w a h . Profile picture
Feb 4, 2021 169 tweets 23 min read Read on X
"MENGHUNI RUMAH BEKAS TEMPAT PESUGIHAN"

- A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #malamjumat Image
Saya drop cover ceritanya dulu, saya akan mulai cerita malam nanti. Silahkan notice dengan RT, like dan komentar sebanyak-banyaknya, agar tidak ketinggalan ceritanya
Monggo, baca dulu keseruan cerita saya sebelumnya sembari menunggu cerita saya dimulai 🙏🏻
Cerita ini, saya adopsi dari pengalaman seorang kerabat lama saya, yg beberapa waktu lalu sempat bertemu dengan saya dan menceritakan pengalaman kelamnya ini.

Sebuah cerita masa kuliahnya masa lalu yg sempat menghuni rumah kontrakan, yg mana bukan rumah kontrakan biasa
Disclaimer : Narasumber (kerabat saya) meminta segala nama tokoh dan tempat untuk tidak disebutkan secara gamblang, oleh karena itu, dalam cerita ini semua nama tokoh dan tempat saya samarkan.
Tetapi, alur, dan peristiwa-peristiwa dalam cerita saya tulis sesuai dengan apa yg diceritakan dan dialami narasumber dengan kawan-kawannya secara langsung.

Jadi, kalau nanti saya kebablasan menyebutkan nama tempat, saya minta untuk dijadikan konsumsi sendiri saja
Selamat malam semuanya, semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
Sebagai manusia memang, sudah menjadi kewajiba kita untuk menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan segala larangan-larangan-Nya.
Tetapi, bagi sebagian orang yg sudah terlenda dan terobsesi dengan harta di dunia, maka akan terus mengikuti hawa nafsunya dan akan melahirkan cinta kepada dunia, cinta kepada dunia akan melahirkan cinta kepada harta dan kedudukan,
cinta kepada harta dan kedudukan akan melahirkan sikap menghalalkan segala yang diharamkan oleh-Nya

Sekali lagi, syukuri segala hal yg sudah kita punya sekarang 🙏🏻
Sekali lagi saya ingatkan,bagi pembaca yg mengenali lokasi yg saya ceritakan,saya minta simpan buat diri sendiri saja. Tidak perlu nebak atau bertanya-tanya di kolom komentar. Karena, saya takut,kalau terbongkar akan menimbulkan dampak yg membahayakan bagi narasumber/saya pribadi
Tolong bantu saya ya, saya yakin kalian semua dapat dipercaya. Saya tidak ragu, untuk menghapus cerita ini, apabila setelah saya menulis cerita ini, kemudian ada hal-hal yg tidak diinginkan terjadi. Bisa dipahami ya? Oke, saya anggap bisa.
Sudah lebih dari 10 tahun yg lalu, tatkala aku mengenyam pendidikan tinggi yg jauh dari rumah. Ada sebuah kenangan, yg mungkin hingga sekarang menjadi salah satu kenangan yg saat aku mengingatnya, pasti aku akan bergidik ngeri dan tidak percaya aku pernah mengalaminya
Bagaimana tidak? aku yg memutuskan mengambil kontrakan rumah dengan kawan-kawan dengan niatan lebih hemat, malah membuat kami ketakutan hampir disetiap malam selama berbulan-bulan lamanya.
Aku, sebut saja namaku Joko, kala itu aku adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota besar yg ada di pulau Jawa, yg akan memasuki semester kedua perkuliahan. 

Menjadi anak perantauan, memaksaku untuk bisa hidup mandiri, jauh dari keluarga disini.
Sejak awal kuliahku di semester pertama, aku menempati kos yg tak jauh dari kampusku berada, tapi, seiring berjalannya waktu, lambat laun aku mengenal satu-persatu kawan satu kelasku.
Bahkan, aku banyak sekali mengenal kawan-kawan baru yg berbeda jurusan denganku. Itu karena, di kampus aku mengikuti salah satu UKM, yg membuatku dipertemukan oleh mereka semua.
"Jok, habis rapat, ngopi di depan kampus yuk, sama anak-anak" ajak salah satu temanku yg bernama Sugeng
"Siap" jawabku singkat sambil mengangkat jempol tanganku ke arahnya
Kami berdua, mengikuti UKM yg sama. Setelah rapat rutin UKM, aku dan Sugeng, dengan 3 temanku yg lain, sebut saja, Anto, Pras, dan Fais. 
 
Lepas rapat, dengan motor kami masing-masing, kami berlima lantas bertolak menuju kedai kopi yg tak jauh dari area kampus.
Aku sendiri menganggap ajakan ini biasa saja, karena sudah sering sekali, kami ngopi bersama

Sesampainya, aku memesan espresso segelas kecil, yg tiap kali aku kesini pasti memesannya.Lalu, kami ambil tempat yg memojok, agar saat berisik, tidak ada yg merasa terganggu dengan kami
Basa-basi ngobrol pun kami mulai, hampir semua topik pembicaraan kami libas semuanya. Masalah kuliah, urusan rumah, organisasi, politik, hingga membahas perempuan pun tak luput dari pembahasan kami.
"Eh gimana progres mu sama si Nia Pras?" tanyaku, karena yg ku ketahui ia sedang mendekati Nia, perempuan di fakultas sebelah
"Gimana yo jok? Sainganku roda 4 e, minder aku" jawabnya
"Sudah to pras, kalau dirimu masih yakin, terjang! kalau menurutmu sudah cukup, yowes ikhlaskan!" seru Anto sambil menepuk-nepuk bahu Pras, seraya menenangkan suasana hatinya
Hahaha.... Begitulah cinta, memang benar cinta itu dalam hati dan rasa, tapi, cinta bisa membedakan, mana kendaraan yg mampu membuatnya nyaman tatkala duduk diatasnya 

"Semangat pras, semangat!" ucapku menyemangatinya
"Eh...ehh begini, jok, pras, is. Aku malam ini ngajak kalian kumpul ini, karena mau menawarkan suatu hal" ucap Sugeng

"Apa geng?" jawabku

"Apa ik?" tanya Pras dan Fais
"Begini, rencana, aku sama Anto, mau ngajak kalian ngontrak rumah bareng. Biar kita bisa ngumpul bareng, selain itu, kontrakannya murah kok, jadi kalau dihitung-hitung dgn pengeluaran kos setahun, lebih irit kalau ngontrak di rumah ini" pungkas Sugeng
 
"Emang berapa?" tanya Fais
"7,5jt is, kamarnya 3, luas juga"

"Serius?" Tanyaku dan Pras bersamaan

"Iya serius" jawab Fais sambil memperlihatkan foto rumah yg disimpannya

"Jauh gak dari kampus?" tanya Pras

"Gak deket, tapi gak jauh juga sih. Tengah-tengah lah, toh kita bawa motor semua kan" jelas Sugeng
"Gini aja, kita agendakan survei kesana bareng, biar bisa lihat semuanya, kalau sudah pada tau semuanya kan nanti gampang buat mutusin, gimana?" usulku

"Siap"

"Oke"

Jawab semuanya bersamaan.
Singkat cerita, 3 hari pasca kami berkumpul, sepulang kuliah kami berlima janjian untuk survei ke rumah yg dimaksud Sugeng dan Anto. Ku sela motor legendku "honda win" warisan dari bapaku ini. Walaupun motor tua, tapi bisa diadu dengan kecepatan motor-motor sekarang
"Yuk gas!" ajak Sugeng

Kami berlima saling bonceng, aku dengan Pras, Anto dengan Joko, sementara Sugeng sendiri memimpin perjalanan kami. Dgn jalan pelan, kami berlima berkendara menyusuri jalanan.

Perlahan, jalan semakin sepi, seiring kami yg semakin masuk wilayah perkampungan
Kelak-kelok jalanan kampung kami lalui dengan hati-hati, tawa anak-anak yg berlarian bermain pun tak lepas kami lihat di sudut-sudut kampung. Bahkan, ibu-ibu yg tengah asik ngerumpi pun kami jumpai
Ah, memang benar-benar beragam sekali budaya-budaya masyarakat di negeriku ini.
Hingga pada akhirnya, Sugeng berhenti di depan suatu rumah, rumah yg dengan nuansa klasik dengan cat berwarna coklat terpampang nyata di depan kami semua. Rumah yg cukup luas dengan latar yg lumayan luas juga.
Tapi, selain itu, rumah ini tampak usang, seperti sudah tidak dihuni selama bertahun-tahun. Dan, rumah ini pun berdiri menyendiri, agak jauh dari tetangga di kanan kirinya. Kanan kirinya hanya berupa tanah yg agak luas

"Ini geng?" tanya Joko

"Klasik begini ya rumahnya"ujar Joko
“Tapi, udah lama gak dihuni nih kayaknya” sautku

"Iya ini, sebentar, aku hubungi dulu pemiliknya" jawab Sugeng, sambil membuka hp dari saku celananya
 
Aku dan 4 kawanku yg lain menunggu di kendaraan, sambil melihat-lihat setiap sudut rumah yg bisa kami lihat dari luar
"Mas, mau ngontrak disini?" tanya salah seorang ibu-ibu, yg tiba-tiba datang di depan rumah entah darimana arahnya

"Ehhh, iya buk" sautku

"Beneran mas, mau ngontrak disini?" tanya ibu-ibu itu lagi

"Iya buk, emang kenapa ya?" tanya Pras
"Egghhh, egghhh... Enggak mas, gakpapa. Yaudah, ibu jalan dulu ya mas. Semoga betah kalau ngontrak disini" jawabnya
 
Aku rasa, ada yg aneh dengan gelagat ibu-ibu itu, aku yakin ada yg disembunyikannya di balik perkataan gakpapanya yg sedikit terbata-bata. Tapi apa?
Cukup lama kami menunggu, hingga akhirnya seorang bapak-bapak tua dengan rambut gondrong datang menghampiri kami.

"Mas, yg mau lihat rumah ya?" tanyanya

"Oh iya, pak, kami mau lihat-lihat rumahnya" terang Sugeng

"Saya pak Tohir" 

"Yaudah, mari, saya bukakan" ajaknya
Dari luar, memang tidak ada yg aneh jika dilihat, hanya ada satu pohon mangga yg tumbuh di depan rumahnya. Tapi, baru saat melangkahkan kaki ke dalam rumah, tiupan angin berhembus dari dalam rumah dan keluar dari pintu yg kami semua lewati.
Rasanya seperti ada yg melintas keluar dari dalam rumah. Yg lain, ku lihat biasa saja. Apa hanya aku yg merasakannya? Tapi masak iya?

Ah sudah, aku masih tidak menganggap serius hal itu.
 
Tanpa diintruksi,kami semua langsung berpencar, melihat semua sudut rumah yg kami inginkan
Reflek, aku berjalan kesana kemari mengikuti langkah kaki.
 
Baru masuk, di ruang tamu, ada kursi goyang dari kayu, “Mungkin, dulunya, rumah ini dihuni oleh orang tua yg senang sekali bersantai di kursi ini” batinku dalam hati.
Selain itu, di beberapa sudut rumah, ada perabotan yg sudah tersedia disini, seperti lemari, meja, kursi. Jadi, tidak 100% kosong.
 
Sampai akhirnya, Pras yg sejak tadi melihat-lihat diluar, masuk ke dalam rumah.

"geng, disini gak jauh dari kuburan ya" ujarnya
"Iya mas, disana itu tempat pemakaman umum" saut pak Tohir sambil menunjuk ke arah kuburan yg dimaksud Pras

Sontak, beberapa dari kami yg mendengar perkataan pak Tohir lantas saling tatap.

"Tapi, aman kan pak disini?" tanya Fais
"Aman kok mas, gak pernah ada maling" ujar pak Tohir

"Maksudnya, aman dari begituannya pak" 

"Begituan? Maksudnya bagaimana mas?" tanyanya belum jelas

"Eegghhh...."

"Aman dari setannya pak" celetuk Pras tiba-tiba
Pak Tohir tersenyum dengan sedikit tertawa mendengar perkataan Pras. Kami berlima saling tatap melihatnya.

"Ha...ha...ha... Emang kalau ada kenapa mas?"

Pertanyaannya membuat kami semua melongo mendengarnya.
Setelah itu, kami tidak lagi membahas soal itu. Kami melanjutkan melihat-lihat seluruh bagian rumah. Kali ini, ada sebuah foto yg menyita perhatianku. Saat aku tengah melihat bagian rumah yg sepertinya dulunya ini merupakan ruang keluarga.
Di salah satu sisi temboknya, tertempel foto lawas berukuran besar, yg disitu terdapat sepasang orang tua, dengan pakaian adatnya yg khas.

“Ini yg punya rumah ya pak?” tanyaku pada pak Tohir

“Iya mas, itu kakak saya dengan istrinya, tapi sudah lama meninggal” jawabnya
“Ohh, karena sakit pak?” tanyaku lagi

“Egggghhhh,… iya mas” jawab pak Tohir

Sedikit aneh aku melihat raut wajahnya, saat beliau menjawab pertanyaanku barusan.

Ah tapi sudahlah, lagipula ini hanya foto.
“Tapi nanti kalau jadi ngontrak disini, dan mas-masnya terganggu dengan foto ini, nanti biar saya ambil saja fotonya” ujar pak Tohir

“Gakpapa pak, biar disini saja” jawabku sungkan, walaupun sebenarnya lebih baik juga jika foto ini diturunkan saja hahaha
Saat itu kami lihat semuanya aman, tidak ada hal-hal janggal yg kami temui disini, hanya rumahnya saja usang dan perlu dibersihkan sebelum kami tempati, karena sudah lama tidak berpenghuni.
 
“Pak Tohir, kami rembukan (berunding) dulu sebentar ya pak” ucap Anto
Setelah dipersilahkan, kami berlima keluar rumah, dan berunding di pelataran rumah, untuk menentukan pilihan. Apakah kami sepakat akan ambil kontrakan ini atau tidak.

“Bagaimana lur?” tanya Sugeng, dengan menyebut kami dengan kata “lur”, yg artinya sedulur
“Asik sih, luas rumahnya, cukup lah kalau buat kita berlima” tandas Fais

“Iya sih, harga sewanya juga terjangkau kalau dibagi kita berlima” ujar Pras

“Kalau kamu gimana jok?” tanya Anto

“aku ngikut aja sama kalian, bagus kok rumahnya, Cuma perlu dibersihkan dulu aja” jawabku
“Oke, deal ya, biar aku ngomong bapaknya” ucap Sugeng

Semuanya mengangguk, tanda setuju. Kami pun kembali masuk ke dalam rumah
 
Saat itu, kami semua sepakat akan mengontrak disana, tanpa sebelumnya tau, tentang misteri yg sudah terpendam di dalam sana
“Pak Tohir, kami jadi ambil kontrakan disini. Cuman kami tempati 2 minggu lagi, karena sebagian diantara kami masih belum habis kosannya” ucap Sugeng pada pak Tohir

“Ohh iya mas, di dp dulu saja buat tanda setuju” jawabnya
Kami semua lantas mengeluarkan 100rb dari kantong masing-masing, artinya kami dp 500rb dulu disini.

“Ini kuncinya mas, tapi kesininya minggu depan ya,  minggu ini biar saya suruh orang buat bersihin rumahnya dulu” ujar pak Tohir.
Setelah semuanya beres, kami semua pulang, pindah tempat ke angkringan terdekat.

“Pras, pas lihat-lihat rumahnya tadi, ada yg aneh gak?” tanyaku pada Pras saat perjalanan

“Engga jok, kenapa?”

“Gakpapa sih, tanya aja” jawabku
Hari demi hari berjalan, kami berlima mulai memindahkan barang-barang ke rumah kontrakan baru yg akan kami huni. Hingga, tak terasa, kos-kosan kami semua telah habis. Sekarang, kami mulai pindah dan menetap di kontrakan tsb.
Masalah kamar, aku kebagian dengan Anto menempati kamar belakang, Pras dengan Fais di kamar tengah, dan sementara Sugeng, ia menghuni kamar depan sendiri. Tapi, pembagian ini hanya formalitas saja, kami semua bisa tidur di kamar mana saja, asal kasurnya masih muat.
Di awal-awal kami mengontrak, suasana seru selalu kami rasakan, karena enaknya ngontrak bersama memang seperti ini, bisa susah senang bersama.Tapi, suasana ini tidak berlangsung lama, setelah satu bulan disini.
Kejanggalan pertama, ditemui oleh Fais, saat ia pulang duluan ke kontrakan di siang hari.

Setibanya di kontrakan, ia menjumpai rumah yg sudah dalam keadaan terbuka. Ia memanggil satu-persatu nama kami dari luar, pikirnya, kami tiba-tiba ikut pulang dan mendahului Fais.
Tapi, saat itu Fais tidak mendapatkan jawaban apapun. Fais semakin penasaran, sebenarnya ada siapa di dalam, karena ia ingat betul, pagi tadi kami berangkat bersama dan sudah memastikan kalau pintu rumah sudah terkunci.
Tapi….

Betapa terkejutnya Fais, tatkala langkahnya sampai di depan pintu, ia mendapapati jejak kaki aneh yg tersisa berukuran lebih besar dari ukuran kaki manusia. Jejak ini bercampur dengan tanah merah, seperti tanah-tanah kuburan.
Ia tidak tau jejak kaki makhluk apa itu, bukannya takut, Fais malah semakin penasaran. Ia berjalan masuk ke dalam rumah, mengikuti tapak jejak yg ternyata mengarah ke loteng belakang rumah dan habis disana
 
Saat dicek ke semua sudut rumah,ia tidak menemukan apapun di dalam rumah
Saat semuanya sudah sampai di kontrakan, Fais menceritakan temuannya ini dan menanyakan adakah barang-barang kami yg hilang.

Tapi syukurlah, semua barang aman.
Jeda dulu ya, selamat malam!
Malam itu, saat malam semakin larut, kami semua sudah masuk kamar masing-masing, sebagian sudah tidur karena besoknya kuliah pagi dan ada juga yg masih melek entah berbuat apa.
Aku sendiri, masih belum bisa tidur, sementara Anto sudah pulas tertidur duluan. Padahal pagi nanti, aku ada jadwal mata kuliah jam 7 pagi.

Aku yg masih terus berusaha tidur dengan keadaan lampu yg sudah gelap, tiba-tiba....
Kretekkk.....kretekkk.....

Dari atap rumah, muncul suara seperti sedang ada yg berjalan disana. Aku coba pastikan lagi, barangkali telingaku keliru. Tapi, suara langkah itu terus ada dan tambah terdengar
"tok...tok...." aku membangunkan Anto sambil menepuk-nepuk pundaknya

"Alahhh susah bener nih anak dibangunin" gerutuku melihat Anto tak kunjung bangun

Aku langsung keluar ke kamar tengah, disana, ternyata Pras dan Fais sama-sama belum tidur
Di dalam kamar, ternyata Fais dan Pras juga sedang diam memperhatikan suara yg berasal dari atas rumah.

"Apa sih itu?" tanyaku

Mereka berdua menggelengkan kepala

"Cek yuk keluar" ajakku
Mereka berdua sebenarnya takut, akupun begitu. Tapi, bahaya lagi kalau ternyata itu adalah maling yg sedang bersiap membobol kontrakan kami.

Mau tidak mau, akhirnya kami bertiga memberanikan diri keluar rumah membawa senter milik Pras.
Saat diluar, kami senterin semua sudut atap rumah. Anehnya, gak ada apa-apa disana.

Fais duluan masuk dengan lari, sehingga membuatku dan Pras ikut membuntutinya dari belakang. Sampai di dalam, suara itu muncul lagi, kali ini kami bertiga memberanikan diri keluar rumah lagi.
Lagi, lagi.... kami tidak menemukan apapun disana...

Rasa cemas dan takut, semakin muncul menyelimuti perasaan dan pikiran kami.

"Wah gak beres nih" ucapku saat kami bertiga sudah masuk ke dalam rumah.
Sampai kurang lebih 30 menit, suara langkah kaki di atas rumah terus-terusan ada sampai akhirnya hilang dengan sendirinya.

Semua doa terus kami panjatkan dalam hati kami masing-masing.

"Cepetan tidur aja" suruhku sambil berjalan menuju kamarku
Malam itu, sudah tidak ada lagi gangguan serupa. Kami bertiga simpan kejadian ini rapat-rapat dari Sugeng dan Anto. Kami kira, kejadian hari ini hanya akan terjadi sekali. Tapi, ini baru saja permulaan.
Sekitar satu minggu setelah kejadian itu, hujan turun sangat deras, untungnya, kami berlima sudah sampai di kontrakan semua.

Saat tengah asik ngobrol, tiba-tiba...

"Duuuarrrrr....." suara ledakan terdengar dari luar beberengan dengan listrik yg padam.
Sontak, kami semua keluar ke ruang depan untuk mencari tau darimana suara tsb berasal. Ternyata, travo listrik yg gak jauh dari kontrakan meledak, dan ini yg menyebabkan listrik seketika padam.
Setelah mengetahui, kami semua kembali ke kamar lagi. Tapi karena listrik mati, kami semua kumpul jadi satu di kamar tengah. Ada yg tidur, mainan hp dan ngobrol.

Suasana yg awalnya tenang, seketika berubah tatkala tiba-tiba kamar tercium bau anyir yg entah dari mana.
“Bau apa nihh!” ucap Fais tiba-tiba sampai membangunkan Sugeng yg tidur

“Sssttt….sssttttt” Pras memberikan kode untuk kami diam sejenak.

Sepertinya ia faham dengan bau anyir yg tiba-tiba datang menyengat.
Tak lama dari situ, suara ketukan muncul dari pintu rumah.
“Ada yg datang” ucapku lirih

“Jangan dibukain, disini aja. Mana mungkin ada tamu datang saat tengah malam sama hujan angin diluar begini” ucap Pras
Suara ketukan rumah terus terdengar di telinga kami semua, tapi, suara yg awalnya pelan dan santai layaknya seseorang tengah mengetuk pintu, tiba-tiba berubah kencang dan cepat, serta sesekali disertai dobrakan-dobrakan kencang.
Diantara lilin yg menyala, aku lihat wajah satu-persatu dari temanku yg mulai gelisah ketakutan.

“Untung, pintu rumah sudah dikunci” ucap Sugeng
Kami semua hanya diam membiarkan,kami hanya takut kalau pintu rumah berhasil terbuka, dan makhluk yg entah apa itu masuk ke dalam rumah lalu menemukan kami di kamar ini

Hingga entah berapa menit,suara ketukan pintu tsb hilang dgn sendiri,seiring dgn hujan dan angin yg mulai reda
Seakan hujan angin yg datang malam ini hanya sebagai pertanda, kalau akan ada hal janggal yg datang.

Kami berlima bernafas lega, malam ini kami semua memutuskan untuk tidur bersama di kamar ini.
Takut kalau ada hal yg aneh-aneh lagi katanya.

Dengan keadaan gelap karena listrik belum juga nyala, kami tidur.

Tapi, lagi-lagi teror ini tidak berhenti sampai disini.
Teror dan gangguan terus berdatangan di kontrakan kami, walau tidak setiap hari.

Gangguan selanjutnya datang, saat hanya ada aku dan Sugeng di kontrakan, sementara yg lain pulang kampung karena kebetulan hari itu bertepatan dengan libur akhir pekan.
Karena di rumah hanya ada kami berdua, lantas aku dan Sugeng tidur bersama di kamar tengah. Seperti biasa karena besok masih hari minggu, aku dan Sugeng begadang dengan ngobrol banyak hal.
Di tengah obrolan kami berdua yg semakin asik, tiba-tiba terpecah saat muncul suara aneh yg dari tembok luar.

Setelah ku perhatikan, suara tersebut terdengar seperti kuku yang sedang digaruk-garukkan ke tembok.
“Jok, apa tuh?” tanya Sugeng

“kuku….kuku…. ada yg sedang menggaruk diluar” jawabku ragu

Ku lihat Sugeng berdiri dan menempelkan telinganya tepat di tembok yg kami curigai sebagai tempat suara itu berasal.

“Apa kucing?” tanyaku
Sugeng masih terus mendengarkan suara tsb

“Kalau kucing, gak mungkin sebesar dan sejelas ini” ucap Sugeng

“Selain itu, samping rumah kan semak-semak, ngapain kucing ke semak-semak tengah malam begini” imbuhnya
“Apa kita cek aja?” tanyaku

“Hah? Berani? Kalau aku sih enggak” ujar Sugeng

“Kalau aku sendiri juga gak berani” jawabku dengan sedikit nyengir walau hati merasa takut

“Yaudah diem aja disini, semoga cepet ilang” ucap Sugeng
Tak hanya suara kuku yg sedang menggaruk-garuk, kini muncul suara eraman seperti eraman binatang buas. Sugeng yg awalnya tampak tenang, kini wajahnya seketika terlihat ketakutan.

“Gimana ini geng?” tanyaku sambil melihatnya
melihatnya

“Ya sudah, cek aja ayo jok. Bismillah” ucap Sugeng sambil membusungkan dadanya

Entah apa yg merasuki kami berdua, sehingga kami berani keluar melihat apa yg sedang terjadi diluar sana.

Dengan bekal senter di tangan, kami melangkahkan kaki keluar rumah.
Aku dan Sugeng berjalan beriringan, karena tak seorangpun dari kami berani berjalan lebih dulu.

Saat di luar, jantungku seketika berdegup kencang. Sugeng pun tiba-tiba memejamkan matanya sambil beristigfar berkali-kali.
Bagaimana tidak?

Apa yg kami berdua lihat, benar-benar membuat kami berdua tidak percaya.

Sesosok makhluk berbadan manusia, namun tidak dengan kepala dan tangannya.

Baru kali ini aku melihat makhluk semacam ini, pun dengan Sugeng
Mulai dari leher keatas, yg tumbuh bukanlah kepala manusia, tapi kepala anjing. Juga dengan tangannya, layaknya tangan anjing yg memiliki cakar teramat panjang.

Sosok tsb berdiri sambil mencakar-cakar tembok, tepat diluar tembok kamar tengah tempat kami tadi berada
Sugeng tiba-tiba menarikku masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintu rapat-rapat.

Mengetahui hal tsb, aku dan Sugeng pindah ke kamar depan, disitu Sugeng memintaku berjanji untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapa-siapa, termasuk kepada Anto, Fais dan Pras.
Karena, bisa saja membuat mereka tidak ingin kembali lagi kesini, atau malah cerita ini hanya dianggap sebagai khayalan, atau bualan kami berdua saja.

Hari demi hari terus berlalu, dan gangguan datang lagi menghampiri kami.
Kali ini, gangguan itu datang pada Pras, saat ia tengah tidur di jam 8 malam.

Tiba-tiba ia bangun dengan mata melotot sambil berucap “siapa kalian….siapa kalian….?!!” Dengan suara lantang dan keras

Fais yg saat itu berada di dekatnya pun menjadi sasaran.
Fais yg belum sempat menjauh, tiba-tiba dicengkeram lehernya oleh Pras.

Sontak Pras berteriak sebisanya sambil menepuk-nepukkan tangannya ke lantai di dekatnya.

Mendengar suara berisik di kamar Pras dan Fais, Anto, Aku dan Sugeng langsung menghampiri mereka di kamarnya.
Kami bertiga terkejut, saat melihat keadaan Fais yg sudah pucat wajahnya akibat tidak bisa bernafas karena dicengkeram lehernya oleh Pras.

Tanpa basa-basi, kami bertiga berusaha melepaskan cengkeraman Pras yg ternyata sangat sulit di lepaskan.
Dengan tenaga seadanya, akhirnya kami bertiga bisa melepaskannya.

Kini Pras pada genggaman kami. Dia menggertak sambil terus bertanya siapakah kami semua.

“Kami penghuni baru disini” ucap Anto yg tiba-tiba berani menjawabnya
"Ha....Ha....Ha...."

Sosok di tubuh Pras malah menertawakan kami dengan suara keras, layaknya seorang buto yg sedang tertawa.

Kami semua bingung melihatnya, bingung harus apa yg kami lakukan.
“Aku….. dulu sering dipanggil oleh penghuni rumah ini! Berani-beraninya kalian kesini!”

“Apa yg mau kalian cari disini!”

“Gimana ini jok” tanya Sugeng padauk

“Hah? Mana ku tau!” jawabku
Kami berempat bingung harus melakukan apa agar sosok di tubuh Pras keluar. Kami hanya bisa mendoakannya dengan doa-doa yg kami semua bisa.

Tapi...

Lagi-lagi ia tertawa keras hingga membuat kami takut mendengarnya.
sosok tsb keluar sendiri dari tubuh Pras.

“Alhamdulilah”

Lega, saat melihat Pras sadar lagi.
Singkat cerita, malam itu saat Pras sudah membaik, ia bercerita tentang kejadian tadi seingatannya
Dengan mata dan intonasi suaranya yg masih terdengar takut, Pras bercerita.

Tadi saat ia tengah tidur, dalam bawah sadar ia melihat ada sesosok makhluk berbulu lebat berwarna hitam, dan berkepala anjing, setinggi langit-langit rumah. Tiba-tiba datang dari atas menimpaku.
Setelah itu, ia tak sadar lagi apa yg dirasakannya.

Di hari itu, rasa takut dan was-was mulai menghantui teman-temanku seisi rumah.

Bahkan, tidak seorang pun dari kami yg berani pulang sendiri lebih dulu ke kontrakan saat jam kuliahnya selesai.
Jadi, jika ada yg selesai jam kuliah lebih dulu, maka harus menunggu minimal satu orang lagi untuk berani pulang ke kontrakan.

Beberapa hari setelah itu, teman-teman kuliah berencana ingin main ke kontrakan seberes jam kuliah. Aku dan yg lain pun menyambutnya baik.
Jarang-jarang di kontrakan ramai, pikirku...

Siang hari, seberes kuliah, kami menuju kontrakan bersama-sama. Semuanya tampak biasa saja saat sampai di kontrakan.

Tapi, ada satu temanku perempuan, sebut saja namanya Ningsih. Sejak masuk area rumah, ia terlihat berbeda.
Aku sempat memergokinya saat sedang berdiri mematung sambil melihat pohon mangga di depan rumah.

“Kenapa ning?” tanyaku

“Emang dulu rumah ini dipakai apa?” tanyanya

“Ha? Emang kenapa ning?” tanyaku heran
“Itu disana, ada makhluk raksasa sedang berdiri di samping pohon mangga” jawabnya yg membuatku terkejut

“Jangan bercanda ning! Ini masih siang! Masuk aja ayok” ucapku sambil memaksanya masuk rumah
Tak berselang lama, saat yg lain sedang ngobrol dan ada juga yg tidur, tiba-tiba salah satu temanku namanyan Farid. Ia yg sedang tiduran, tiba-tiba kejang sambil memegang dadanya.

Ia terlihat seperti sedang menahan sesuatu hal yg akan menimpanya, tapi apa? Semua kebingungan.
Sontak aku ikut membantu memegang menahannya, ada juga yg hanya melihat sambil ketakutan.

Tapi...

Tidak dengan Ningsih.
Ia hanya berdiri memperhatikan Farid yg sedang kejang-kejang.

“Ngapain kamu ning diem aja! Sini bantu!” ucapku kesal
Tapi, ia masih saja diam memperhatikan Farid. Aku heran dengan gelagatnya,

“apa yg kini dilihatnya?” batinku dalam hati

Diantara kami yg mencoba menyadarkan Farid, ada yg membacakannya dengan rapalan-rapalan doa dan ayat Al-Qur’an. Tapi, Farid tak juga kunjung sadar.
Ningsih yg semula hanya diam, tiba-tiba mendekat menghampiri. Ia meminta sedikit tempat untuknya di samping Farid

“Mau apa kamu ning?” tanyaku, karena bingung dengan gelagatnya

Ningsih hanya diam tak menggubris pertanyaanku.
Di tempatnya duduk ia membisikkan sesuatu di telinga Farid sambil tangannya menekan dada Farid. Ini dilakukannya hingga kurang lebih 1 menit.

Semua yg ada disitu bingung melihatnya. Tapi ajaibnya, tak lama Farid sadar dengan keadaan nafasnya yg terengah.
"Punya ilmu hitam kau ya ning!" celetuk Irma temanku

Ningsih hanya membalasnya dengan senyum.

Aku yg sejak tadi penasaran dengan gelagat Ningsih, lantas membawanya ke depan rumah
“Kamu apain tadi Farid ning?” tanyaku

“Iya ning, ngapain kamu tadi?” tanya Sugeng yg tiba-tiba keluar rumah

“Kan aku sudah bilang tadi jok, tadi yg mengganggu Farid ya itu tadi yg aku maksud disana” terangnya sambil menunjuk pohon mangga
“Ha? Serius? Terus kamu apain tadi?”

“Ya gitu lah pokoknya” jawabnya

“Itu tu apa sih yg dimaksud?” tanya Sugeng bingung dengan yg kami maksud

“Udah ayo ke dalam lagi, kasihan Farid” ajak Ningsih
"Biasa geng, kayaknya Ningsih melihat apa yg sebelumnya kita lihat" ujarku pada Sugeng

Disini, setelah berteman cukup lama dengan Ningsih, aku baru menyadari jika Ningsih paham dengan hal-hal magis.

Sementara di dalam, Farid masih terlihat bingung dan kosong penglihatannya.
“Kenapa kamu tadi rid?” tanya Sugeng

“Tadi ada makhluk yg menginjakkan kakinya di dadaku” ujarnya

“Kan…..” ucap Ningsih singkat

Setelah semuanya aman, teman-temanku pamit pulang.
“Ning, besok kita ngobrol ya” ajakku pada Ningsih, karena aku masih penasaran dengan apa saja yg dilihatnya di rumah kontrakan ini.

Kejadian hari ini, ,menambah rentetan terror yg kami dapati berlima di rumah kontrakan ini.
Jika ditanya apakah kami semua tidak takut? Tentu iya,

Tidak ingin pindah? Ada keingan. Tapi, kami mempertimbangkan biaya yg sudah kami gelontorkan untuk membayar uang sewa rumah ini.
"Halo ning! udah lama?" sapaku saat menemui Ningsih di kantin kampus dengan Sugeng

"Barusan kok, ini minumanku juga baru datang" tandasnya

"Aku masih penasaran dengan yg kamu lihat kemarin ning, emang kamu lihat apa saja di rumah?" tanyaku penasaran
"Hahahaha...." Ningsih membalas pertanyaanku dengan tertawa

"Mau tau? ntar kalian gak berani lagi tinggal disana!" ucap Ningsih

"Aku mau cari tau ning" ucapku

"Iya ning!" ucap Sugeng menambahiku
"Yaudah deh, tapi jangan takut ya"

"Yg ku lihat dari rumah kontrakan kalian, sepertinya itu bukan rumah biasa. Aku lihat banyak sekali makhluk-makhluk gaib seperti manusia tapi berkepala hewan disana yg sulit jika aku jelaskan disini"
"Coba kamu cari tau ke tetangga-tetangga disana soal pemilik rumah atau penghuni sebelumnya" ucap Ningsih

"Rumah biasa gimana maksudmu ning?" tanya Sugeng

"Aku juga gak tau pasti, hanya saja yg aku rasa dan lihat begitu" pungkasnya
Break! Besok lanjut lagi langsung hingga akhir 🙏🏻
Ayo kita lanjut lagi!
Malamnya, seperti biasa, kami tidur di kamar masing-masing.

Tapi... sial....

Teror ini datang lagi, dan kali ini, aku yg menyadari dulu saat berada di kamar dengan Anto.
Saat aku tengah asik merebahkan lelah, setelah seharian banting tulang mencari dosen kesana kemari karena tugas kuliahku, tiba-tiba suara eraman yg waktu itu sempat aku dengar, muncul lagi.

Aku berusaha tenang, agar Anto tidak curiga.

Tapi...
"Jok, suara apa itu" tanya Anto yg ternyata mendengarnya juga

"Keluar tok keluar sekarang!"

"Mau kemana jok?" tanyanya

"Udah gak usah banyak tanya! Kamu denger kan?! Keluar sekarang!" paksaku

"Yg lain ajak keluar semua!" suruhku tanpa pikir panjang
Aku dan Anto membangunkan seisi rumah, dan memberi peringatan kalau ada hal janggal lagi, yg akan menghampiri kami semua malam ini.

Suara eraman itu terdengar semakin jelas dan terdengar semakin banyak. Tak perlu waktu lana, kami berlima mendengarnya semua.
"Tapi, kemana?" tanya Fais

"Sudah, yg penting keluar saja dulu. Rumah ini sudah tidak aman" jawabku

Dan.....

Baru saja mulutku diam mengucapkan itu,

Langkah kami berlima terhenti di depan pintu rumah...
Tatkala melihat banyak sekali makhluk berjejeran sedang berdiri menatap kami.

Tidak hanya manusia berkepala anjing yg sempat ku temui tempo lalu, tapi kali ini banyak sekali. Pocong berwarna hitam, genderuwo, serta manusia berkepala babi pun ada disana.
Dan masih banyak lagi, entah ada berapa jumlahnya. Tak sempat ku perhatikan semuanya satu-satu. Karena, jangankan memperhatikannya, melihatnya saja aku sudah enggan karena bentuknya yg menyeramkan dan menjijikkan.
Hasrat semakin ingin berlari pun semakin kuat.

Tapi....

Kaki ku dan yg lainnya tiba-tiba tidak bisa digerakkan, seperti terkunci di tempat.

"Jok! gimana ini!!!" teriak Pras

"Kakiku gak bisa gerak!!" ucap Anto kebingungan
"Gimana ini....."

Semuanya kebingungan dan ketakutan.

Semua anggota badan bisa kami gerakkan, tapi tidak dengan kaki yg hanya diam terkunci tepat di depan pintu rumah. Berkali-kali aku berusaha menggerakkan, berkali-kali juga gagal.
Di sisi lain, makhluk-makhluk itu kali ini tidak hanya menatap kami. Dengan matanya yg memancarkan warna merah dengan taring dan cakarnya yg panjang, mereka mulai menghampiri ke arah kami berlima.
"Tolong.....!!!Tolong...!!!" Teriak kami bergantian, berharap ada seseorang yg mendengar teriakan kami

"Tolong......"

"Tolong......"

Berkali-kali kami berusaha berteriak, tak seorang pun batang hidung manusia yg terlihat.
Jantungku semakin berdebar ketakutan, tatkala makhluk-makhluk itu semakin mendekat ke arah kami.

Kami terus berusaha meminta tolong sekeras dan sebisa kami.

Tapi, nasib baik belum menghampiri, entah kala itu jam menunjukkan pukul berapa, hingga tak seorang pun mendengar kami
"Aku bisa lepas....!!!" teriak Sugeng tiba-tiba yg ternyata kakinya bisa digerakkan lagi

Sontak, Sugeng berlari keluar rumah mencari pertolongan.

Di sisi lain, makhluk-makhluk menyeramkan itu kini mengelilingi kami yg tinggal berempat disitu.
Wajah-wajah menyeramkannya kini terpampang sangat nyata di hadapan kami, taringnya yg sangat panjang dengan air liurnya yg terus keluar dari mulutnya. Dengan bau busuk yg sangat menusuk membuat beberapa diantara kami muntah saat itu juga.
Tapi....

Tiba-tiba lagi....

"Kowe kabeh, lungano teko kene opo tak gawe mati kabeh uripmu!!!! (Kalian semuq, pergilah dari sini atau aku buat kalian mati semua disini!)" gertak Fais yg tiba-tiba suaranya berubah seperti tidak dengan suaranya
"Ojo mung menga-mengo le! Rungokno omongku! nek kowe wani nyepelekno aku, tak gawe bubrah uripmu kabeh! koyo sing tak lakuke nang menungso sing tau manggon omah iki sakdurunge"
(jangan hanya tengak-tengok kalian! Dengarkan ucapanku! kalau kalian berani menganggap remeh ucapanku, aku buat berantakan hidup kalian semua! seperti yg aku lakukan ke manusia yg pernah menghuni rumah ini sebelumnya!" tambahnya mengancam kami semua
Tak seorang pun dari kami berani menjawab perkataannya.

Aku pribadi, selain takut, sekaligus berpikir, sebenarnya ada riwayat apa dengan rumah ini setelah mendengar perkataan tadi

Tapi....

Harapanku, hanya ingin Sugeng cepat kembali bersama warga yg mau membantu kami.
"Aku iso wae merintah pasukanku iki kabeh kanggo mateni kowe kabeh saiki!" (aku bisa saja meminta pasukanku semua untuk membunuh kalian semua sekarang!)" ancamnya, sambil menunjuk ke arah makhluk-makhluk yg mengelilingi kami sejak tadi,
yg ternyata mereka semua adalah pasukan dari makhluk yg merasuki Fais

"Tidak mbah....tidak.... kami tidak melakukan apa-apa disini" ucap Anto yg tiba-tiba bersuara

"Haaa...haa....haaa...." sosok di tubuh Fais menertawakan perkataan Anto.
"Ojo mbodoni aku kowe yo le! (jangan membohongiku kamu!)" jawabnya

Di tengah rasa takut kami yg sudah memuncak hingga di ubun-ubun.

Tiba-tiba.....
"Pak itu pak, teman-teman saya" terdengar teriakan Sugeng di depan rumah membawa beberapa warga yg hendak menolong kami semua

"Astagfirullah...." teriak salah satu bapak-bapak yg melihat kami berempat
Tampak salah seorang warga yg datang mengenakan peci, dan baju koko.

"Jangan mendekat dulu bapak-bapak" ujar bapak tsb yg belum ku ketahui namanya

Beliau terlihat mulai melakukan sebuah gerakan dengan mulutnya yg seperti merapalkan doa.
"Allahu Akbar... Allahu Akbar...." hanya kalimat takbir yg bisa ku dengar dengan jelas dari beliau

Beliau berusaha membantu membebaskan kami berempat yg masih terbelenggu oleh makhluk-makhluk menyeramkan ini.
Hingga cukup lama, akhirnya kami bisa bebas dan menggerakkan kaki kami lagi.

"Bapak-bapak, itu dibantu adek-adeknya" ucapnya

Kami berempat diangkat ke ruang tamu dalam rumah.
Disitu, bukannya keadaan berangsur membaik, malah semakin menjadi-jadi. Karena, di dalam rumah ternyata sudah banyak demit-demit yg berjaga di setiap sudut rumah.

"Astagriullah....." teriak bapak-bapak tadi yg setelah ku ketahui namanya pak Muhlis
"Bawa mereka keluar pak, kita ke pos kamling saja" ajaknya

Disana, kami berlima disuruh memulihkan energi-energi kami yg sudah terkuras sejak tadi.

Sementara pak Muhlis, masih terlihat merapalkan doa-doa yg entah aku sendiri tidak tau ditujukan kepada siapa.
"dek, malam ini kalian tidur di rumah bapak dulu, ya. Karena di rumah sana belum aman, ini sudah tengah malam. Kalau sudah enakan, kita langsung ke rumah saya saja" ajak pak Muhlis

"Baik pak" ucap Sugeng mewakili kami berlima
"Besok, tolong pak Tohir diberi tau, dan suruh ke rumah saya ya pak" ucap pak Muhlis ke bapak-bapak yg lain

Singkat cerita, kami berlima tidur di rumah pak Muhlis.
Disana, kami langsung disuruh istirahat setelah sebelumnya kami ditanya soal riwayat rumah kontrakan yg kami huni, sementara kami semua juga tidak mengetahuinya

Pagi datang, kami dibangunkan oleh pak Muhlis, karena pak Tohir sudah datang, dan ternyata ada pak RT juga yg datang
"Pak, apa bapak tidak cerita, soal rumah bapak?" tanya pak RT

"Hmmmm....hmmmmm....." pak Tohir tampak kebingungan

"Belum pak" jawab pak Tohir

"Kalian sendiri, sudah tau soal cerita dari rumah itu?" tanya pak RT pada kami
"Tidak pak" jawab kami bersamaan

"Memangnya ada apa sebenarnya ya pak? Kami semua juga penasaran, sebenarnya sudah lama kami diganggu. Tapi malam tadi yg paling parah" ucapku

"Pak Tohir yg mau ngomong, atau saya?" tanya pak Muhlis
"Bapak saja" jawab pak Tohir sambil menundukkan kepalanya

"Jadi, begini dek. Rumah itu dulunya milik pak Cipto. Pak Cipto dulu tinggal dengan istri dan satu orang anaknya.
tapi, singkat cerita pak Cipto ini melakukan pesugihan yg mana beliau ini memuja iblis-iblis yg didapatinya dari suatu tempat, hingga tega menumbalkan anak dan istrinya"

"Hingga, suatu saat pak Cipto ini tidak bisa memberikan tumbal lagi sebagai syaratnya.
Sehingga, sebagai gantinya pak Cipto ini yg direnggut nyawanya" ucap pak Muhlis yg membuat kami kami semua bengong

"Pak Cipto itu yg fotonya ada di dalam rumah itu bukan?" tanyaku yg tiba-tiba teringat dengan foto orang tua yg ada di dalam rumah kontrakan
"Iya mas, yg itu" jawab pak Tohir

"Bapak ini, adiknya pak Cipto. Dan rumah itu, saya yg mengurusnya" ujar pak Tohir

"Mas-mas nya masih mau tinggal di rumah itu?" tanyanya

Mendapat pertanyaan itu, kami berlima saling tatap. Tidak perlu waktu lama, kami langsung menjawab tidak.
"Baik mas, bapak mengerti. Bapak mohon maaf juga sebesar-besarnya sama mas-mas nya, kalau tidak cerita dari awal. Nanti saya akan kembalikan uangnya setengah karena baru ngontrak di rumah 6 bulanan" ujarnya
"Pak, kami minta ditemani nanti untuk berkemas-kemas barang-barang, ya" ucap Sugeng

Pak Tohir mengiyakannya.

Singkat cerita, kami berlima pindah dari rumah kontrakan itu, dan kembali tinggal di kos-kos an.
Dari cerita dan pengalaman ini, saya berpesan. Kalau jangan mudah tergoda dengan harga sewa yg murah dari rumah kontrakan, bisa jadi memiliki riwayat yg kelam, seperti yg aku dan teman-temanku jumpai saat itu.

---END---
Maturnuwun, yg bersabar menunggu dan menyimak cerita saya hingga akhir.

Jangan lupa follow akun saya @wahyuariyantn_ untuk update-update cerita saya yg lainnya.

Saya wahyu, undur diri. See u!

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with w a h .

w a h . Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wahyuariyantn_

Nov 9, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 3 - Kematian Pertama

Dia terduduk ketakutan sambil menangis di depan kamarnya, ia mencoba menutupi wajahnya dengan lutut dan kedua tangannya. Dalam takutnya, ia terus berkata "Aku tidak mau Mati"

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Selamat malam! Setelah 3 minggu, akhirnya saya bisa kembali menulis lagi 😁 Mohon maaf ya
Untuk part-part sebelumnya bisa lebih dulu dibaca di sini.

Part 1
Read 97 tweets
Oct 19, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 2 - Bayangan Di Dalam Kegelapan

Sesuatu bersembunyi diantara gelap malam itu. Meski samar, semakin lama bayangan sosok itu semakin tinggi dengan buntalan ikatan di ujung kepalanya

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Update pelan-pelan, karena sedang dalam perjalanan. Jika yg ingin langsung baca tanpa jeda, part 2 dan 3 sudah tersedia di platform sebelah ya

Part 2 : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Part 3 - Kematian Pertama : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Read 83 tweets
Oct 12, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Diantara gelap, dia mencari mangsa, menghabisi satu-persatu penghuni di sana, seolah kematian sudah melekat kepada siapa saja yang memilih tinggal.

- a thread

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR #bacahorror Image
“Hallo, Mas Wahyu! Aku ada cerita, yang mungkin bisa untuk diceritakan. Cerita kelam, yang mungkin akan terus teringat entah sampai kapan, karena saat itu aku hampir mati” Ucap seseorang pria yang aku kenal melalui seorang kawan.
Saya menyebut pria ini dengan nama “Santo” . Usianya sekarang baru menginjak kepala tiga, dan saat kejadian kelam ini terjadi, Santo masih berusia 21 tahun dan sedang menjalani semester akhirnya sebagai seorang mahasiswa.
Read 61 tweets
Sep 2, 2023
"NANDUR NYAWA"

Part 2 - Mulai Terlihat

Sosok dibalik tanah ini mulai memperlihatkan eksistensinya. Tubuhnya setinggi langit-langit rumah, wajahnya mengerikan dengan empat taring yang tumbuh di dua rahang mulutnya.

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror Image
Ini merupakan lanjutan dari cerita Nandur Nyawa di part pertama
Untuk part pertama, silakan bisa dibaca disini ya
Read 14 tweets
Aug 26, 2023
"NANDUR NYAWA"

Apa jadinya jika tanah subur yang kamu ketahui selama ini ternyata rahasianya adalah nyawa manusia yang ditanam di dalam tanahnya?

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror #threadhorror #ceritahorror Image
“Akhirnya sampai juga.” ucap pama Sanjaya.

“Paman Sapto, Na. Panggil saja pamanku dengan itu.”

“Di mana tempat tinggal, Paman? Kami sudah kedinginan.” Tanya Sanjaya.
“Di sana, tapi, rumah yang akan kalian tempati nanti tidak di rumah paman. Tempat untuk kalian sudah disediakan oleh juragan.” Tutur paman Sapto sebelum menuntun sepeda untanya mengarahkan Sanjaya dan Kelana.
Read 9 tweets
Jun 15, 2023
"BELENGGU SUKMA"

Mereka ada dimana-mana, mengintai hampir setiap malam. Pengabdian KKN yg diperkirakan lancar, ternyata malah akan merenggut nyawa mereka satu-persatu setelah kutukan desa tempatnya KKN kembali muncul setelah puluhan tahun menghilang

@bacahorror @IDN_Horor Image
Detik demi detik berputar, tanpa terasa satu persatu dari mereka datang lalu memperkenalkan dirinya masing-masing. Pertemuan itu, akan mereka gunakan untuk membahas susunan tugas serta program bersama yang akan mereka bawa saat terjun di desa.
Namun, sudah tiga puluh menit berlalu sejak orang terakhir datang, ada satu orang yang belum juga terlihat wujudnya. Dia adalah Maya. Bahkan, sejak komunikasi melalui grup whatsapp, Maya pun belum sama sekali merespon.
Read 99 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(