fathimah di tempat duduknya. Begitu juga Fathimah jika didatangi Rasulullah ﷺ”
Anas bin Malik berkata: “Tidak ada yang mirip dengan Rasulullah ﷺ seperti Hasan bin Ali dan Fathimah binti Muhammad”.
Sayyidah Aisyah ra meriwayatkan : “Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling menyerupai Nabi ﷺ dalam kata-katanya atau cara bicaranya seperti Fatimah.”
Sayyidah Fathimah adalah wanita paling cantik kerana serupa dengan makhluk yang paling tampan. Dan Sayyidah Fathimah memiliki tempat khusus di hati Nabi ﷺ. Sungguh banyak sekali Nabi ﷺ memberikan bisyaroh pada Fathimah.
Sayyidina Ali karamallahu wajhah bertanya: “Wahai Rasulullah siapa yang paling engkau cintai, aku atau Fathimah?”
Beliau ﷺ menjawab “Fathimah adalah orang yang paling aku cintai sedangkan engkau lebih mulia darinya.”
Nabi ﷺ. juga bersabda “Fathimah adalah orang yang paling aku cintai di antara keluarga-keluargaku.”
Sayyidah Aisyah pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling di cintai oleh Nabi ﷺ?”
Aisyah menjawab “Fathimah, dan dari golongan laki-laki yaitu suaminya (Ali bin Abi Tholib).”
Nabi ﷺ bersabda, “Fathimah adalah sebahagian dariku, siapa yang menyakitinya, maka telah menyakitiku. Siapa yang membuat Fathimah gembira, maka telah membuatku gembira. Semua nasab terputus di hari Qiamat kecuali nasabku.”
Hari-hari pun berlalu, Nabi ﷺ . shalat didalam rumah dan mengajari Sayyidatuna Khadijah, anak-anak perempuannya juga belajar, serta Sayyidatuna Fathimah dalam bimbingan ayahnya yang penuh kasih sayang. Belajar kemuliaan, ibadah, juga bersimpu di hadapan Allah SWT
Belajar dzikir, juga bagaimana tatacara mengabdi kepada Allah SWT., di umur yang sangat kecil itu ia terdidik untuk naik ke derajat yang tinggi.
Sampai ketika umur Sayyidatuna Fathimah 7 tahun, Allah SWT memerintahkan Nabi ﷺ menampakkan dakwahnya
“Fasda’ bima tu’mar wa’ridh ‘anil musyrikin.”
Juga diperintahkan untuk memperingatkan keluarganya: “Wa andzir asyirotakal aqrobiin.”
Maka Rasulullah ﷺ melaksanakannya dan menampakkan dakwahnya. Ketika Nabi ﷺ menampakkan dakwahnya.
Sayyidah Fathimah dalam umur yang masih kecil itu sebagai gambaran dan suri tauladan dalam dakwah ini.
Suatu hari Sayyidah Fathimah keluar, yang mana tidak tergambarkan dalam benak kita anak perempuan sekecil ini yang sangat lembut hatinya, rahmat terhadap sesama.
Seseorang yang penuh rasa kasih sayang, yang terdidik di rumah yang penuh ke istimewaan, keluar mengikuti ayahnya menujuh Ka’bah. Ketika Nabi ﷺ. sedang melakukan ibadah, Sayyidatuna Fathimah menunggu ayahnya di sampingnya.
Ketika ayahnya sedang sujud, datang manusia paling celaka yaitu Uqbah bin Abi Mu’ait beserta teman-temannya, mendekati Nabi ﷺ yang sedang sujud, dan Uqbah menginjakkan kakinya di atas kepala Rasulullah
kemudian menarik Nabi dan mencekiknya dengan sangat keras sehingga mata Nabi ﷺ menonjol keluar.
Kemudian datang Sayyidina Abu Bakar dengan berlari, berusaha mencegah. Sedangkan Fathimah hanya bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri yang diiringi air mata dan berdoa.
Kemudian Uqbah dan teman-temannya berpindah memukuli dan menyiksa Sayyidina Abu Bakar. Sayyidah Fathimah bergegas menolong ayahnya dan membawa pulang.
Kemudian Sayyidah Khadijah rmenghampiri Nabi ﷺ dengan penuh kasih sayang, merawat, membersihkan dan mengusap bekas darah dan memar yang ada di wajah Rasulullah ﷺ akibat pukulan-pukulan orang Quraisy.
Tanpa disadari Sayyidah Khadijah menitiskan air mata dan bertanya atas apa yang terjadi, Nabi pun menceritakannya.
Suatu hari Rasulullah keluar, dan Sayyidah Fatimah mengikuti di belakangnya. Menuju ke Ka’bah kemudian Nabi melakukan sholat dan Fatimah duduk di samping ayahnya. Sedangkan di samping Ka’bah orang-orang Quraisy sedang berkumpul.
Tiba-tiba datang salah satu dari mereka membawa bungkusan yang berisi kotoran dan darah unta yang baru melahirkan yang sangat bau dan menjijikkan, mendekati Nabi ﷺ dan menuangkannya di punggung, leher serta kepala Nabi ﷺ
Mereka mentertawakan Rasulullah ﷺ. Bergembira, menari-nari sambil bertepuk tangan. Bahkan ada yang sampai jatuh terlentang karena terlalu kuat tertawa. Rasulullah ﷺ. tetap khusyuk dalam sujudnya. Sayyidatuna Fatimah menangis dan menghampiri ayahnya.
Dalam keadaan menangis Fatimah menghampiri ayahnya, sambil membersihkan kotoran-kotoran yang ada di pundak ayahnya seraya berdoa atas orang kafir. Kemudian Nabi ﷺ bangun dalam keadaan marah dan berdoa;
“Ya Allah, celakakanlah Ugbah bin Abi Mu’it, celakakanlah Hisam bin Hakam, celakakanlah Utbah.
Maka Demi Allah tidak disebut nama mereka kecuali terbunuh di perang badar. Maka pulanglah Nabi ﷺ. sedangkan air mata Sayyidatuna Fatimah terus mengalir sepanjang jalan menuju rumah
Ketika sampai dirumah Sayyidah Fatimah membersihkan kepala ayahnya dan mencuci baju ayahnya dalam keadaan menangis.
Maka Nabi ﷺ berkata “Wahai jantung hatiku Fatimah janganlah kau menangis karena Allah SWT. selalu menjaga ayahmu.”
Suatu hari Sayyidatuna Fatimah keluar dan menemukan kaum Quraisy sedang merencanakan sesuatu, sepertinya kali ini mereka menginginkan hal yang besar, bukan meletakkan kotoran akan tetapi mereka merencanakan sesuatu yang dahsyat.
Meraka memikirkan bagaimana membunuh Nabi ﷺ Ketika mendengar kabar ini, maka Sayyidatuna Fatimah berlari dengan cepat.
Dengan cepat Sayyidatuna Fatimah berlari menuju Ka’bah dan memeluk ayahnya sedang wajah Sayyidatuna Fatimah pucat dengan penuh rasa cemas.
Nabi ﷺ bertanya :
“Apa yang telah terjadi wahai anakku?”
Sayyidag Fatimah menjawab :“Wahai ayahku mereka merencanakan sesuatu dan akan membunuhmu. Aku takut terjadi sesuatu atasmu.”
Maka Nabi ﷺ berkata “Tenanglah wahai anakku sesungguhnya Allah selalu menjaga ayahmu.”
Nabi ﷺ berkata “Berdirilah bersamaku.” Maka Sayyidah Fatimah berdiri bersama ayahnya, keluar dari Ka’bah dengan hati yang teguh. Sedangkan orang Quraisy bersiap-siap menghadang Nabi ﷺ
Nabi ﷺ menghadap mereka dengan berdoa dan lewat di depan mereka dengan penuh haibah/wibawa.
Orang-orang Quraisy terdiam seribu bahasa dan hanya melihat Nabi ﷺ melintas di depan mereka. Hati dan fikiran Sayyidatuna Fatimah tenang.
Sayyidah Fatimah yakin bahwa ayahnya dalam lindungan dan penjagaan Allah SWT, yakin bahwa Allah SWT tidak menyerahkan ayahnya pada orang-orang kafir kecuali atas musibah yang mengangkat ayahnya ke martabat dan derajat yang tinggi.
Yang sangat disesalkan oleh Rasulullah ﷺ. bahawa ujian dan gangguan yang diterima muncul dari orang-orang yang terdekat, iaitu Abu Lahab (paman Nabi ﷺ )dan isterinya Ummu Jamil. Setiap hari Sayyidatuna Fatimah menemukan duri-duri dan kotoran di depan pintu rumahnya.
Dan Nabi ﷺ. tetap sabar membersihkannya, tidak berbicara.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Sayyidah Fatimah melihat ayahnya tetap sabar dan berusaha untuk sabar, ayahnya selalu bermujahadah/berusaha dan bersyukur.
Yang mana tidak keluar dari lisannya kecuali kata-kata yang baik, juga tidak menyimpan dalam hati kecuali hal-hal yang baik. Sayyidatuna Fatimah mengambil pelajaran yang sangat berharga yaitu “Ar-Rahmah” dari Rasulullah ﷺ
Kemudian bani Quraisy melibatkan keluarga Nabi ﷺ. dalam permusuhannya, tetapi Beliau ﷺ tetap melindungi keluarganya dari gangguan bani Quraisy.
Ummu Jamil (istri Abu Lahab) berkata “Wahai kedua anakku kepalaku dan kepala kalian haram bersentuhan jika kalian tetap bersama anak-anak Muhammad.”
Utsbah dan Utaibah anak Abu Lahab menikah dengan Rugayyah dan Ummu Kultsum puteri Nabi ﷺ.
Maka Utsbah dan Utaibah menceraikan Ruqayyah dan Ummu Kulsum. Di tengah panasnya terik matahari kedua putri Nabi ﷺ tersebut berjalan meninggalkan rumah suaminya. Perempuan yang masih muda dan cantik kembali ke rumah ayahnya dengan hati yang penuh luka dan kesedihan.
Bayangkan, bagaimana keadaan seorang anak perempuan yang baru saja melaksanakan pernikahan, dan merasakan manisnya kasih sayang dan kegembiraan harus merasakan pedihnya dan pahitnya perceraian..?
Apa dosa mereka..?!
Mereka tidak melakukan kesalahan sedikitpun.
Akan tetapi kerana keras kepala, kebencian dan kebodohan.
Kembalilah Ruqayyah dan Ummu Kulsum dengan hati penuh kekecewaan.
Fatimah menyambut kakak-kakaknya dengan aliran air mata.
Bayangkan, apa yang terlintas di benak Fatimah..? Mereka pergi dengan kegembiraan di malam pengantin, dan kembali dengan penuh kesedihan dan kekecewa’an. Fatimah dan kedua kakaknya duduk di kamar saling menangis dan berbagi rasa.
Sedangkan Zainab telah menikah dgn Abul As bin Robi’. Orang-orang kafir Quraisy terus menekan dan memaksa Abul As agar menceraikan putri Muhammad yaitu Zainab. Akan tetapi Abul As tdk menghiraukan perkataan mrk, krn Abul As sangat mencintai Zainab, Zainab pun sangat mencintainya.
Ketika umur Sayyidatuna Fatimah 10 tahun, datang perintah untuk hijrah ke negeri Habasya. Karena keadaan muslimin di Makkah sangat memprihatinkan atas gangguan-gangguan orang Quraisy.
Di satu sisi, Rasulullah ﷺ. telah menikahkan purtrinya Ruqayyah dengan Sayyiduna Utsman, Sayyiduna Utsman adalah orang pertama yang hijrah ke negeri Habasya berserta istrinya Ruqayyah.
Nabi ﷺ bersabda “Sesungguhnya Utsman adalah orang yang pertama kali hijrah dengan keluarganya setelah Luth As.”
Ruqayyah mendapatkan kedudukan yang mulia ini (sebagai orang yang pertama hijrah dalam Islam).
Kita lihat bagaimana Nabi ﷺ. meneguhkan keluarganya. Yang mana keluarga beliau selalu terdepan dalam ujian dan cobaan, selalu terdepan dalam perkara- perkara yang sulit.
Putri beliau ﷺ adalah wanita pertama kali hijrah (menempuh perjalanan yang penuh kesulitan di tengah terik matahari dan melewati gurun pasir yang penuh rintangan).
Kalau kita cermati, kita temukan dalam sejarah Islam keluarga beliaulah yang pertama kali mengorbankan diri mereka demi Allah. dan agama ini. Sayyidina Utsman dan Ruqayyah kembali dari Habasya saat turunnya wahyu “Surat An-Najm” dan mengira bahwa orang Quraisy telah masuk Islam.
Sayyidatuna Fatimah gembira setelah lama berpisah dengan seorang kakak tercinta. Sayyidatuna Fatimah menyambut dengan gembira dan berpelukan. Kemudian mereka kembali untuk kedua kalinya ke Habasya setelah terbukti bahwa khabar ke islam Quraisy adalah dusta.
Masih tetap rumah/keluarga yang mulia ini dalam keadaan seperti ini. Yang ini pergi, yang ini datang. Yang ini menikah, yang ini diceraikan.
Cobaan demi cobaan silih berganti, akan tetapi Rasulullah ﷺ laksana gunung yang kekar tidak bergerak sedikitpun, pantang menyerah dan selalu sabar. Di mana tidak berlalu waktu atau hari melainkan dikorbankan demi agama ini..
Sayyidah Fatimah bertambah dewasa dan sampai di umurnya yang ke 12 tahun, di tahun ke-7 dari kenabian, tepatnya di bulan Muharram orang-orang kafir Quraisy sepakat dalam suatu rencana yang sangat jelek, tidak baik.
Bersambung besok, insya Allah🙏🏿
Sallu ala Nabi🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Mereka sepakat untuk menulis perjanjian yang berisikan kesepakatan untuk memboikot Rasulullah ﷺ dalam “Sye’eb/lembah Abdul Mutthalib” semuanya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib baik yang muslim atau yang kafir
Dalam isi surat perjanjian itu mereka sepakat untuk memutuskan semua hubungan dengan mereka.
Tidak menikahi mereka, tidak jual beli dengan mereka, mencegah segala sebab-sebab masuknya rezeki kepada mereka,
tidak menerima perdamaian sampai Bani Abdul Mutthoalib menyerahkan Rasulullah ﷺ untuk dibunuh. Mereka menggantungkan surat perjanjian itu dalam Ka’bah. Bertambah parah keadaan Rasulullh ﷺ bersama Sayyidatuna Khadijah
Sangat mengesankan pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana cara Imam Syafii, sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban dalam memahami pelajaran, bahkan lahn dalam membaca Al Qur'an.
Sang Murid itu adalah Ar Rabi’ bin Sulaiman, murid paling lamaban. Berkali-kali diterangkan oleh sang guru Imam Syafii, tapi Robi’tak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafii bertanya,
“Rabi’ Sudah faham paham belum ?”
“Belum faham, ”jawab Rabi’.
Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Muhammad ﷺ dan Abul Ash bin Rabi'
Sebelum Nabi Muhammad ﷺ diangkat menjadi Rasul, Abul Ash bin Rabi’ menghadap beliau ﷺ
“Saya ingin menikahi Zainab, putri sulung Anda”
Nabi Muhammad ﷺ menjawab : “Aku tak mau melakukannya sebelum meminta izin padanya”.
Nabi menyampaikannya pada Zainab:
“Anak pamanmu mendatangiku dan menyebut-nyebut namamu. Apakah engkau rela ia menjadi suamimu?”
Wajahnya memerah dan ia tersenyum. Malu-malu.
Nabi ﷺ kemudian menikahkan Zainab dengan Abul Ash.
"Bermulalah dahsyatnya sebuah kisah cinta". Tiba masanya muncul sebuah masalah baru.
Yaitu, terkait diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah.
Memasuki tahun ke-2 Hijriyah Kota Madinah semakin sesak dipenuhi oleh manusia yang bersiap-siap untuk menyambut Perang Badar.
Rasulullah ﷺ melakukan pemeriksaan akhir pada pasukan pertama yang akan berangkat di bawah komandonya sendiri. Terlihat di sana, ada seorang anak kecil yang belum genap berusia 12 tahun. Di tangannya terdapat sebilah pedang yang sama panjangnya dengan tubuhnya.
Ia mendekat ke arah Rasulullah ﷺ lalu berkata, “Aku akan menjadi pelindungmu, ya Rasulullah. Izinkanlah aku turut serta bersamamu dan berperang melawan musuh-musuh Allah di bawah panjimu.”
Lalu Rasulullah ﷺ melihat anak ini dengan perasaan senang dan kagum.
SEJAK DIKABULKANNYA DOA NABI ﷺ DI MESJID, MAKA SETIAP MUSIBAH TIDAK ADA HUBUNGANNYA LAGI DENGAN DOSA SUATU KAUM
Hukuman dosa suatu kaum akan ditangguhkan sampai hari kiamat, kecuali dosa durhaka kepada orang tua dan dosa berzina, sesuai hadist yang berhubungan tentang itu.
Seperti kita ketahui, bahwa musibah yang menimpa seseorang bisa memiliki tiga makna: 1. Ujian kenaikan tingkat, seperti sakitnya Nabi Ayyub selama 7 tahun. 2. Penghapusan dosa bagi yang sabar 3. Hukuman bagi pendosa dan musuh Tuhan.
Nah, yang nomor 3 sudah tidak diberlakukan lagi sejak doa Nabi di Mesjid Ijabah. Jika diperlakukan, tentunya Israel yang zalim, bakal dihancurkan lebih dulu.
Satu-satunya hadits dimana Nabiﷺ menegaskan bahwa “inilah sunnahku” justeru tidak berkaitan dengan masalah akidah atau ibadah sama sekali, melainkan dalam masalah kesucian hati
Perhatikan hadits yg diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya berikut ini:
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda padaku: “Ananda, kalau engkau bisa setiap pagi dan sore hari, di dalam hatimu tidak ada rasa benci pada siapapun juga maka lakukanlah. Ananda, inilah sunnahku.
Siapa yang menghidupkan sunnahku berarti ia mencintaiku. Siapa yang mencintaiku ia akan bersamaku di surga.”