Manaqib Sayyidah Fathimah radhiyallâhu ‘anhu

Bagian ke 2

Mereka sepakat untuk menulis perjanjian yang berisikan kesepakatan untuk memboikot Rasulullah ﷺ dalam “Sye’eb/lembah Abdul Mutthalib” semuanya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib baik yang muslim atau yang kafir
Dalam isi surat perjanjian itu mereka sepakat untuk memutuskan semua hubungan dengan mereka.

Tidak menikahi mereka, tidak jual beli dengan mereka, mencegah segala sebab-sebab masuknya rezeki kepada mereka,
tidak menerima perdamaian sampai Bani Abdul Mutthoalib menyerahkan Rasulullah ﷺ untuk dibunuh. Mereka menggantungkan surat perjanjian itu dalam Ka’bah. Bertambah parah keadaan Rasulullh ﷺ bersama Sayyidatuna Khadijah
Di mana Khadijah sebelum Islam adalah wanita terkaya di negeri Arab baik dari laki-laki atau perempuan, bahkan dikatakan kalau semua harta orang-orang Quraisy dikumpulkan tidak bisa menandingi harta Sayyidah Khadijah
Sayyidah Khadijah begitu melimpah hartanya.
Akan tetapi dia sekarang berada dalam boikotan di lembah Abi Thalib. Mereka tertimpa atas apa-apa yang menimpa. Keadaan lapar yang sangat amat luar biasa mereka lalui 2 atau 3 hari tidak secuil makanan pun masuk ke dalam perut mereka.
Bahkan mereka sampai dalam keadaan memakan dedaunan yang ada di sekitar mereka (bahkan tampak urat mereka berwarna hijau).

Sedangkan pemboikotan bukan seminggu, sebulan, atau setahun. Tetapi mendekati 3 tahun, dalam keadaan yang sangat amat memprihatinkan ini.
Setahun telah berlalu, dan Fatimah berumur 13 tahun.

Fatimah mendekati ibunya melewati tangisan-tangisan bayi dan rintihan anak-anak kecil kepada ibunya kerana lapar. Sayyidah Khadijah dalam keadaan sangat lapar dan lemas.
Akan tetapi yang sangat menakjubkan adalah, mereka saling menahan dan menutupi satu sama lain agar tidak ada yang saling cemas. Bahkan Rasulullah ﷺ menampakkan wajah yang cerah walaupun dalam keadaan yang sama, agar mereka tidak cemas.
Sungguh merupakan pemandangan dan pelajaran yang indah..

Satu sama lain ingin membantu mengemban risalah kenabian, Rasulullah ﷺ sangat sabar menghadapi apa yang terjadi. Hari dan malam pun berlalu. Ketika Semua orang tertidur, semua mata tertutup.
Terdengar teriakan diiringi isak tangis bayi karena sangat lapar.
Hal ini disebabkan hari-hari yang mereka lalui di tengah panasnya gurun, bahkan tidak secuil rotipun masuk keperut mereka.
Begitu juga keadaan Fatimah dan Ummu Kultsum, sedang Ruqayyah bersama suaminya dalam rantauan di negeri Habasya. Tubuh Fatimah tampak sangat kurus bahkan seolah-olah kulit perutnya menempel dengan tulang punggungnya karena sangat lapar.
Namun, Fatimah dengan sekuat tenaga menahan apa yang terjadi demi tegaknya agama Islam. Di satu segi Sayyidah Khadijah jatuh sakit dan terkapar di tempat tidurnya. Sehingga memberikan bekas yang sangat menyakitkan bagi Fatimah dan Ummu Kultsum.
Betapa seringnya Fatimah tidak tidur malam menjaga dan melayani ibunya. Tampak suatu prilaku yang sangat mulia dan indah dari akhlaq fatimah yang bersumber dari seorang ibu. Suatu pelajaran yang seharusnya dan seandainya para wanita di zaman sekarang ini mempelajarinya,
ini merupakan suatu akhlaq yang dapat mengangkat ke derajat yang tinggi.

Sayyidah Fatimah setia mendampingi dan duduk di samping ibunya yang dalam keadaan tidak dapat bergerak dan berbicara.
Kemudian datang Rasulullah ﷺ merasa dengan kedatangan Rasulullah Sayyidah Khadijah dengan sekuat tenaga menahan segala rasa sakit. Berdiri dengan semangat dan menampakkan ketegarannya di depan Rasulullah ﷺ.
Sayyidah Khadijah berusaha menutupi rasa sakitnya sehingga tidak menambah beban Rasulullah ﷺ.

Sayyidah Fatimah melihat kejadian yang sangat menakjubkan dan begitu indah. Terdapat pelajaran yang sangat berharga, melihat ikatan “cinta” yang agung, yang luar biasa, dan murni.
Sebuah rasa dan pengorbanan “cinta” yang tidak mengetahui rasa ini baik langit ataupun bumi.

Seorang istri mencintai suaminya sampai ke derajat yang sangat tinggi. Sebuah cinta yang menimbulkan rasa tidak redha jika suaminya melihat apa yang terjadi atasnya,
sedangkan ia dalam keadaan sakit yang sangat parah. Tidak ingin menambah beban kesedian suaminya, tidak ingin suaminya sedih atasnya.

Sungguh ini pelajaran yg berharga bagi para wanita
Sayyidah Fatimah semakin dewasa, masa kecilnya berlalu dalam pemboikotan 13, 14, 15, berlalu dalam kesusahan dan derita dalam pemboikotan yg penuh kesengsaraan
Suatu hari datang Bilal bin Rabbah ke tempat pemboikotan dengan sembunyi-sembunyi membawa sepotong roti yang disimpan di ketiaknya agar tidak terlihat oleh orang kafir Quraisy. Bilal mendekati Rasulullah ﷺ dan memberikan sepotong roti kepada Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ pun menghampiri dan menyuap Fatimah, kemudian menyuap Ummu Kultsum, juga Sayyidatuna Khadijah dengan penuh kasih sayang. Keadaan demi keadaan dalam penuh kesusahan telah dilalui oleh keluarga yang sangat suci, keluarga yang dicintai Allah SWT.
Akhirnya, selesailah pemboikotan ini, selesai dengan sebab mu’jizat yang agung.

Rasulullah ﷺ telah memberi khabar bahwa isi dari surat penjanjian yang zalim itu telah dimakan oleh rayap kecuali bahagian yang tertulis nama Allah
(surat tersebut berada di dalam kotak yang terkunci dan diletakkan di dalam Ka’bah). Maka selesailah pemboikotan tersebut, akan tetapi peristiwa pemboikotan itu memberikan danpak yang sangat buruk.
Selang beberapa hari datang kabar yang sangat menyedihkan yaitu kabar meninggalnya Abi Thalib. Sementara Abi Thalib adalah orang yang selalu mencegah dan menahan gangguan-gangguan orang kafir Quraisy dengan memanfaatkan kedudukankanya,
kewibawaannya, pengaruhnya, kekayaannya, juga umurnya yang tua, berusaha dengan segala macam cara.

Ketika Abi Thalib meninggal dunia, orang kafir Quraisy tertawa dengan gembira, semakin parah gangguan dan siksaan yang diterima oleh Rasululah ﷺ.
Anak-anak kecil serta budak-budak orang Quraisy mencaci, menghina, dan mempermainkan Nabi ﷺ dengan melempari batu, mereka juga menuangkan debu di kepala Rasulullah ﷺ.

Sesampainya di rumah masih banyak debu yang berada di kepala Rasulullah ﷺ
Fatimah mendekati ayahnya dan membersikan debu yang mengotori kepala sang ayah, tanpa terasa air mata pun membasahi wajahnya. Fatimah ingin menahan tangisan hatinya, akan tetapi ia tidak mampu menahan air matanya.
Fatimah terus membersihkan kepala ayahnya dan Fatimah terus menangis.

Nabi ﷺ menoleh dan berkata:
“Wahai putriku, janganlah engkau menangis karena Allah SWT. akan menampakkan agama ini. Tidak ada tempat yang terbuat dari batu atau tanah atau kayu (keseluruh tempat) kecuali agama ayahmu akan masuk, baik menjadikan mereka mulia atau menjadikan mereka hina.”
Beginilah keadaan mereka terus dalam keadaan jihad dengan kesabaran. Hari pun terus berlalu kesehatan Sayyidah Khadijah semakin lemah, penyakitnya semakin parah. Sayyidah Fatimah dan Ummu Kulstum setia mendampingi ibunya, dan duduk disampingnya.
Rintihan rasa sakit terdengar dari bibir Sayyidatuna Khadijah, dan air matanya pun tak sanggup menutupi rasa sakitnya.

Air mata Sayyidah Fatimah pun membasahi pipinya, akan tetapi beliau dengan cepat mengusap air matanya karena tak ingin (takut) kesedihan diketahui ibunya.
Fatimah dan Ummu Kultsum merasakan sebuah rasa sedih di dalam hati mereka atas apa yang di lihatnya bahwa ini adalah ibunya yang penuh kasih sayang dan penuh perhatian. Seseorang yang sangat dicintai oleh ayahnya.
Rasulullah ﷺ tidak merasa sedih kecuali atas apa-apa yang menimpa Sayyidah Khadijah, dan Sayyidah Fatimah mengetahui hal itu, jika telah pergi ibunya, siapakah yang akan menggantikan ibunya?

Tidakkah cukup kesedian ini..?
Tidakkah cukup kepedihan ini setelah pergi Abi Thalib sedangkan dia adalah orang paling lembut dan sekarang ibunya harus pergi juga. Khadijah dan kedua anaknya saling berbincang-bincang dan memberi wasiat:

“Wahai Fatimah.. Wahai Ummu Kultsum.. Aku merasa ajalku telah tiba.”
Sayyidah Khadijah terus memberikan wasiat-wasiatnya dan di antaranya yang terpenting dan sangat ditekankan adalah mewasiatkan untuk menjaga dan memperhatikan ayahnya.

Kesehatan Sayyidah Khadijah semakin melemah dan ajalnya pun sudah sangat dekat.
Rasulullah ﷺ datang menghampiri Sayyidatuna Khadijah, seorang istri yang paling dicintainya. Dia adalah wanita yang telah berkorban deminya, dia adalah wanita yang lemah lembut yang menyelimutinya dengan penuh kasih sayang, dan membenarkannya ketika turun wahyu.
Dia adalah wanita yg selalu penuh perhatian, wanita yg memberikan bekal makanan ketika Nabi di Gua Hira. Dia adalah wanita yg menghiburkan Nabi ketika semua org lari, wanita yg mempercayai ketika semua org mendustakan. Wanita yg menolong ketika semua org menghina dan memusuhinya
Dialah Khadijah yang Allah pilih untuk menemani kekasih-Nya.

Ketika Rasulullah ﷺ datang, mata Sayyidah Khadijah berkaca-kaca yang diiringi titisan air mata yang memancarkan suatu pandangan yang penuh kasih sayang, suatu pandangan sebagai pengantar perpisahan mereka.
Kemudian Rasulullah ﷺ duduk di dekat Sayyidah Khadijah, dengan perlahan meletakkan kepala Khadijah di pangkuannya, sedangkan di samping kamar, Fatimah menangis melihat semua ini dan Ummu Kultsum berusaha meredahkan tangisan adiknya (Fatimah) yang masih kecil.
Fatimah menangis krn perpisahan dgn ibunya bukanlah hal yg remeh. Jika seorang putri yg masih kecil ketika ditinggal ibunya bersedih sekali atau dua kali. Akan tetapi perpisahan dgn Sayyidah Khadijah bukanlah perpisahan dgn seorang ibu yg biasa, krn ini adalah kepergian seorang :
-Wanita muslimat yg pertama

-Wanita yg menjadi pelindung Islam

-Wanita yg sangat dicintai Rasulullah

Ketika Khadijah sedang dalam pangkuan Rasulullah datang sebuah kabar gembira. Rasulullah : “Wahai Khadijah, sesungguhnya Jibril datang menyampaikan salam dari Allah atasmu”
Sayyidatuna Khadijah menjawab :

“Allahussalam Waminhussalam wa’alaikassalam Wailahi ya’udussalam wa’ala Jibril salam.”
Kemudian Rasulullah ﷺ berkata : “Wahai Khadijah sesungguhnya AllahSWT. telah memberimu kabar gembira dengan sebuah rumah yang sangat megah disurga, yang tidak terdapat di dalamnya kesusahan ataupun kesulitan sedikitpun.”
Mendengar hal tersebut bercampurlah rasa gembira dan sedih meliputi dua gadis yang cantik ini (Fatimah dan Ummu Kultsum) sebuah rasa yang aneh dan menakjubkan. Di saat mereka berdua dalam keadaan yang menggembiran dan menyenangkan atas kedudukan yang didapatkan oleh ibunya,
kedudukan yang tidak dicapai seorangpun (mendapat salam dari Allah Swt.), bersamaan dengan adanya rasa gembira ini, goresan rasa pedih dan rasa sakit yang sangat mendalam bercampur atas perpisahan yang sangat berat bagi mereka.
Akan tetapi ini semua adalah takdir dari Allah SWT.

Maka Sayyidatuna Khadijah pun meninggal dunia di pangkuan Rasulullah ﷺ
Kedua putri Rasulullah berlari memeluk ayah nya sambil menangis. Beliau ﷺ pun memeluk kedua putrinya

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un
Dinamakan tahun ini dengan tahun kesedihan (‘Aamul Huzn). Rasulullah ﷺ kehilangan pamannya yang selalu menjadi penolongnya dan kehilangan istri tercinta yang selalu menjadi penghibur hati dan meringankan beban Rasulullah ﷺ
Kepergian istri dan paman beliau ﷺ. menjadikan cobaan yang beliau terima begitu berat, segala macam ujian dan cobaan terus bertubi-tubi dan silih berganti menimpa Rasulullah ﷺ

Seluruh orang kafir Quraisy menjadi gembira dan senang menyakiti Rasulullah ﷺ
Mulai dari budak-budak, orang dewasa, anak-anak kecil maupun besar, laki-laki juga perempuan. Mereka semua menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai tempat cacian dan ejekan. Mereka tetap keras kepala tidak menerima ajakan Nabi ﷺ. Rasulullah tetap sabar dan terus berusaha dan berusaha.
Menghampiri setiap tempat-tempat keramaian. Ke sana dan ke sini, menuju ke perbatasan untuk menghadang setiap orang yang menuju ke Makkah. Tapi mereka tetap keras kepala dan terus menyakiti Rasulullah ﷺ
Melihat hal ini, Rasulullah ﷺ mengalihkan tujuan untuk menuju kota Tha’if. Beliau bergegas dan kedua putri beliau Fatimah dan Ummu Kultsum menghantar sang ayah untuk melepas kepergiannya berdakwah.
Rasulullah pun memberikan pesan-pesan sebelum menuju ke kota Tha’if dengan sebuah harapan agar Allah memberikan orang-orang yg menjadi penolongnya di sana. Sayyidah Fatimah pun menaruh harapan yg besar agar ayahnya mendapat pengikut yg bisa membantunya dalam menyebarkan agama ini
Kerana sudah bertahun-tahun dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.

Akan tetapi, semua sudah menjadi taqdir Allah SWT Keadaan pun tidak seperti yang diharapkan. Semua penduduk Tha’if menolak ajakan Rasulullah.
Bukan hanya itu, bahkan mereka menertawakan, mencaci juga melempari Rasulullah ﷺ di sepanjang jalan.

Maka kembalilah Rasulullah ﷺ menuju Makkah, sedangkan sekujur tubuh beliau dipenuhi darah. Dalam keadaan sedih beliau kembali ke Makkah.
Sesampainya di Makkah beliau pun dilarang masuk, sedangkan Makkah adalah kota yang suci, kota kelahiran beliau, kota tempat beliau dibesarkan. Akan tetapi, Rasulullah ﷺ, tidak dapat memasukinya kecuali melalui jaminan Mut’im bin Adi.
Maka Nabi ﷺ pun masuk Makkah dalam keadaan yang sangat memilukan ini.

Kemudian, muncullah suatu pendapat dari beberapa wanita agar Nabi ﷺ menikah,maka Nabi ﷺ meminang Saudah binti Zum’ah. Setelah beberapa waktu beliau meminang Aisyah binti Abu Bakar.
Saudah adalah wanita yang lanjut usia seolah-olah Nabi ﷺ hanya ingin merawat anak-anak beliau kerana umur Saudah diatas 50 tahun, sedangkan Aisyah waktu itu masih kecil maka dipinang oleh Rasulullah ﷺ dan Nabi ﷺ tidak bersama dengan Aisyah kecuali setelah hijrah ke Madinah.
Sayyidah Fatimah dan Ummu Kultsum gembira dengan pernikahan ayahnya, akan tetapi masih tergores rasa pedih di dalam hati dengan kepergian seorang ibu tercinta yang tidak bisa digantikan kedudukannya oleh seorangpun dalam hati mereka.
Akan tetapi, ketenangan hati ayahnya lah yang terpenting dalam benak kedua anak gadis ini. Tidak ada dalam hati mereka sedikit pun rasa menentang ataupun muka masam, tidak ada dalam hati mereka kecuali sebuah kesopan santunan dan akhlaq yang luhur
yang bersumber dari didikan seorang ayah dan ibu yang berbudi pekerti yang luhur dan mulia.

Ketika dekat waktu datangnya perintah hijrah, dan sebelumnya telah terjadi ”Baiatul Aqobah” yang mana orang-orang Anshar yang datangnya dari Madinah berjanji akan menolong Rasulullah ﷺ
dan mereka meminta agar Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, maka beliau pun memerintahkan para muslimin untuk berhijrah.
Dan datanglah Utsman bin Affan beserta Ruqayyah. Ruqayyah telah datang dari Habasya. Ketika masuk ke rumah, dengan disambut kedua saudara kecilnya Fatimah dan Ummu Kulstum, mereka saling bertatap mata yang berkaca kaca dan serentak menangis.
Apa yang akan mereka katakan kepada Ruqayyah..?

Di mana ibu mereka…?

Telah datang Ruqayyah dengan membawa rasa rindu yang mendalam..

Rindu dengan pelukan seorang ibu..

Rindu ingin mencium kening ibu..

Rindu ingin memeluk dadanya..

Rindu ingin mencium telapak tangannya..
Akan tetapi sangat disayangkan itu semua tidak ditemukan oleh Ruqayyah. Maka serentak tangisan mengiringi mereka, bercampurlah air mata kegembiraan karena berjumpa, dengan air mata kesedihan atas kepergian seorang ibu yang mulia dan sangat dicintai oleh mereka.
Semoga Allah selalu mencurahkan rahmatnya atas mereka semua, Amin

Tak tersisa seorang pun di Makkah kecuali Rasulullah ﷺ dengan Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali beserta orang-orang tua yang lemah dan wanita yang tidak dapat hijrah,
juga muslimin yang berada dalam kekuasaan orang kafir dan dalam siksaan mereka. Tidak lama kemudian izin untuk hijrah telah datang. Rasulullah ﷺ hijrah bersama Sayyidina Abu Bakar dan meninggalkan keluarganya
Rasulullah ﷺ meninggalkan Sayyidah Fatimah, Ummu Kultsum, juga istri beliau Saudah, sedangkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib setelah tiga hari menyusul Rasulullah hijrah ke Madinah.
Ini adalah sebuah kepercayaan yang sangat kuat dan tinggi dari Rasulullah ﷺ atas putri-putri dan istri beliau, yang mana mereka adalah keluarga dan tumpuan beliau ﷺ.

Mereka tetap sabar dan bertahan serta menunggu izin dari Rasulullah.
kemudian Rasulullah mengutus Zaid bin Haritsah dan Aba Rafi’ untuk menjemput putri-putri dan istri beliau Saudah, beserta keluarga Sayyidina Abu Bakar. Mereka pun segera bergegas dan berusaha keluar dari Makkah di waktu yg sepi sehingga tdk terlihat oleh orang-orang kafir Quraisy
Akan tetapi,sangat disayangkan mereka berjumpa dengan orang kafir, yang ingin menyakiti putri Rasulullah

Ketika Fatimah berada di gotabul ba’ir (rumah-rumahan kecil yg berada di atas unta) tdk disangka muncul Huwairits bin Nugait, menghadang mereka dan berusaha mengulingkan unta
Maka unta pun terguling, jatuhlah Sayyidah Fatimah dan Ummu Kultsum dari atas unta, tubuh kedua putri Nabi ﷺ terhampas dengan sangat keras.

Sehingga terluka dan berdarah, menjadi bertambahlah rasa sakit yang di derita nya, daya tahan tubuh mereka pun lemah.
Di mana mereka berdua belum sembuh benar dari rasa sakit dan derita bekas pemboikotan. Tubuh Fatimah dan Ummu Kultsum sangat memprihatinkan.

Sampailah kabar kepada Nabi ﷺ atas apa yg telah dilakukan oleh orang yg dzalim dan kafir, yg tidak mengerti sopan santun dan hati nurani.
Bagaimana bisa seseorang keluar hanya ingin menyakiti perempuan..??!

Menghadang para wanita yang lemah dan tanpa senjata.

Sungguh sangat pengecut sekali!

Nabi menahan rasa sakit tersebut dan menyimpannya, sehingga datang “Fathu Makkah ” di tahun ke-8 hijriyah.
Nabi ﷺ Saw. bersabda: “Siapa saja di antara kalian yang menemukan Huwairits bin Nugait maka bunuhlah walaupun dia bergelantungan di tirai Ka’bah.”
Dan siapakah orang yang beruntung ini yang akan membunuh orang yang keji dan dzalim ini sehingga dapat mengubati hati Umat Islam dan mengubati hati az-Zahra’ atas apa yang telah dilakukan atasnya.
Ternyata dialah Sang Kesatria yang sejati yang mampu mengubati luka yang ada dalam hati setiap mukmin, yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Beliau menemukan Huwairits bin Nugaid, ketika melihat Sayyidina Ali menghunuskan pedang Huwairits meminta maaf dan perdamaian. Akan tetapi Sayyiduna Ali dengan tegas membunuhnya sebagai balasan dan karana diperintahkan oleh Rasulullah.
Sampailah Sayyidah Fatimah dan Sayyidah Ummi Kultsum di Madinah dan Rasulullah sangat senang dengan kedatangan dua putrinya tersebut. Begitu juga Fatimah merasa tenang hatinya ketika melihat ayahnya dalam keadaan aman setelah mendapat gangguan dan kesusahan yg dihadapi di Makkah.
Bergembiralah hati Az-Zahra’ ternyata ayahnya telah menemukan suatu kaum yang mencintai dan dicintainya, suatu kaum yang menolong dan siap berkorban atasnya. Semakin tenanglah hati dan pikiran Az-Zahra’ kerana Sayyidah Fatimah setiap harinya tak dapat tidur malam,
hatinya gelisah dan berkeringat dingin kerana takut terjadi sesuatu atas ayahnya ﷺ

Rasa tenang meliputi hati Zahra’ ketika melihat orang-orang Anshar yang berada di Madinah lebih mementingkan kepentingan Rasulullah ﷺ atas diri, keluarga, anak-anak, dan semua yang mereka miliki
Sementara itu Sayyidah Zainab masih berada di Mekkah, maka terjadilah apa yang harus terjadi, berada sendirian dalam Islam sedangkan suaminya berada dalam kekufuran sebelum Allah pisahkan pernikahan muslim dengan kafir.

Bersambung besok, insya Allah 🙏🏿

Sallu ala Nabi🌹

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Sayid Machmoed BSA

Sayid Machmoed BSA Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @sayidmachmoed

5 Feb
Manaqib Sayyidah Fathimah radhiyallahu ‘anhu

Bagian terakhir

Maka Rasulullah ﷺ menjawab “marhaban wa ahlan ya Ali”

Sayyidina Ali pun terdiam dan tersipu malu.

Begitu juga Nabi ﷺ terdiam dan malu beberapa saat. Image
Dalam benak Rasulullah ingin Sayyidina Ali untuk membuka pembicaraan, dan Ali dalam keadaan malu yang sangat sehingga tak mampu meneruskan kata-katanya.
Maka keluarlah Sayyidina Ali, dan para sahabat telah menunggu di luar dan bertanya “Apa yang Rasulullah katakan padamu ?”

Sayyiduna Ali menjawab”Rasulullah ﷺ berkata: “marhaban wa ahlan ya Ali”
Read 180 tweets
5 Feb
Syeikh Dr. Yusri Rusydi hafidzohullah pernah berkata:

Di dalam pendapat imam syafii, siapa saja yang menjumpai org kafir mau masuk islam maka ia tdk boleh menunda meskipun sesaat

Bahkan kata beliau imam syafii kalau ada orang mau masuk islam di waktu khotib lagi khutbah jumat -
maka wajib bagi khotib menunda khutbah jumatnya

Karena kalau dia berkata tunggu sampe selesaj jumat, tandanya ia ridho dengan kekufuran walau sesaat, dan keridhoan atas kekufuran merupakan bentuk kekufuran
Dan tidak sah jamaah yang sholat di belakang khotib itu, karena ia telah kafir (seandainya ia menunda orang yang mau masuk islam)

Urusan acara itu urusan lain, khawatir yang niat mau masuk islam ini belum mengucapkan syahadat tau-tau meninggal gimana?
Read 4 tweets
4 Feb
Manaqib Sayyidah Fathimah radhiyallahu ‘anhu

Bagian ke 3

Fatimah & Ummu Kultsum tdk mengetahui keadaan saudarinya itu. Hari-hari pun berlalu sampai datang peristiwa perang Badar yg mana di dalamnya terdapat sebuah pertolongan/kemenangan dari Allah atas Rasul-Nya & kaum muslimin Image
Mereka mendapat banyak tawanan orang kafir, ternyata salah satu dari tawanan tersebut adalah Abul Ash bin Robi’ suami Zainab, dan Rasulullah tetap menegakkan perintah Allah.
Sebagian besar penduduk Mekkah mengirim sejumlah harta untuk menebus keluarga yang jadi tawanan, Zainab pun juga mengirimkan melalui Amr bin Robi’, saudara suaminya sebuah bungkusan kotak kecil dan berkata “Berikan ini kepada ayahku dan katakan Zainab ingin menebus suaminya..”
Read 46 tweets
4 Feb
Jauh sebelum itu KH Hasyim Asy’ari sudah mewanti-wanti untuk menjauhi sifat fanatik dalan bermazhab. Itu beliau tuangkan di dalam kitab:

📚Mawa’idz, hal. 33 dalam kompilasi kitab Hasyim Asy’ari, Irsyadu al-Sariy fi Jam’i Mushannafati al-Syaikh Hasyim Asy’ari

Sebagai berikut Image
KH. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai seorang ulama yg sangat toleran terhadap perbedaan mazhab. Meski beliau termasuk pendiri Nahdatul Ulama yg dikenal banyak mengambil pendapat Imam Syafi’i namun dgn tegas ia menyeru para ulama NU menjauhi sifat fanatik buta terhadap satu mazhab.
Mengenai hal ini beliau menulis: “Wahai para ulama yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap urusan furu’ (cabang agama), dimana para ulama telah memiliki dua pendapat atau lebih yaitu;
Read 8 tweets
2 Feb
Hari ini 20 Jumadil akhir 1442 H hari kelahiran wanita suci

Saya akan berbagi kisah dalam beberapa bagian yg saya ambil dari Manaqib Sayidah Fatimah

Semoga setiap bait kata merawat luka dihati kita. Krn inilah penawarku, tanda diriku hidup

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Banyak riwayat yang menyebutkan keagungan Sayyidatina Fatimah binti Muhammad ﷺ

Di antaranya: Diriwayatkan oleh Miswar bin Makromah, Rasulullah ﷺ bersabda: “Fathimah adalah belahan jiwaku siapa yang membuatnya marah maka telah membuatku marah.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya puteriku Fathimah adalah bidadari yg suci tdk pernah haid”

Diberi nama Fathimah (dalam Bahasa Arab fathuma-yafthumu : memisah atau melepas) krn Allah melepas/meyelamatkan anak cucunya dan para pecintanya dari api neraka
Read 83 tweets
1 Feb
Cara Imam Syafi'i mendidik Murid yang lamban dalam memahami pelajaran dan begini cara Mengajarnya

mugtama.com/articles/item/…
Sangat mengesankan pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana cara Imam Syafii, sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban dalam memahami pelajaran, bahkan lahn dalam membaca Al Qur'an.
Sang Murid itu adalah Ar Rabi’ bin Sulaiman, murid paling lamaban. Berkali-kali diterangkan oleh sang guru Imam Syafii, tapi Robi’tak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafii bertanya,
“Rabi’ Sudah faham paham belum ?”
“Belum faham, ”jawab Rabi’.
Read 13 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!