Sebagai agama yang bersifat universal, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk beretika terhadap alam dan lingkungan hidup sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. Seluruh kebutuhan manusia berasal dari alam; tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Islam berpesan melalui Al-Qur’an bahwa manusia harus melestarikan alam sekitarnya agar keberlangsungan hidupnya tidak terganggu oleh ulah sekelompok manusia yang tidak mau melestarikan alam.
Dalam ajaran Islam, ada rambu-rambu untuk manusia agar beretika terhadap lingkungan. Salah satunya adalah bagaimana manusia membangun sikap proporsional saat berhadapan dengan lingkungan. Sikap proposional akan membuat lingkungan terpelihara dan terjaga kelestariannya.
Sayangnya, realitas tidak seindah harapan. Bencana alam yang mengancam kehidupan manusia datang silih berganti. Eksploitasi hutan dan rimba oleh manusia membuat ekosistem hutan kehilangan daya dukungnya bagi konservasi air dan tanah.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
inilah empat pilar dunia. Selama empat pilar ini masih tegak berdiri maka hari kebinasaan juga masih belum dekat waktunya. Selagi masih ada waktu untuk bertaubat atas semua dosa dan memperbaiki kesalahan maka gunakanlah waktu ini sebaik mungkin.
A Thread
Pertama, ilmu orang-orang alim (ulama). Ulama merupakan sebutan bagi orang-orang tertentu yang memiliki pengetahuan agama yang mumpuni. Selain itu, ulama merupakan orang-orang yang integritas keimanan dan ketakwaan yang kokoh.
Kedua, keadilan pemimpin. Setiap orang pasti menginginkan pemimpin yang adil, baik pemimpin secara struktural seperti pemimpin negara, sampai tingkat RT, maupun pemimpin non struktural seperti pemimpin rumah tangga sampai pemimpin untuk dirinya sendiri.
Dalam Islam, harta yang hanyut terbawa banjir, tsunami, atau angin puting beliung disebut malun dho-i’ atau harta terlantar.
A Thread
Terdapat perbeadaan ulama terkait hukum kebolehan mengambil malun dho-i’ ini. Menurut Imam Hasan Al-Bashri, jika seseorang menemukan harta terlantar dan dia tidak mengetahui siapa pemiliknya, maka dia langsung boleh mengambil dan memilikinya.
Sementara menurut kebanyakan ulama, hukum malun dho-i’ ini dibagi menjadi dua bagian kategori.
“Ini penting saya sampaikan. Orang saleh pun tidak boleh menganggap dan menuduh orang maksiat akan senantiasa salah, jika sama-sama umatnya Nabi Muhammad.”
Gus Baha bercerita kisah populer di kalangan sufi. Suatu masa ada orang saleh yang kakinya terinjak orang yang dikenal sebagai ahli maksiat. Terbawa jengkel, sang orang saleh berkata, “Demi Allah, Dia tidak akan mengampunimu!”
Perkataan orang saleh yang mencatut nama Allah patut disayangkan. “Andaikan dia misuh (berkata kotor) itu mungkin lebih baik karena itu urusan dia sendiri, hehehe.” gurau Gus Baha’. “Masalahnya dia bawa-bawa nama Allah, menyatakan Dia tidak akan mengampuni sang ahli maksiat.”
Suatu hari Abu Dzar Al Ghiffari sedang bersama pelayannya di daerah Rabadzah, perkampungan sekitar Madinah, menceritakan kepada perawi Al Ma’rur bin Suwaid akan suatu momen ketika Nabi tidak berkenan dengan perilakunya.
Abu Dzar adalah salah satu orang yang masuk Islam pada masa awal kenabian. Kisah seputar kesantunan dan kebijaksanaannya sudah banyak tercatat dalam kitab hadis dan biografi. Meski demikian mulia pribadi Abu Dzar, ia pun pernah berbuat salah.
“Aku pernah menghina seseorang dengan menyindir asal-usul keturunan dari ibunya,” ujar Abu Dzar, yang bernama asli Jundub bin Junadah ini.
Al-idrak yang dimiliki manusia diterima secara bertahap, Al-Ghazali mengatakan ada empat tahap yang akan dilalui oleh manusia dalam memperoleh pengetahuannya.
Pertama: Pengetahuan Indrawi
Manusia memperoleh pengetahuan melaui indranya. Mula-mula memperoleh pengetahuan melalui indra raba (haassah al-lams). Dengan indra raba ini, ia akan mengetahui panas, dingin, basah, kering, kasar dan halus.
Kedua: Kemampuan Membedakan (at-Tamyiiz)
Manusia diberikan kemampuan membedakan (at-tamyiz). Dengan kemampuan at-tamyiz dapat membedakan yang dirasakan seperti panas atau dingin, apa yang dilihat adalah api atau es.
Agama Islam menganjurkan untuk bergerak dan berkarya (bekerja) selama hayat masih di kandung badan. Nabi memberikan peringatan agar kita berusaha ketika waktu luang.
Waktu kosong bisa jadi ladang subur bagi setan untuk menanamkan kemungkaran. Bekerja adalah jalan lain untuk membendung kejahatan. Orang yang bekerja keras hakikatnya sedang merintis jalan kemuliaan dan meghindari kemungkaran.
Menurut Ibnu Atsir, bekerja adalah termasuk bagian dari sunah para nabi. Nabi Zakaria as. berprofesi tukang kayu. Nabi Daud as. membuat baju besi dan menjualnya sendiri.