Thread by @ceritasisikanan

TELAGA BELAKANG DESA. thread horor karya mas Haidar. didukung oleh @bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @WdhHoror17 #bacahorror

semua makhluk adalah ciptaan ALLAH. jadi jangan takut. biasa sajalah. santai saja

tetap jalani kehidupan seperti biasa dan tetap tenang.

Sebuah kisah yang dituturkan secara turun temurun
( masih belum diketahui kebenarannya ), dimana dahulu di desa tersebut animisme dan dinmisme masih sangat kental.

Namun bukan hak kita untuk menghakimi kepercayaan maupun adat istiadat tersebut. Tugas kita adalah untuk berlomba lomba dalam kebaikan dan kasih sayang.

Bismillahirohmanirohim ijinkan saya, untuk bercerita tentang beberapa kisah tentang telaga / sendang / pusat mata air di sebuah desa.

Hari sabtu pagi, orangtua ku mengajak saya ke rumah mbah uti / nenek untuk menghabiskan liburan ramadhan tahun 2002 lalu. Disitu belum banyak teknologi yang masuk. Listrik pun belum tersebar merata, hanya 65 % rumah warga yang ter aliri listrik.

Lampu juga sangat jarang ada di dalam ruangan. Rata rata warga desa hanya memiliki 3 sampai 5 lampu saja. Jika ada yang punya 10 buah lampu, bisa dipastikan itu orang yang kaya di desa tersebut.sementara itu mbah saya memiliki sekitar 7 buah lampu.

Ya cukup lumayan lah, karena anak anaknya di kota ikut membelikan lampu, dan ikut urunan uang untuk keperluan mbah di desa, ditambah lagi Om yang juga seorang petani di Desa, membuat kehidupan mbah terjamin.

Namun bukan mbah namanya kalau tidak kangen dengan cucunya, setelah aku turun dari atas tukang ojek, mbah uti langsung mengusap rambutku, dan menyuruhku untuk makan.

Sementara itu mbah kakung yang selesai membaca buku, juga ikut menyambut kedatangan kami. Kami pun mengobrol bersama. Mama dan papa juga ada om dan tante yang ikut berbincang bincang disana.

Tanpa rasa lelah sehabis perjalanan jauh dan berbincng bincang, aku langsung bergabung dengan beberapa teman untuk bermain. Namanya anak kecil ya asyik saja bermain dari pagi hingga sore hari. . Pulang ke rumah paling hanya untuk sholat

. Saat memasuki adzan maghrib, kami semua pun memutuskan untuk pulang. Beberpa kerabat jauh yang masih tinggal satu desa rupanya mengkhawatirkan kami yang pulang terlalu sore.

Sampai pada akhirnya mereka menyampaikan pada kami untuk tidak pulang terlalu sore. Nenek kami juga menuturkan hal yang sama, agar kami tidak main jauh jauh dan agar pulang maksimal jam 4 sore saja.

Setelah sholat maghrib, kami pun Makan jagung rebus dan semangkuk bakso yang sudah disediakan oleh nenek. Nenek pun menghampiri kami dan menjanjikan untuk menceritakan kejadian kejadian masa lalu

yang menyebabkan beliau khawatir terhadap kondisi kami kalau bermain hingga terlalu malam. Setelah sholat isya, nenek pun memanggil kami semua dan menepati janjinya untuk bercerita.

Ditemani dengan wedang jahe, teh hangat, tempe goreng, dan dadar jagung / bakwan jagung. Kami pun dengan seksama mendengarkan kisah dari nenek.

Sepi seperti menyelimuti desa. Siang seakan seperti menghukum bumi dengan sorot matahari yang dibawanya. Sinarnya menyorot kuat, sampai sampai awan enggan untuk menghalangi sinar itu. Bejo, dwi, dan cahyono memilih untuk bermain di bawah rindang pohon mangga waktu itu.

pohon mangga ini usianya cukup tua, sekitr 30 tahun. Batangnya besar, dan akarnya menjalar menjelajahi luasnya tanah di sekitar. Buah yang ranum, membuat bejo sesekali memetik buahnya untuk melepas dahaga akibat terlalu banyak bermain.

Sementara itu, eka, dwi dan cahyono memilih untuk tidak mengambil mangga itu, karena itu bukanlah hak mereka. lagian, Bejo belum izin sama yang punya mangga.

Mereka bermainlah sampai sore hari. ya sekitar jam 4 sampai jam 5 sore lah. Namun jam segitu mustinya mereka sudah di rumah atau sudah membantu ibu ibu mereka untuk menyiapkan makan malam.

Namun anak anak kecil ini bandel dan akhirnya sebuah suara dari dalam tanah mengagetkan mereka. gruuuduk” grruuuuduk” gruuuuuk” seperti suara tanah yang sedang digali. Semua anak pun lari karena ketakutan.

Namun tidak dengan bejo, karena bejo adalah anak yang bandel dan juga pemberani, maka bejo pun tambah mencari sumber suara itu. “grruuuuk “gruuuk “gruuuukk’. Suara itu terus saja terdengar.

Setelah bejo menemukan sumber suara itu, dia pun berniat untuk menggali tanah dimana sumber suara tersebut berasal. Tapi tiba tiba “ whaaa” sosok menyeramkan muncul dari balik tanah.

Sosok terebut berwarna coklat tua, dengan taring taring yang panjang i tangan dan kakinya. Badanya mirip manusia, tapi ia memiliki 3 mata dan 2 mulut. Masing masing mulut tidak memiliki gigi tajam.

Kepalanya botak, dan kakinya bengkok sebelah. Bejo yang melihat makhluk inipun segera kabur ke rumah sambil menangis mengadu pada orangtunya.

Esok hari. adalah hari dimana bejo dan kawan kawan sudah tak boleh lagi main sampai sore hari. semuanya norml normal saja, sampai pada jam 9 malam. Waktunya bejo untuk tidur. Setelah tidur, bejo bermimpi bertemu dengan makhluk itu lagi.

Makhluk itu mencekik leher bejo, hingga kuku kuku tjamnya juga ikut menancap ke leher bejo. Di alam mimpi, bejo merasakan sakit yang luar biasa, sampai sampai ia mengingau. Karena mengigau dan berteriak ketika tidur tersebut, akhirnya bejo dibangunkan oleh sang ibu.

Terlihat bercak merah bekas dicekik. Ibu bejo pun segera menenangkan bejo. Kata ibu bejo itu makhluk dari telaga yang memang sering mengganggu. Setelah semuanya reda, ibu bejo pun meminta bejo untuk berdoa dan ibu bejo berinisiatif memanggil pak kyai malam itu.

Pak kyai pun datang dan bejo didoai oleh pak kyai. Setelah selesai, pak Kyai berpesan agar bejo tidak lagi bermain di dekat telaga. Karena penghuni sana memang mengincar bejo dari awal.

Alasan pastinya mengapa sang penghuni telaga mengincar bejo juga tidak diketahui secara pasti. Namun pada akhirnya bejo menyanggupi untuk menuruti orangtuanya.

Dari kejauhan Beberapa gerombolan kera yang menemani warga yang sedang ambil air di telaga. Ada beberapa warga juga yang berenang disana. Kedaan awalnya tenang dan tentram sampai suatu saat ada suara air yang dipukul pukul.

ccaaaaass” ccaaaaas”ccaaaas”. Warga desa tahu jika ada suara tersebut, berarti sang penunggu telah datang. Ya makhluk ini adalah makhluk yang sama dimana dia jugalah yang mengganggu bejo.

Karena warga desa sudah tahu, maka warga desa memilih untuk berdoa, agar makhluk tersebut tidak mendekat. Benar, makhluk botak bermata tiga, dengan dua mulutnya inipun tak bisa mendekat ke warga yang telah berdoa tadi.

Namun untuk menebar teror ketakutan. Ia dan cakar panjangnya, terus saja memukul mukul air telaga “ccaaas ccasss” casss”. Warga yang sudah tahu pun tetap melanjutkan aktivitasnya tetapi tetap berdoa agar makhluk tersebut tidak mengganggu mereka.

Namun, rupanya gangguan dari makhuk tersebut tidak berhenti sampai disitu saja. Ada anak mancing yang ditarik sampai dasar telaga. Begini kisahnya :

Eka anak yang memang suka memancing. Pagi ini dia memancing di telaga seperti biasa. Namun warga desa sudah memperingatkan eka, bahwa kalau memancing harus bawa teman, tidak boleh mancing sendirian.

Tetapi dia bandel dan Eka mancing sampai sore. Tiba tiba “haaaaah” eka langsung ditarik ke dasar kolam oleh makhluk yang mengerikan itu. makhluk botak dengan 3 mata dan 2 mulut ini secara kejam menyeret eka masuk sampai ke dasar kolam.

Alhamdulillahnya, ada orang lewat yang melihat pancing yang dibawa eka. Orang inipun langsung inisiatif ke pak kyai untuk melaporkan kejadian janggal ini. Dengan cepat pak kyai ke lokasi dan mulai berdoa.

Eka ketemu setelah 1 jam Pak kyai berdoa. Eka pun menceritakan kisahnya pada warga desa.

Aku hanya melongo mendengar cerita nenek, entah benar atau tidak, namun faktanya, aku sering mancing sendiri di telaga, dan alhamdulillah aman aman saja. Sayangnya, telaga itu kini telah kering, dikarenakan pohon pohon besar disana, ditebang oleh orang yang tidak bertanggungjawab

THREAD SELESAI.

oh iya, bagi yang mau curhat atau sekedar konsultasi masalah kehidupan silahkan DM saya.

terimakasih