PoV-mu soal pembangunan Borobudur yg Buddha pd era Medang Sailendra yg mayoritas Hindu itu anakronistik. Pakai sudut pandang sekarang ketika persyaratan jumlah ttd warga sekitar mnrt SKB 3 Menteri 2006 cdrg diterapkan ketat utk pendirian rumah ibadah agama minoritas saja.😁
Pembangunan Borobudur yg bercorak Buddha–sedari 700-an hingga 800-an Masehi—
di tengah masyarakat Medang Sailendra yg mayoritas Hindu dimungkinkan karena para penguasa kemaharajaan itu pada periode sekitar seabad tadi sempat terdiri dari para Buddhis.
Para penguasa pemeluk Buddha yang memerintah Medang Sailendra pd medio 700-an hingga 800-an antara lain Sangkhara/Panaraban/Panaraban—putra dari Sanjaya sendiri, lalu Samaratungga, dan Pramodhawardhani yang bersuamikan Pikatan, seorang pemeluk Hindu.
Aslinya para penguasa dari agama minoritas yang memerintah rakyat dengan agama lain yang jauh lebih besar itu ga benar-benar aneh.
Sampai hampir seabad lalu, apa yg skrg jadi Indonesia nyatanya juga diperintah para penguasa Jepang, Belanda, dan Inggris yg beragama minoritas toch?
Tapi kan Jepang, Belanda, dan Inggris adalah para Penjajah, kaum seberang lautan?
Iya bener.
Tapi gimana dng pasutri Buddhis Tribhuana Tunggadewi & Kertawardhana yg pernah menjadi penguasa Majapahit yg mayoritas Hindu?
🙂
Tumapel-Singhasari yg mayoritas Hindu pun nyatanya maharaja terbesar yang pernah memerintahnya, yakni Kertanegara, adalah seorang Buddhis, bahkan beraliran minoritas dalam Buddha sendiri, yakni Tantrayana.
🙂
Pas Demak, Pajang, hingga Mataram awal kembangkan daulat mereka apa pikirnya Jawa sdh mayoritas Islam?
Belum ya. Penganut Hindu, Buddha, serta berbagai kepercayaan lokal Kejawen masih sangat banyak. Itulah kenapa para raja merasa perlu helat Sekaten sbg salah satu cara syiar.
Bukti terpenting & terawal bahwa Medang Sailendra pernah dirajai para penguasa Buddhia: Prasasti Sangkhara (tahun 700-an/abad VIII Masehi) yang paparkan peralihan keyakinan Sangkhara/Panaraban/Panangkaran dr Hindu ke Buddha setelah wafatnya ayahandanya.
Lalu ada juga Prasasti Kayumwungan/Karang Tengah, temuan di Temanggung, yg memuat tahun Saka yg setara 824 Masehi, sebutkan pendirian bangunan suci Wenuwana (Candi Ngawen), pun sebutkan adanya bangunan suci Jinalaya selaku nama asli Borobudur.
Pupuh 6 'Desawarnana' uraikan klan Wangsa Rajasa yang berkuasa di sisi selatan Jateng saat ini, yakni keluarga pasutri Bhre Pajang Warddanaduhita & Bhre Paguhan Singhawarddhana. Putra mereka, Wikramawarddhana jabat Bhre Mataram, wilayah di mana Borobudur ada di dalamnya.
Borobudur itu bangunan monumental dari era sebelum Maharaja Balitung, sekitar 2 abad yg memang diisi pembangunan berbagai parahyangan megah. Namun, agaknya oleh para penguasa sejak Balitung dipandang terlalu menguras sumber daya manusia, bahan baku, maupun surplus agraris.
Majapahit sendiri adalah entitas politik yg agaknya meneruskan gaya proyeksi daulat yang dpt ditarik sampai era Balitung:
- menghindari pembangunan candi-candi yg terlalu megah & terlalu kuras sumber daya
- lebih tertarik mantapkan kontrol di sepanjang aliran sungai-sungai besar
Publik Indonesia selalu berbangga bahwa militer negaranya jagoan perang gerilya, terutama didasarkan rekam jejak TNI pas Revolusi Kemerdekaan 1945-49.
Tp, dlm hal kontra gerilya (lawan musuh yg bergerilya), tahukah bahwa kita pernah berguru ke Malaysia?
Itu tepatnya ketika Malaysia yang pada 1950-an belum merdeka sepenuhnya dan masih di bawah daulat Britania Raya, masih juga terbagi menjadi 3 wilayah koloni: Malaya yang meliputi Semenanjung Malaya, Sarawak, dan Sabah.
Waktu itu pada dekade 1950-an, di 3 koloni Britania Raya yang sekarang disebut sebagai Malaysia tersebut sedang terjadi pemberontakan berlarut oleh pihak Komunis.
Jika khususnya utk poin 2, suksesi takhta lebih ditentukan oleh mekanisme internal pihak kesultanan/kerajaan di Nusantara ketimbang izin Ottoman, ya itu artinya ga ada kepemimpinan riil Ottoman di Nusantara.
🙂
Sebelum seorang calon raja di Kesultanan Yogyakarta dpt naik takhta, dng siapa ia mesti bernego utk rumuskan hak-kewajiban selama memerintah, dng VOC & kemudian Kolonial Belanda atau dng pihak Ottoman?
🙂
Br sj dikabari @Rudy_Setyawan33
tentang 1 akun yg ngetwit demikian. Awal baca cm mesem. Lama-lama mangkel bgt.
Lalu jd ingat bahwa ini 13 Nov, sudah begitu dekat dng 17-19 Nov, tanggal yg mana 126 th lalu, 1894, ada suatu banjir darah di Lombok.
Tak kurang dari 800 laki-laki maupun perempuan Bali & Lombok mati di kompleks Puri Cakranegara. Mereka termangsa serbuan pasukan ekspedisi pihak Belanda yang tentu saja bersenjata jauh lebih moderen dibandingkan persenjataan orang Bali & Lombok.
Jumlah korban di pihak Bali-Lombok malah ada disebut mencapai sekitar 2.000 orang.
Belanda sebagai pihak penyerbu—dalam ekspedisi intervensi militer di antara perang pihak Bali vs Sasak—kehilangan 40-an hingga 160-an personelnya.
Jd setahumu, Islam hadir di Jawa mulai sktr abad brp?
NKRI sdh ada sjk abad 7M?
Kerajaan apa yg sdh dkt dng Islam sjk sktr abad 7 M?
Apa sj bagian Negarakretagama yg bwtmu bs berpendapat itu palsu?
Jika mnrtmu Negarakretagama palsu, gmn kamu bs yakin Majapahit cm di Jatim?
🙂
Oh ya, @marsel_trii, tentang Sumpah Palapa, yang dimaksud dengan palsu gimana sbnrnya, tidak pernah ada pengucapan sumpah atau ternyata tidak terpenuhi?
Bukti sejarah pengaruh politik riil Majapahit di luar Jatim:
-Insiden diplomatik berdarah vs Tiongkok 1379 soal takhta penguasa Sumatra yg dicatat pihak Tiongkok
-Catatan Tome Pires pd 1500-an: Jawa/Majapahit pernah punya dominasi atas Kepulauan AsTeng
Hei Bung Bongasal eh Bonanza, ...
ga usah ngomong kemana-mana yang ga jelas lah, mana pake ngumpat segala. Jawab saba soal buku yang bukan Primbon yang bikin kamu percaya Utsmaniyah pernah punya daulat di Nusantara—bahkan sebelun abad XIV?
🙂
Ini lho Bung @mahadika25 alias Bongasal eh Bonanza, pertanyaam dari saya yang belum kamu jawab tuntas—karena agaknya memang ga ada buku rujukannya sih ya.
😁