Nabi memerintahkan Jamil bin Suraqah untuk berdiri menjaga anjing dan anak-anaknya agar tidak diganggu oleh pasukan.
(Syekh Sholihi Asy-Syami, Subul Al-Huda wa Rasyad, 5/212)
Menyayangi Burung
Kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam perjalanan, Nabi berangkat untuk keperluan beliau. Kami menemukan burung kecil dengan dua anaknya. Lalu kami ambil keduanya. Ternyata induk burung mengepak-epakkan kedua sayapnya.
Kemudian Nabi saw datang dan bertanya: "Siapa yang memisahkan induk burung ini dengan anaknya? Kembalikan anaknya kepada induknya"
(HR Abu Dawud)
Semut dibakar
Nabi melihat sarang semut yang kami bakar. Nabi bertanya: "Siapa yang membakar ini?". Kami menjawab: "Kami". Nabi bersabda: "Tidak boleh menyiksa dengan api, kecuali (Allah) yang menciptakan api"
(HR Abu Dawud)
Kalau Nabi saja penyayang kepada hewan, hatta anjing, lalu umatnya tega menyakitinya, sebenarnya pada Nabi yang mana mereka mengambil keteladanan?
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ahlussunnah Asyariyah :
ALLAH TIDAK MEMERLUKAN TEMPAT
Jahmiyah :
ALLAAH BERTEMPAT DI MANA MANA SETIAP TEMPAT
Salafiyah (Wahabi):
ALLAH BERTEMPAT DI ATAS LANGIT DI ATAS ARASY (Aqidah Fir’un)
Kita berakidah Ahlussunnah Asyariyah.👇🏿
Selain mrk mengikuti aqidah perawi mualaf yakni aqidah Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami yg ketika meriwayatkan kisah budak Jariyah baru masuk Islam, pada kenyataannya ada pula yg mengaku-ngaku mengikuti manhaj Salaf namun mrk menggunakan perkataan Fir'aun sebagai dalil aqidah mrk
Mereka mengatakan bahwa Nabi Musa alahissalam yang memberitahu Fir’aun bahwa Tuhan berada atau bertempat di langit sehingga Fir’aun minta dibuatkan bangunan yang tinggi untuk melihat Tuhannya Nabi Musa.
Aku berkata (Ummu Salamah) : "Wahai Rasulullah ﷺ, manakah yang lebih mulia antar wanita dunia atau bidadari surga?
Rasulullah ﷺ menjawab : "Wanita dunia lebih utama daripada bidadari surga, seperti halnya keutamaannya bagian luar dari pakaian dibandingkan bagian dalam dari pakaian tersebut".
Aku berkata (Ummu Salamah) : "Dengan sebab apa wahai Rasulullahﷺ, wanita dunia lebih utama dibandingkan bidadari surga ?
Dalam kitab Ma Dza fi Sya’ban? karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
menyebutkan tiga peristiwa penting yang berimbas
pada kehidupan beragama seorang Muslim.
1. PERALIHAN KIBLAT
Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya’ban.
Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144
dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat
Abu Hatim Al-Basti
Mengatakan bahwa Allah subhaanahu wata'aala memerintahkan
Nabi Muhammad shollallaahu 'alaihi wasalam untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban
yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata : "Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika telah melihat hilal bulan Sya'ban maka mereka semakin tekun membaca Al Qur'an,
yang kaya akan mengeluarkan zakat harta-harta mereka agar orang-orang lemah dan miskin bisa memenuhi kebutuhannya di bulan Ramadhan, para penguasa akan memanggil para tahanan, yg mendapatkan vonis hukum hadd maka akan segera dieksekusi dan yang tidak maka akan mendapatkan remisi.
lalu para pedagang akan melunasi hutang-hutangnya dan menarik piutang-piutangnya, sehingga ketika mereka semua telah melihat hilal bulan Ramadhan maka mereka akan membersihkan diri lalu beri'tikaf."
Kerinduan Seorang Perempuan Kepada Suaminya, Membuat Khalifah Umar Merubah Peraturan
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ibnu Jariir bahwa suatu malam ketika Khalifah Umar sedang ronda, ia lewat di depan rumah seseorang.
Dari dalamnya suara seorang perempuan terdengar lirih sedang bersenandung untaian syair: "Malam ini terasa sangatlah panjang dan semua sudutnya terasa kelam; Tidak ada kekasih hati bersenda gurau inilah penyebab air mataku bercucuran ;
Seandainya bukan perintah Allah Yang Maha Agung dengan berjihad tentunya semua penjuru ranjang ikut bergembira"
NABI IBRAHIM DALAM API BERKOBAR DAN NAFSU MUTHMAINNAH
Nabi Ibrahim AS ketika dimasukkan ke api yang berkobar (di masa raja Namrudz bin Kan'aan) nasfsu beliau berada di tingkatan nafsu muthmainnah.
Apabila nafsu duduknya disini tentunya orang tersebut tidak bergantung lagi kepada makhluq, hanya bergantung kepada Allah dan perasaan hati sangatlah tenang.
Sebgaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman pada surah Al Fajr ayat 27-28: