w a h . Profile picture
Apr 8, 2021 219 tweets >60 min read Read on X
Untuk mengawali, saya spill dulu cover cerita malam hari ini. Saya akan mulai cerita nanti, silahkan tinggalkan jejak berupa RT, like dan komentar lebih dulu sebanyak-banyaknya agar tidak ketinggalan cerita ini dan semakin banyak yg membacanya.
Sembari menunggu, saya suguhkan tulisan-tulisan saya sebelumnya. Bagi yg belum pernah mampir, silahkan dilihat dan dibaca, dan jangan lupa follow akun saya @wahyuariyantn_
Malam ini, dibalik istana yg saya tempati, hujan turun disertai angin kencang. Ku seduh kopi untuk menemaniku bercerita malam ini, tidak lupa juga buah pisang hasil dari kebun orang tuaku
Baik, perlahan, akan ku mulai cerita ini.

Sampai disini, silahkan baca doa dulu. Jika saat ditengah cerita nanti mengalami hal-hal tidak normal, saya sarankan berhenti, dan lanjutkan esok hari.

Bismillahirrahmanirrahim, semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
Cerita ini, saya tulis berdasarkan pengalaman saya pribadi, saat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tiga tahun yg lalu, bersama 9 teman-temanku di sebuah desa yg letaknya tidak jauh dari salah satu gunung yg masuk dalam jajaran 7 puncak tertinggi di pulau jawa
Disclaimer : Seluruh nama tokoh dan latar cerita akan disamarkan dan tidak disebutkan secara gamblang , demi menghindari terjadinya hal-hal yg tidak diinginkan.

Jika saya lalai menyebutnya, dan ada yg merasa mengetahui, harap disimpan untuk diri sendiri saja.
Dalam cerita ini, saya akan bercerita dan bertindak sebagai orang ketiga.

Sebisa mungkin, saya akan ceritakan secara detail setiap kejadian kala itu, jadi, cerita ini akan sangat panjang, dan belum tau kapan akan selesai.
Menjadi mahasiswa tingkat akhir memang membutuhkan tenaga dan pikiran yg teramat sangat ekstra. Beban magang, program KKN, hingga drama skripsi pun menanti untuk dilewati. Tak terkecuali Wahyu, seorang mahasiswa yg akan masuk semester 7.
Kala itu, 2018 awal, desas-desus kabar KKN mulai merebak di kalangan mahasiswa suatu kampus di salah satu kota Jawa Tengah, yap, kampus Wahyu. Padahal, KKN bagi mahasiswa angkatan diatasnya baru saja usai.
Hal ini membuatnya penasaran, apakah program KKN bagi mahasiswa angkatannya dimajukan?

Dan, setelah mendapat informasi lengkapnya, ternyata program KKN ini merupakan KKN khusus yg akan diadakan bersamaan dengan kampus-kampus luar yg ada di Indonesia.
Wahyu yg pada dasarnya menyukai tantangan dan hal-hal yg baru, membuatnya terpacu untuk mengikuti program KKN ini, terlebih, program KKN ini baru pertama kali diikuti oleh kampusnya, dan pelaksanaannya pun lebih awal beberapa bulan dari program KKN tahunan yg diadakan kampus.
Seiring berjalannya waktu, ia yg bermodal keyakinan mengikuti segala tahapan agar bisa lolos mengikuti program KKN ini.
“Woe, aku lolos, awakmu pie? (aku lolos, kalian bagaimana?)” tanyanya pada Rama dan Kusno, kawan satu jurusannya yg juga mendaftar program KKN ini.
“Aku lolos”

“Aku juga, lolos”

Jawab Rama dan Kusno bersamaan saat melihat pengumuman yg disebarkan melalui media yg dipunyai kampus.

Bersamaan dengan kurang lebih 50an mahasiswa diterima dalam program KKN ini
Artinya, dengan mereka semualah Wahyu akan hidup selama 40 hari lamanya di tempat yg belum pernah dikunjunginya sebelumnya.

Pasca pengumuman, pembekalan demi pembekalan diadakan. Hingga, keluarlah sebuah pengumuman yg membuat para mahasiswa kaget saat mendengarnya.
“Selama KKN disana, kalian akan dipecah dan satu kelompok dengan mahasiswa yg berasal dari kampus-kampus lain. Jadi, kalian tidak ada yg satu kelompok” terang salah satu dosen pembimbing bernama pak Joko
“Berarti, akan ada 50an lebih kelompok disana pak?” tanya Tiwi, mahasiswi yg juga mengikuti KKN kali ini

“Iya, benar! Jadi, persiapkan diri kalian secara matang!” pungkas pak Joko

“Kapan kelompoknya akan dibagikan pak?” tanya Wahyu sambil mengacungkan jarinya
Benar saja, beberapa hari setelahnya, daftar kelompok dikirim dan masuk melalui grup whatsapp. Lantas, Wahyu mencari namanya dengan seksama, baris demi baris dilihatnya dari atas ke bawah, hingga akhirnya, tertulis namanya di daftar kelompok 54
dengan nama-nama mahasiswa yg berasal dari banyak kampus, hingga yg terjauh adalah dari pulau Sulawesi

Tepat di hari pemberangkatan, para mahasiswa berbondong-bondong datang dgn menenteng tas berisikan peralatan yg sangat banyak sekali, bak seorang anak yg baru diusir dari rumah
Bahkan, sampai-sampai ada yg membawa bantal guling dari rumah, “Bantal guling kesayangan” katanya

Udara pagi bercampur teriknya mentari menyertai keberangkatan mereka menggunakan kereta terdekat dari kota itu. Kurang lebih, memakan waktu 6 jam hingga sampai di stasiun tujuan.
Disana, sudah terparkir bus yg akan membawa mereka ke kampus yg akan mempertemukan seluruh peserta KKN dengan anggota  kelompoknya. Disana, dilakukan lagi pembekalan selama 2 hari, dan seluruh peserta disediakan penginapan yg ada di dekat wilayah kampus sana.
“Haii…. Aku sudah disini nih, kalian kapan sampai?” tanya Riska, salah seorang anggota kelompok Wahyu

“Aku juga sudah nih”

“Aku masih di bandara”

“Sebentar lagi aku sampai”

Jawab yg lainnya di grup whatsapp.
Sementara Wahyu hanya sebatas membacanya, karena sebentar lagi ia akan sampai disana. Setelah semuanya sampai di penginapan, Wahyu dan satu kelompoknya bersepakat, akan melakukan pertemuan pertama kalinya di area penginapan.
Disinilah, awal cerita KKN Wahyu dan kawan sekelompoknya dimulai.
Beranggotakan 10 kelompok, yg terdiri dari 3 orang laki-laki dan 7 orang perempuan,
1.Yusron
2.Bakti,
3.Wahyu,
4.Anita,
5.Marta,
6.Riska,
7.Melati,
8.Tika,
9.Aska, dan
10.Kaila,
dan diketuai oleh Yusron. Dari bersepuluh ini, hanya aku dan Tika yg berasal dari Jawa Tengah, lainnya? Yusron, Melati dan Kaila berasal dari Sulawesi, Bakti, Marta dan Anita berasal dari Jakarta, Riska dan Aska berasal dari Jogja.
Kami semua berkenalan satu sama lain, tapi, ada satu orang perempuan yg belum terlihat batang hidungnya sampai hampir 30 menit lamanya. Ia bernama Melati. Sampai, entah berapa lama, satu orang perempuan muncul dan mendekat ke arah kami duduk.
“Saya, Melati” ucapnya singkat dengan wajah yg datar

“Oh iya, duduk disini saja” ucap Marta

“Saya melati, dari ****** (Sebuah daerah dari pulau Sulawesi)” ucapnya sangat singkat, saat diminta berkenalan
Beberapa diantara kami tampak heran melihatnya, bagaimana tidak, Melati cenderung sangat pendiam dan misterius. Saat pembentukan struktur KKN pun ia hanya mengangguk-angguk kepalanya saja tanpa memberikan pendapat apapun.
Beberapa pasang mata memperhatikannya, dengan tubuh mungilnya, seakan ia memiliki hal yg orang lain tidak ketahui , tapi apa?

Di dalam pertemuan pertama ini, Wahyu dan kelompoknya merumuskan program kerja apa saja yg akan dilaksanakan selama 40 hari kedepan nanti.
Hari penerjunan ke lokasi pun tiba. Dengan segala persiapan yg ada, seluruh peserta yg jumlahnya hampir 1000 mahasiswa dari banyak kampus yg tersebar dari segala penjuru negeri diberangkatkan dengan mobil angkutan kota yg disediakan.
Di bawah langit mendung, angkutan menyusuri jalanan perkotaan yg tidak seramai ibukota. Jalanan kota yg ramai, perlahan berubah lenggang tatkala masuk ke kawasan pedesaan. Disini, langitpun memberi tanda, jika air akan segera dimuntahkannya.
Jajaran pegunungan bak tembok yg mengelilingi pun tampak dari kejauhan.

“Pak, desa ***** masih jauh” tanya Marta pada supir angkot berkacamata kuda yg sangat nyentrik itu

"di dekat pegunungan sana mbak” jawabnya, sambil menunjuk ke satu tempat yg ada di jajaran pegunungan sana
“Asik nih” jawab Wahyu dan Bakti, karena mereka berdua suka dengan suasana asri dan sejuknya pegunungan

Jalanan berlumpur, pohon kelapa yg menjulang tinggi di samping kanan kiri pun menyambut, saat angkutan masuk ke wilayah desa *****
Setelah lebih dari 60 menit perjalanan. Angkutan berhenti tepat di tepi lapangan desa yg akan mereka gunakan KKN 40 hari ke depan nanti.
“Monggo dek, lewat sini” ucap perempuan paruh baya mengenakan jarik sebagai bawahannya, ia berdiri seolah sudah menunggu sedari tadi. Beliau adalah Mbok Darsinah
“Nah, mangke, njenengan sedoyo nginep ting ngriki, niki asmane pak Kentos, ketua RT ngriki (nanti, kalian tinggal disini, beliau namanya pak Kentos, ketua RT disini)”
“Ibunya ngomong apa sih?” tanya Yusron. Semuanya melongo mendengarkan ucapannya, kecuali Wahyu dan Tika, karena hanya mereka berdua yg faham Bahasa jawa.

Tika menyela ucapan mbok darsinah, memintanya untuk menggunakan Bahasa Indonesia saja, agar bisa dimengerti semuanya
Mbok Darsinah lantas mengulang ucapannya,

“Pak Kentos?” tanya Aska heran, karena unik sekali namanya

“Iya, nama asli saya Pak Akbar. Tapi, warga sini sering memanggil saya dengan sebutan Pak Kentos” ujar laki-laki paruh baya itu

“Mari, masuk saja” ajaknya ke dalam rumahnya
Disini, yg akan digunakan posko sekaligus tempat menginap selama 40 hari ke depan adalah rumah milik pak Kentos, dengan nuansa joglonya. Mereka akan tingal bebarengan dengan pak Kentos di rumahnya.
Setelah ngobrol cukup banyak tentang desa, mereka diarahkan ke kamar masing-masing, perempuan di kamar depan, sementara laki-laki, di kamar belakang.
Semuanya berjalan normal, tapi tidak dengan para laki-laki (Wahyu, Yusron dan Bakti) mendadak berbeda sesaat setelah mengetahui kamar yg nantinya akan mereka bertiga tempati.
Masih dalam satu rumah, tapi suasana dan hawa yg dirasakan di rumah bagian belakang sangat-sangat berbeda, lebih panas dan pengap jika dibanding bagian rumah yg depan.
“Ini kita disini nih? Bisik Bakti. Wahyu sedikit berkeliling di bagian rumah belakang, dengan beberapa temboknya masih dibatasi dengan gedek (anyaman bambu) dan diterangi lampu yg tidak begitu terang
Selain kamar, disitu ada dapur, kamar mandi dan kamar pak kentos. Tidak hanya kamar, tapi dua kamar mandi dengan sumur yg tertutup kayu besar diatasnya yg juga sangat ketara memiliki aura yg tidak biasa.

Pak Kentos memergokiku tatkala sedang melihat-lihat isi rumah belakang.
“Itu Sumur jangan dipakai ya mas, air nya bau” pungkasnya. Mereka bertiga hanya mengiyakan perkataannya.

Suasana disini sangat ketara jika dirasakan. Wahyu mulai curiga dengan pak Kentos, sepertinya ia bukan orang sembarangan di desa ini
Malam tiba, suasana malam di kamar benar-benar terasa janggal, terlebih disini hanya disinari lampu kuning 5 watt, jadi, suasana remang-remang akan menambah kesan menakutkan jika diantara mereka bertiga merasa takut.

Panas, sumpek, pengap, dan 'singup'
“Wah, lu ngerasa ada yg aneh gak sih?” tanya Bakti dengan logat betawinya

“Kamu gimana yus?” tanyaku pada Yusron

“Ya, begini” jawabnya sambil menelan ludah dan melihat suasana kamar. Bisa dilihat, jika Yusron juga memikirkan hal yg sama seperti Bakti dan Wahyu
“Iya sih, udahlah, kita baru sehari disini. Jangan berpikiran buruk dulu, apapun yg terjadi kita laki-laki bertiga pasang badan untuk mereka para perempuan” jawab Wahyu meyakinkan, walau sebenarnya ada keraguan tersendiri dalam hatinya saat mengatakan itu
Malam pertama disana, Wahyu serta sembilan rekannya merencanakan akan melakukan besok atau dalam waktu dekat, singkatnya, mereka akan berkeliling desa dan menemui kepala desa esok hari.
“Desa ini, dikelilingi bukit & sungai yg berarus besar,di ujung desa ada proyek besar pembangunan jembatan.Saya harap,kalau sudah menjelang malam jangan ada yg kesana/ ke area sungai” ujar pak Kades yg bernama pak Rochmad saat Wahyu dan kawan-kawannya sudah duduk di ruang tamunya
"Memangnya kenapa pak?" tanya Yusron

"Sungainya arusnya deras, dan banyak kendaraan alat berat yg melintas"

“Kalau ada kegiatan disana bagaimana pak?” Pak Rochmad sejenak diam, seperti enggan mengatakan jawaban sebenarnya dan mencari jawaban yg lain pada kami
“Jangan! misalpun ada keperluan, minta didampingi pak Kentos, tapi bagaimanapun jangan kesana kalau menjelang malam atau sudah gelap” ucap pak Rochmad agak meninggikan nada bicaranya yg membuat Wahyu, Bakti dan Yusron menaruh curiga
“Kok seperti ada yg ditutupi ya?” tanya Aska dan beberapa yg lainnya

Singkatnya, mereka bersepuluh pulang dengan membawa beberapa catatan informasi, sekaligus rasa curiga tentang pantangan yg dijelaskan pak Rochmad.
Hari demi hari berlalu, semuanya sudah mulai melaksanakan program kerjanya masing-masing. Hingga di suatu saat,seorang tokoh agama setempat datang, dan menghimbau agar posko untuk tidur mahasiswa dipisah antara laki-laki dan perempuan

“Lalu kami pindah dimana pak?” tanya Yusron
“Ke rumah pak Juan, jaraknya 2 rumah di belakang rumah ini” pungkasnya
Wahyu, Bakti dan Yusron bernafas lega, karena beliau sudah menyiapkan gantinya. Sehingga, mulai malam ini Wahyu, Bakti dan Yusron tidak lagi menginap di rumah pak Kentos.
“Semoga saja mereka berani tidur disini” pikir Wahyu, Bakti dan Yusron
Malam datang, kala itu jam sudah menunjukan pukul 10 lebih, tapi rapat malam itu belum juga selesai.
“Tika, temenin gue ke kamar mandi belakang yuk” ucap Anita. Mereka berdua ke belakang bersama-sama
“Emang harus ya pakai teman?” tanya Bakti pada mereka berdua setelah kembali
“iya, ti, habisnya serem sih” terang Anita
Ternyata, tidak hanya para laki-laki yg menaruh rasa seram di bagian belakang rumah ini, tapi para perempuan juga.
“Jadi, selama ini kalian kalau ke belakang gak pernah sendiri?” tanya Yusron pada semua perempuan
Semua mengangguk, tapi tidak dengan Melati. Memang sejak awal, Melati lah orang yg paling susah dikenali.
Karena pribadinya yg pendiam dan sedikit bicara, sehingga membuat sosoknya menjadi seorang perempuan misterius.
Hingga beberapa hari disana, Melati masih menjadi pribadi yg misterius, tidak semua diantara kami bisa bertahan lama saat ngobrol dengannya.
Masalah program kerja saja, jika tidak ditanya, ia akan melakukannya sendiri,
“Kalau perlu bantuan, bilang saja mel” terang Yusron pada Melati di suatu waktu

Tapi, sedari awal, yg kerap bersamanya adalah Riska, jadi Riska lah yg kerap membantu Melati
Di suatu malam, di minggu kedua, diantara nyenyaknya tidur malam, Melati bangun dari tidurnya, ia merasa sakit sekali di perutnya sehingga membuatnya ingin buang air besar. Dengan mata yg masih sembab, ia bangun dan melangkah melewati Riska dan Kaila yg tidur di sampingnya
Kala itu jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari, tak ada rasa ragu yg timbul di hati Melati saat hendak ke kamar mandi dini hari dan seorang diri
Cahaya lampu yg remang-remang menyinari langkahnya. Di dalam kamarnya, pak Kentos masih tenggelam di mimpi tidur malamnya, terdengar dari suara dengkurnya yg terdengar Melati hingga luar kamar.
Singkat cerita, Melati pun masuk ke dalam kamar mandi,belum lama ia di dalam,tiba-tiba Melati mendengar suara langkah kaki yg sangat pelan,disertai suara lirih yg terdengar seperti suara perempuan. Antara takut dan kaget, Melati berteriak kecil memanggil teman-temannya dari dalam
“Riska…. Kaila…. Kaliankah itu?” Hingga beberapa kali, tapi tidak juga mendapatkan jawaban

“Anita….. Marta…. Aska……” ia pun turut memanggil semua teman perempuannya disitu, tapi tidak juga mendapatkan jawaban. Sejak ini, Melati menyudahi dan membersihkan badannya
“Bapak…..?” panggilnya, karena semua teman perempuan sudah dipanggilnya dan tidak ada jawaban. Kali ini sambil menempelkan telinganya ke pintu kamar mandi
Tapi…. Lagi-lagi hanya hening yg ada, tak ada balasan dari suara panggilan Melati dari balik pintu kamar mandi.
Kini, jantungnya makin berdegup kencang, baru saja ingin membuka pintu untuk menyudahi ketegangan malam itu, tapi….
Rasa takut dan tegang Melati pun memuncak, tatkala suara langkah dan suara lirih yg tidak ia ketahui tuannya semakin mendekat dan terdengar semakin jelas.
“Siapa diluar……? Tolong jangan bercanda!” teriaknya sekali lagi, dengan rasa takut yg semakin menjadi-jadi.
Melati hanya diam mematung di dalam, ingin rasanya ia keluar dan berlari membangunkan teman-temannya.
Tapi, ia takut, jika yg diluar adalah orang jahat yg sedang berjaga menunggunya keluar.

Cukup lama Melati di dalam, hingga tiba-tiba suara itu hilang bersamaan dengan angin yg tiba-tiba menghempas tubuh Melati cukup kencang.
Setelah itu, perlahan Melati membuka pintu, memastikan jika diluar memang tidak ada siapa-siapa. Setelah aman, tanpa berpikir, dengan cepat Melati keluar dan kembali ke kamar. Dengan nafas terengah dan langkah cepat, hingga tanpa sadar langkahnya menyenggol Riska dan Kaila,
sehingga membuat mereka berdua bangun dari tidurnya.

“apaan sih mel, jam berapa ini?” gerutu Riska yg kesal karena terganggu tidurnya

“Enggak, enggak apa-apa, sudah, tidur lagi saja” ucap Melati menutupi kejadian yg menimpanya barusan.
Di dalam kamar, diantara Kaila dan Riska, Melati melamun, berpikir sebenarnya siapa yg mengganggunya tadi. Tapi, di tengah pikirannya yg tengah bingung, tiba-tiba suara itu muncul lagi dan sampai di telinga Melat., Tapi, kali ini lebih jelas dari saat ia di dalam kamar mandi.
Suara lirih itu kian lama kian jelas, pintu kamar yg ternyata tidak ditutupnya rapat, membuat Melati bisa melihat keadaan luar dengan jelas. Tidak kehabisan akal, dengan kain kerudungnya, Melati menutup dua matanya sampai menyisakan sedikit celah untuknya bisa melihat
Diantara kainnya itu, ia melihat nenek-nenek tua mengenakan kebaya putih berjalan dari arah dapur ke kamar mandi dengan kaki yg diseret sambil mengeluarkan suara lirih dari mulutnya. Tapi, Melati hanya melihatnya dari samping, sehingga belum jelas bagaimana wujud wajahnya
Dengan cepat Melati menutup matanya rapat-rapat dan membelakangi pintu, agar pemandangan menyeramkan itu tidak lagi menghantui penglihatannya.
Sampai beberapa saat, suara itu menghilang lagi dengan sendirinya
Sementara, Melati masih susah untuk kembali memejamkan matanya setelah apa yg ditemuinya malam ini
…….
“Allahu Akbar…..Allahu Akbar…..” suara adzan berkumandang, tandanya, Subuh sudah datang.

Satu persatu seisi rumah bangun....
Jeda dulu, cerita ini masih panjang, besok saya harus kerja pagi-pagi. Silahkan notice disini, agar tidak ketinggalan lanjutan ceritanya ✍🏻
“Mel, sudah bangun toh?” ucap Kaila saat baru saja bangun dari tidurnya

“Loh, kamu belum tidur?” ucapnya lagi setelah memperhatikan mata Melati yg masih segar tidak seperti orang yg bangun tidur

“Setelah bangun tadi, aku gak bisa tidur lagi” jawab Melati dengan wajah lemas
“Memangnya kamu memikirkan apa?” tanya Kaila lagi

“Hanya gak bisa tidur saja” jawab Melati yg masih tidak ingin cerita tentang kejadian yg menimpanya semalam, bahkan pada Riska, teman yg kerap bersamanya
Paginya, setelah sarapan dan setelah beberapa anak melaksanakan program kerja di sekolah, pak Kentos mengatakan akan mengajak anak-anak ke sungai ujung desa di dekat proyek pembangunan jembatan sana. Belum terlalu siang, kurang lebih jam 10.30,
Jarak kesana sebenarnya tidak jauh jika ditempuh dengan kendaraan/ sepeda, dengan berjajalan kaki pun bisa, hanya saja akan menghabiskan waktu cukup lama (30 menit) jika menempuhnya dengan jalan kaki.
Beberapa anak pun teringat dengan perkataan pak Rochmad soal tempat itu.
“Bukannya itu tempat yg dimaksud pak kades, ya?” tanya Bakti pada Wahyu

“Kayaknya sih iya”

“Tapi, ini kan siang, jadi, tidak masalah jika kita kesana” celetuk Yusron

Singkatnya, kendaraan berhenti di sebuah tanah lapang dengan tiga gubuk bambu berdiri kokoh di atasnya.
“Ya, kita sudah sampai” ujar pak Kentos

Tidak semisterius yg dikatakan pak kades, Wahyu dan teman-temannya malah merasakan jika tempat ini alami dan asri, dengan latar pegunungan dan sungai besar di dekatnya.
Semilir angin pun sejuk, jika dirasakan di atas gubuk bambu.

Serta, tak jauh dari situ tampak proyek jembatan yg dikatakan pak kades, jembatan yg dibangun dengan bongkahan besi besar yg nampaknya akan menjadi ikonis desa ini jika jembatan itu selesai digarap.
“Jam segini saja sejuk, apalagi kalau sore, ya” terang Riska

Semua anak mengiyakan ucapannya.

“Tapi kalau sore menjelang malam, jangan kesini ya” ujar pak Kentos

“Memangnya kenapa pak? Kata pak kades juga begitu, padahal, tempat ini sejuk, apalagi kalau sore” ucap Bakti
“Gak kenapa-kenapa mas, pamali saja kalau kata orang sini” jawab pak Kentos dengan wajah seperti menyembunyikan jawaban yg sebenarnya

“Gelap juga disini kalau malam, tidak ada penerangan sama sekali” imbuhnya
Jalan yg masih tanah bercampur kerikil batu adalah jalan satu-satunya ketikia akan kemari dari desa***** , terlebih gak ada lampu sekali di kanan kiri jalannya. Jadi, ada benarnya juga perkataan pak Kentos barusan.
“Mel, besok temani aku ke sungai yuk, aku ada proker disana besok” pinta Riska pada Melati saat di kamar

“Jam berapa?”

“Jam 3, setelah ashar”

“Gak ingat dengan pesan pak kades dan pak Kentos?” tanya Melati
“Gak lama kok, lagi pula kan kesananya jam 3, nanti kalau sudah setengah 5 an kita pulang, kan masih terang jam segitu” pungkas Riska

Melati diam sebentar. Namun setelah memikirkan, bahwa Riska sudah sering membantunya, maka giliran dia yg membantu Riska besok, Melati pun setuju
Besoknya, sekitar jam 2 siang sepulang mengajar anak-anak desa mengaji, Riska dan Melati pun bersiap. Disana, Riska akan melaksanakan proker literasi menulis impian dengan anak-anak desa. Seiring dengan Riska yg bersiap dan dibantu Melati, satu-persatu anak-anak datang.
“Tunggu di depan dulu ya dek, kumpul disitu dulu” terang Riska

Setelah semuanya siap dan anak-anak sudah datang, mereka berangkat dengan jalan kaki. Beberapa anak tampak jalan dengan menenteng tas sekolahnya, sebagiannya lagi ada yg hanya menggenggam buku tulis yg dilipatnya.
Riska memilih jalan yg melintasi area persawahan,dgn lebar yg hanya satu meter dan beralaskan tanah, membuat mereka kudu ekstra hati-hati.
Terlepas dari semua itu, suasana desa sangat terasa disini, udara sore yg segar, dengan pemandangan indah pun menjadi santapan lezat bagi mata sore itu
“Mau kemana mbak?” tanya setiap warga yg papasan dengan rombongan Riska

“Mau main ke sungai buk/ pak” jawabnya

"Mau ada apa mbak kok sama anak-anak?" tanya salah satu warga

"Ada kegiatan buk, iya, ngajak anak-anak hehe" jawab Riska sambil sedikit tertawa
“Hati-hati ya mbak, sudah masuk sore” hampir setiap warga yg dijumpainya mengatakan demikian.

Namun, Riska masih merasa yakin kalau semuanya akan aman, terlebih, prokernya akan diadakan di atas gubuk kemarin, jauh dari arus sungai.
Hari ini saya sedang pulang kampung, saya usahakan update walau tidak banyak. Oke, setelah ini lanjut lagi...
Semilir angin sore menyertai Riska dan Melati yg sedang berkegiatan dengan anak desa. Dengan duduk bersila di atas gubuk bambu, Riska memulai kegiatannya yakni mengarahkan anak-anak menulis cita-cita dan impiannya di atas kertas yg telah disediakannya.
“Aku mau jadi polisi!”

“Aku pengen jadi pilot”

“Kalau aku dokter”

Ucap para anak-anak yg antusias melontarkan setiap cita-cita dan impiannya
Singkat cerita, cahaya matahari perlahan turun saat jam menunjukkan hampir pukul 5 sore. Sesuai pesan pak Rochmad, lantas, Riska yg dibantu Melati mencukupi kegiatannya dan bergegas pulang

Anak-anak pulang dengan riang dan senyum yg mekar di wajahnya.
Namun, diantara suasana yg sedang gembira, tiba-tiba hal janggal datang dan merubah suasana seketika.

Bagaimana tidak, saat Riska tengah bercanda dengan anak-anak, tiba-tiba Riska mendapati Melati yg berjalan lebih dulu dan malah berlawanan arah dengan jalan pulang
Anehnya, langkahnya tertuju pada lahan kosong dekat sungai, yg disana juga berdiri tegak beberapa pohon kelapa

“Eh dek, sebentar” ucap Riska pada anak-anak yg berjalan mendahuluinya. Riska diam sejenak, melihat Melati

“Mel, kamu cari apa?” tanyanya
“Mel, kamu cari apa?” tanyanya

“Itu, kesana…” jawabnya. Riska bingung dengan yg dimaksudnya

“Mel! Gak ada apa-apa disana”

Kali ini, tidak sepatah kata pun keluar dari mulut Melati. Melihat itu, Riska ditemani beberapa anak-anak mengejar Melati yg kian jauh
Hey!” hentak Riska sambil menepuk bahu Melati. Melati pun terperanjat

“Ehhh…. Kenapa ris?” tanyanya

“Kenapa? Kamu yg kenapa!?”

“Aku gak kenapa-kenapa kok” terang Melati, ia merasa tidak sedang terjadi apa-apa padanya
“Misi mbah….misi mbah” celetuk anak-anak yg malah bercanda demikian

“Hussh! Ayo pulang! Sudah hampir maghrib, ayo mel, nanti saja dibahas di posko” ujar Riska pada Melati dan anak-anak.

Anak-anak satu persatu pulang seiring dengan jalan yg hampir tiba di posko KKN
Sedari tadi, Melati tampak diam dan berbeda dari biasanya. Pandangannya terlihat berbeda, dan beberapa kali melamun tatkala Riska mengajaknya bicara. Keadaan ini mulai disadari Riska sejak kejadian tadi.
Oh ya,bagi pembaca yg masih bingung, posko utama KKN saya berada di rumah pak Kentos, tempat dimana para perempuan menginap. Walaupun saya, Bakti dan Yusron menginap di rumah yg berbeda, tapi, untuk berkegiatan, rapat dan sekretariat ada di rumah pak Kentos. Sampai sini jelas, ya
“Dari mana kalian?” tanya Aska yg sedang berada di beranda rumah menyambut kedatangan Riska dan Melati

“Dari sungai yg kemarin” jawab Riska

“Hehh! Jam berapa ini? Bisa-bisanya kalian sampai jam segini baru dari sana?”
“Nanti saja aku jelaskan” terang Riska
Melati masih sama dengan keadaan tadi, diam. Aska hanya melihatnya dengan heran

Malamnya, setelah maghrib, semuanya berkumpul di ruang tamu untuk sekedar bersantai.
Dengan wajah yg melas dan murung, Melati duduk di kursi. Sementara yg lain sibuk dengan aktivitasnya masing-masing

“Ris, itu si Melati kenapa?” tanya Yusron dan Aska pada Riska

“Gak tau, sepulang dari sungai dia sudah begitu”
“Tadi, saat baru jalan balik dari gubuk yg kemarin, Melati tiba-tiba jalan sendiri ke arah tanah kosong yg di pinggir jalan dekat sungai itu, waktu di tanya cuman bilang mau kesana dan aneh sekali raut mukanya” terang Riska
Tak lama Riska menceritakan itu, Melati yg sedari tadi hanya duduk tiba-tiba mengeluh jika tangan kirinya sakit dan berat.

Sontak, membuat semua yg melihat mendekatinya

“Kamu kenapa, mel?”

“Tanganku sakit” ucapnya sambil memegang tangan kirinya
Diantara mereka, Aska yg memiliki latar belakang anak kesehatan, sehingga ia yg membantu Melati kali ini. Cukup lama, tapi Melati masih mengeluhkan rasa sakit di tangannya. Hingga akhirnya, Melati mengutarakan suatu hal yg membuat seisi rumah bergidik ngeri
“tanganku sakit bukan karena sakit, tapi karena hal lain”ucapnya lirih

“Ha? Maksudnya?” tanya Aska di sampingnya

“Iya, hal lain” ucap Melati lagi

Aska masih bingung, begitupun dengan yg lain.
Ada part yg terlewat, akan saya ulas lebih dulu sebentar
Saat maghrib, semuanya biasa melaksanakannya di musholla dekat rumah. Semua bersiap dan wudhu di rumah. Tapi, saat di musholla dan sampai waktu sholat selesai tidak terlihat dimanakah Melati. Padahal, Aska dan Riska tau, kalau tadi ia sudah wudhu dan tengah bersiap bersamanya
Sepulang dari musholla, Riska dan Aska melihat Melati sedang duduk di kursi tamu rumah

"Alhamdulillah..." ucapnya bersama setelah mengetahui tidak ada hal terjadi pada Melati

"Kamu gak jama'ah tadi, Mel?"
Lanjut.

"Jangan mengada-ada. Mending, kamu istirahat dulu aja di kamar. Nanti juga mendingan, paling itu pegel-pegel biasa karena kecapekan"

Melati pun menurut, ia masuk ke kamarnya di belakang. Kamar yg ternyata akan membuatnya lebih menjadi-jadi
Singkatnya, saat di kamar, Aska yg sedang hendak ambil air minum tak sengaja melihat Melati sedang terbaring, tapi, dengan air matanya yg mengalir.

"Heh, Melati.... Melati....." ujar Melati menghampiri teman-temannya di depan
Sontak, semuanya berbondong-bondong menghampirinya, para perempuan masuk ke dalam kamarnya dan membantu menenangkannya.

Saat ditanya ada hal apa yg menimpanya, ia hanya diam dan terus menangis.
Pandangannya kosong dengan mata yg memerah, kaki dan tangannya yg sangat dingin membuat Aska dan semua perempuan kebingungan apa yg harus dilakukannya

Sementara, Wahyu, Yusron dan Bakti hanya mengarahkan dari pintu kamar. Sebisa mungkin agar para perempuan yg menanganinya
Segala upaya sudah dilakukan, membaluri badannya dengan minyak angin, memijit tangannya yg katanya sakit, hingga memberinya air minum hangat. Tapi, semuanya percuma, air matanya terus mengalir dengan matanya yg terus terpaku menatap langit-langit rumah
"Assalamualaikum" ucap pak Kentos yg baru saja pulang ke rumah dan memecah ketegangan. Ia bingung melihat raut muka anak-anak yg sedang tegang

"Kenapa ini? ada apa?" tanyanya

"Ini pak, Melati"

"Kenapa dia?"
Riska pun menjelaskan kejadiannya secara runtut, seakan paham, pak Kentos mengambil sesuatu dari kamarnya yg tidak seorang pun tau apa yg diambilnya

"Melati, kamu kenapa?" tanya pak Kentos

Melati hanya diam, dan terus menangis.
"Bantu bapak, pegangin Melati" ucap bapak pada Aska dan Kaila

Pak Kentos mulai melancarkan aksinya, ia mulai merapalkan sesuatu yg tak seorang pun tau apa yg dibacanya. Diluar dugaan, rapalannya bereaksi, Melati yg sedari tadi diam dan menangis, mulai berontak.
Melati semakin menangis, Aska dan Kaila yg memeganginya terlihat ketakutan, karena mungkin kejadian seperti ini baru pertama kali mereka berdua lihat.

Selang beberapa saat....

"Udah, udah pergi anaknya" ucap pak Kentos

"Memangnya Melati kenapa pak?"
"Ada yg ngikut dari sana" terangnya

"Siapa pak?"

"Tidak perlu tau, Kan bapak sudah bilang, jangan kesana kalau menjelang malam"

"Tadi saya sudah selesai jam 5 kurang pak, dan sudah jalan pulang, dan Melati begini waktu di jalan pulang" Riska mencoba menjelaskan lagi
"Gak perlu takut, Melati tidak akan di apa-apakan, hanya diikuti saja, yg terpenting adalah Melati jangan dibiarkan sendirian, harus ada yg menemaninya. Takutnya mereka datang lagi" ucap pak Kentos
Sejak kejadian ini, Riska dan Aska menjadi takut saat hendak tidur bertiga dengan Melati di kamar belakang. Sejak itu pula, Mereka bertiga tidur di kamar depan lagi bersama dengan yg lainnya
Semakin hari Melati menjadi pribadi yg semakin menakutkan, lebih sering diam dan melamun. Beberapa kali para perempuan melihatnya mengeluh tangannya kesakitan dan menangis lagi.
Hingga di suatu hari, saat Melati dan Aska sedang bersantai di depan rumah. Secara singkat Melati menceritakan sesuatu hal yg datang saat ia pulang dari sungai, sementara Riska tidak melihatnya
Sore itu, di atas lapang tepi jalan, ada sesuatu hal yg menarik pandangan Melati. Dari tempatnya berdiri, ia melihat 3 orang anak-anak (2 perempuan dan 1 laki-laki) yg melambaikan tangan kepadanya. Mereka bertiga mengajaknya bermain, katanya.
"Mereka mengikutiku sampai rumah, bahkan saat masih di jalan, salah satu diantara mereka menariku hingga jatuh. Riska yg tidak tau, mengiraku jatuh karena terpeleset/ tersandung, padahal tidak" terang Melati
Aska hanyamengangguk-angguk mendengarkan ceritanya.

Tapi.... ditengah percakapan...

"Dia datang lagi" ujar Melati tiba-tiba.

Melati berusaha tenang, tapi tidak dengan Aska. Dia bingung, karena hanya ada mereka berdua saja di rumah
Aska semakin kacau, saat Melati mengatakan jika sosok anak itu ada di belakangnya dan membuat Melati tidak berani melihat ke arah Aska. Aska diam mematung, karena sedang ada makhluk lain yg tak bisa dilihatnya sekarang ada di belakangnya
Di sisi lain, Aska melihat Melati perlahan berubah, matanya memerah dan tatapannya berubah tajam. Di situasi ini, Aska bisa menilai, jika ini sudah bukan Melati temannya lagi

"Hikkhh...hikkhhh....hikkhh" Melati menangis
Aska semakin bingung. Situasi ini bertahan lama. Hingga akhirnya Aska menghubungi yg lain melalui whatsapp grup, "gak ada yg mau balik posko? ini Melati kambuh lagi" tulisnya dalam pesan singkat
Tak berselang lama, Wahyu, Bakti dan Yusron datang menyusul. Aska seperti diguyur air dingin di tengah situasinya yg tegang.

“Kenapa Melati, ka?” tanya Bakti

“Ini…..”

“Mel, tiduran di kamar aja, ya?” ajak Aska
Mereka semua bingung harus melakukan apa pada Melati, mecoba mendoakannya dengan rapalan-rapalan doa pun sudah.

Tapi, Melati masih belum menunjukkan perubahan. Malah, tangisnya semakin menjadi-jadi, matanya merah, tatapannya tajam,ditambah terus mengeluh sakit di tangan kirinya
“Mereka disini…. Mereka datang lagi…. Tolong aku….” Ucapnya yg membuat Aska, Yusron, Bakti dan Wahyu bergidik ngeri

“Bawa ke dalam, jangan sampai ada warga yg melihat ini” ucap Yusron
Setelah di dalam, Melati didudukkan, ditemani Aska di sampingnya
Hingga sore hari,semua sudah ada di rumah.Tapi tidak dengan pak Kentos. Dimana dia? Melati sedang perlu bantuannya. Wahyu,Bakti dan Yusron mencoba mencarinya,tapi, tak juga menemukan keberadaannya

Saat senja akan dilumat oleh gelapnya malam,mereka bertiga pulang dgn tangan hampa
Tapi,
baru tiba di depan rumah. Pak Kentos datang dari belakang. Aneh, dan kebetulan sekali...

“Dari mana pak? kami cari bapak kemana-mana gak ada” ujar Wahyu

“Emang kenapa, yu?”

“Melati, pak”
Tanpa menjawab, pak Kentos bergegas masuk dan menghampiri Melati yg masih terus menangis. Seperti yg dilakukannya kemarin, pak Kentos berhasil mengusir sosok yg mengikuti Melati

“Mereka datang lagi, yg kemarin” ucapnya

“Lalu bagaimana pak?” tanya Aska
“Kita tunggu saja besok, kalau mereka datang lagi, nanti bapak coba pikirkan jalan keluarnya” jawabnya

Hari berlalu, tidak ada perubahan pada Melati. Kali ini, Melati kembali kumat lagi saat tengah bersantai di ruang tamu dengan Aska, Riska dan Kaila.
Di saat itu pula, di rumah sedang ada Bu Suminah (warga desa) yg tak sengaja berkunjung.

“Mbak Mel…” panggil Kaila sambil menepuk kakinya, karena tiba-tiba saja Melati berubah diam

“Kayaknya kumat lagi deh” ujar Aska
“Lho, mbak Melati kenapa?” tanya bu Suminah yg bingung melihatnya

Aska, Riska dan Kaila bingung harus menjawabnya dengan kalimat apa.

Karena, mereka dan yg lainnya memilih untuk merahasiakan ini dari warga desa.
"Gakpapa mbak, cerita saja, barangkali ibu bisa membantu. Tidak perlu takut atau sungkan" tandasnya

Tapi, sepertinya bu Suminah tau, jika ada jin atau hal gaib yg mengikuti Melati beberapa hari ini.
Tanpa tanya, bu Suminah minta diambilkan segelas air minum untuk Melati. Riska pun menurut, dan segera mengambilkannya teko dan gelas di dapur,

“Ini bu….”

“Mbak, bisa bantu ibu dudukkan Melati di kursi?”
Berbeda dengan pak Kentos, bu Suminah menyadarkan Melati dengan menyentuh beberapa bagian di tubuh Melati sambil membacakan ayat-ayat Al-Qur’an.
Tidak ada reaksi dari Melati maupun jin itu, Melati hanya menatap balik bu Suminah dalam diam dengan tatapannya yg tajam
“Tempatmu bukan disini, kasihan anak ini”ucap bu Suminah dengan nada pelan. Tak lama, akhirnya Melati sadar

Selama berhari-hari kejadian ini terus berulang, Melati berkali-kali kesurupan, sadar, kesurupan sadar. Usaha yg dilakukan pak Kentos dan bu Suminah hanya berdampak sesaat
Melati mengeluh lelah jika begini terus-terusan, sementara KKN masih hampir 2 minggu lagi dan program KKN masih banyak yg belum dijalankan. Yusron sebagai ketua tim pun resah, bagaimana program kelompok akan dijalankan jika masalah ini tidak kunjung terselesaikan.
Angin bersambut, pak Kentos menepati perkataannya jika ia akan mencarikan solusi dari permasalahan ini. Besok pagiya, saat Wahyu dan beberapa anak sedang berkumpul, pak Kentos datang menghampiri
“Nanti kalau Melati kambuh lagi, kalian datang ke bu Yati. Rumahnya dekat Madrasah yg biasa kalian kesana. Kemarin bapak sudah menceritakan kejadian ini padanya”

Mendengar demikian, semua mengangguk setuju. Semua percaya dengan bapak, karena beliaulah orang tua mereka disini
Dan benar, di tengah siang bolong yg terik, Melati kambuh lagi.

“Ini setan gak kenal cuaca gimana sih? Siang begini masih saja datang” gerutu Bakti kesal

Mengetahui itu, Aska dan Bakti langsung menuju rumah bu Yati untuk meminta pertolongannya
“Assalamualaikum…..” ucap salam Bakti saat sampai di pelataran rumah bu Yati

“Wa’alaikumsalam….. Oh adek-adek KKN, ada apa?” ucap perempuan paruh baya itu

“Gini bu, kami diberi tau bapak, mau minta tolong. Teman saya kerasukan” ucap Aska
“Astagfirullah, yasudah mari cepat kesana. Kemarin pak Kentos sudah cerita”

“Bakti, kamu jalan ya! Biar aku sama bu Aisah”

Di rumah Riska dan Kaila sedang memegang Melati agar tidak pergi. Disitu, ada pak Kentos juga yg menemani
Cuaca yg panas bertambah panas tatkala jin yg di tubuh Melati berontak saat bu Aisah membacakannya ayat Al-Qur’an. Sangat sulit dijelaskan dengan kata-kata metode yg digunakannya untuk menyadarkan Melati, tapi, itu cukup membuat seisi ruangan ngeri saat melihatnya,
kecuali pak Kentos, karena sudah tidak asing lagi hal begini baginya

Melati tampak diam sambil menangis menahan gejolak yg ada dalam dirinya
“Ya Allah…. Astagfirullah….” Beberapa perempuan terdengar membaca doa, mencoba membantu bu Yati. Walaupun mereka tau, kalau usahanya tidak akan membantu banyak
Maaf, saya belum bisa udpate malam ini, karena ada beberapa hal yg menghalangi. Sembari menunggu besok, saya akan mempersiapkan tulisannya terlebih dulu hingga akhir. Saya usahakan besok akan saya usahakan selesai. Stay tuned, ya!
Sebelum saya lanjut. Yg saya maksud bu Aisah disini dan utas bawahnya adalah bu Yati, ya. Itu salah tulis 🙏🏻
Melati hanya meronta-ronta, bu Yati mencoba berkomunikasi dengan sosok yg ada di tubuh Melati, namun yg didapat bu Yati hanyalah tangisan dan sesekali teriakan. Mengetahui itu, yg paling penting sekarang bukan berkomunikasi dengannya, tapi adalah mengusirnya terlebih dulu
Dengan ilmu yg dimiliki bu Yati, beliau berhasil mengusir sosok jin yg ada di tubuh Melati

Setelah semuanya aman, Aska, Riska dibantu yg lain memindahkan Melati di dalam kamar. Dan pesan yg diberikan bu Yati sama dengan apa yg dikatakan pak Kentos.
Jangan biarkan Melati sendirian dimanapun, dan selalu awasi segala aktivitasnya

Ketegangan di hari itu usai, seisi rumah bisa bernafas lega. Bu Yati memberikan informasi, jika sosok jin yg mengikuti Melati sekarang, tidak hanya anak-anak,
tapi juga ada perempuan tua yg mencoba masuk ke dalam dirinya.

Jadi, jangan biarkan Melati melamun, apalagi kosong pikirannya. Karena, mereka akan mencari celah kapan mereka bisa masuk ke dalam tubuh Melati. Sedikit saja lengah, bisa membahayakan bagi diri Melati
"Ini, minumkan ke Melati saat subuh dan sebelum malam" ucap bu Melati sambil memberikan sebotol kecil berisi air putih

Setelah ditangani bu Yati, Melati sudah pulih. Tapi, ternyata tidak untuk seterusnya. Setelah kurang lebih 3 hari, tanda-tanda itu datang lagi
Tepatnya, sepulang dari mendatangi khajatan nikahan adik dari pak kades, saat semuanya tengah istirahat ba'da isya, Melati sedang tiduran di dalam kamar dan semua perempuan juga sedang ada di dalam kamar juga saat itu.
Tanda kedatangannya masih sama dengan kejadian-kejadian sebelumnya, Melati yg tiba-tiba diam melamun dan mematung, tatapannya tajam ke arah langit-langit kamar dengan matanya yg memerah. Riska dan Aska yg kala itu ada di dekatnya pun menyadari perubahan Melati.
"Heh! Melati..... Melati....! Dia kambuh lagi!" tandasnya, yg membuat seisi kamar berhamburan.

Di tengah ketegangan yg datang tiba-tiba, Aska teringat dengan air yg diberikan bu Yati

"Diminumkan air dari bu Yati, ris!" seru Aska
Setelah diminumkannya, Melati sedikit sadar, saat itu ia minta dibantu untuk keluar kamar. Katanya, mereka datang lagi, dan ada di dalam kamar ini. Dibantu Riska, Aska dan yg lainnya, Melati didudukkan di ruang tamu.
"Mending panggilkan bu Yati saja" ucap Yusron saat baru tiba di posko bersama dengan Wahyu dan Bakti

Semuanya setuju, disitu mereka membagi tiga tugas. Menjaga Melati, menjemput bu Yati dan mencari pak Kentos yg sedang pergi.

"Mereka masih disini, aku takut" ucap Melati
"Dimana?" tanya Aska penasaran

"Itu, sedang memperhatikanku di belakangmu" ujar Melati dengan kepala tertunduk

"Kenapa sih, selalu aku yg terperangkap di situasi begini" ucap batin Aska.
Aska, Riska dan Kaila setia menemani Melati, mereka tak lepas dengan doa-doa yg mereka bisa.

"Berdoa terus, Mel" ujar Riska. Melati mengangguk
Saat itu, nampaknya Melati sudah tidak mampu menahan lagi, tubuhnya kembali terpaku, wajahnya memucat, saat diajak bicara pun ia diam tanpa menjawab.

Dengan matanya yg tajam, ia menatap satu persatu orang yg ada di ruang tamu bersamanya
Riska, Kaila dan Aska terperanjat melihat perubhan Melati. Ingin rasanya mereka lari keluar rumah sekencang mungkin. Tapi, mereka harus bertahan disini demi kebaikan Melati dan menunggu kedatangan yg lain.
"Assalamualaikum" terdengar salam dari luar rumah.

Bu Yati datang dengan Bakti, Yusron dan Tika

"Astagfirullah..." ucap bu Yati saat baru datang dan melihat keadaan Melati
Dengan cepat, bu Yati menanganinya. Dikeluarkannya segala macam barang yg dibawanya, hingga, di suatu bagian yg membuat siapa saja yg melihat Melati diam dan terperanjat
"Kowe sopo? (kamu siapa?)" ucap bu Yati pada Melati

"Aku seko kali kono (aku dari sungai sana)" ucap kalimat bahasa jawa keluar dari mulut Melati

"Sejak kapan Melati bisa bahasa jawa dan lancar begini?" tanya Anita

"Bodoh! itu bukan Melati yg bicara!" jawab Bakti
"Aku seneng karo bocah iki, aku meh gowo bocah iki ben o karo aku (aku suka dengan anak ini, aku mau membawa anak ini denganku" ucap sosok jin yg ada di tubuh Melati

"Kowe njaluk opo, ben bocah iki kok culno? (kami minta apa, agar anak ini kamu lepaskan?)" tanya bu Yati
Terjadi negosiasi alot antara Bu Yati dan sosok jin di tubuh Melati. Jin itu masih terus kekeh untuk membawa Melati bersamanya dan hanya Melati yg diinginkannya.

"Aku ra bakal lungo nek durung entuk bocah iki (aku gak akan pergi kalau belum dapat anak ini)"
Bu Yati bingung, tapi, beliau tidak kehabisan akal.

"Nek tak ijoli, pie? kowe njaluk opo (kalau aku tukar bagaimana? kamu minta apa?)"

Hingga lama tetap dengan keinginannya, hingga akhirnya sosok jin di tubuh Melati pun mau melepaskan Melati dengan satu syarat.
"Aku njaluk pitek (aku minta ayam)

"Pitek opo? (ayam apa?")

"Pirek ireng, aku njaluk pitek ireng saiki. Delehno nang panggonanku cedak kali kono, saiki! (Ayam hitam, aku minta ayam hitam sekarang. Taruh di wilayahku di dekat sungai sana, saiki!)"
Hal ini membuat bu Yati dan pak Kentos yg sedari tadi mengawasi disitu pun bingung. Karena, ayam ini adalah isyarat mengenai tumbal. Agak lama bu Yati dan pak Kentos terperangkap di situasi yg terdesak ini.
"Saya ambilkan ayam punya saya, saya punya ayam hitam walaupun tidak hitam semua bagian tubuhnya" ucap pak Kentos tiba-tiba. Diambilnya ayam tsb dari belakang rumah. Tanpa menggunakan tempat, ditaruhnya ayam yg tidak begitu besar itu di kantong jaket loreng yg dibawanya
"Yg laki-laki temani bapak ke sungai!"

Dengan rasa takut yg masih ada, Wahyu, Bakti dan Yusron pun berangkat menamani pak Kentos.

Dengan membawa motor yg ada, mereka berangkat melewati jalanan gelap tanpa penerangan. Baru kali ini Wahyu, bakti dan Yusron ke sungai malam begini
Rasa takut bercampur tegang menyelimuti perasaannya. Saat tibadi gubuk, suasana sangat gelap tanpa ada cahaya lampu sama sekali.
Hanya dengan mengandalkan cahaya rembulan malam itu, pak Kentos tampak menghampiri seorang kakek tua yg sedang duduk di salah satu gubuk bambu disana, dan terlihat seperti sudah menunggu kedatangan mereka semua dan tau kalau pak Kentos akan datang kesini malam ini
"Pak, kae anakku ono sing keno seko kene (itu anakku ada yg kena dari sini)" ucap pak Kentos kurang lebih seperti itu
"Bagaimana kakek tua ini tau soal kejadian ini? kapan ia datangnya? kenapa bisa disini?" tanya Wahyu dalam hati karena heran dengan keberadaan kakek tua tsb. Bakti dan Yusron pun demikian
"Wis kok gowo? (sudah kamu bawa?)" tanya kakek yg masih misterius itu

"Uwis, iki (sudah, ini)" jawab pak Kentos sambil memperlihatkan ayam yg dibawanya
"Selehke nang cedak wit gedang kae, karo ditaleni ben ora mlayu (taruh di dekat pohon pisang itu, sama ditali agar tidak lari)" ujarnya
Wahyu, Bakti dan Yusron masih terus bertanya-tanya dalam hati mengenai kejadian ini. Antara sosok jin penunggu sungai sini yg merasuki Melati, ayam hitam dan kakek misterius ini.
"Ayo, ikut bapak, bantu terangi pakai senter HP" ucap pak Kentos

Dengan jantung yg berdegup, Wahyu, Bakti dan Yusron melangkahkan kakinya bersama dengan pak Kentos dan kakek itu. m
Tempat yg pak Kentos dan kakek itu tuju untuk menaruh ayam yg dibawanya adalah pohon pisang yg berdiri tegak di atas belukar yg berada dekat dengan jembatan
Suasana mencekam menyelimuti saat itu. Saat sampai tepat di depan pohon pisang yg dimaksud. Pak Kentos lantas mengikat ayam yg dibawanya di batang pohon pisang itu.

"Panas sekali sih, disini" terang Bakti. Yusron pun mengeluhkan demikian
"Iya, seperti sedang ada banyak orang disini, sehingga udaranya panas begini" ujar Wahyu

"Jangan bilang begitu! Sudah diam saja dan bantu terangi saja" ucap pak Kentos yg ternyata mendengar obrolan Wahyu dan kedua temannya
Kakek yg masih misterius bagi Wahyu, Yusron dan Bakti itu tampak komat-kamit, entah apa yg dibacanya

"Sudah, ayo kembali" ajak pak Kentos
"Alon-alon, mengko bakal lungo dewe. Ditunggu wae (pelan-pelan, nanti akan pergi sendiri, ditunggu saja)" ucap kakek tua tsb saat sudah kembali di area gubuk
Setelah beres dan kembali ke rumah, bu Yati dan para perempuan masih berkerumun diantara Melati. Tapi, saat itu Melati sudah terlihat tenang

"Bagaimana, bu?" tanya pak Kentos pada bu Yati

"Sudah agak aman, pak"
Pasca kejadian di hari itu, Melati sudah perlahan membaik. Meskipun tatapannya masih kosong dan terlihat seperti orang linglung.

Semuanya masih menjaga dan memperhatikan Melati dimanapun keberadaannya.
Satu hal yg ditakutkan Wahyu dan seluruh temannya adalah jika Melati masih begini sampai hari penarikan KKN tiba, apa yg harus mereka lakukan? Bagaimana jika sosok jin yg mengikuti Melati akan terus mengikutinya sampai ke daerahnya yg sangat jauh di timur sana
Semoga saja yg ditakutkan tidak terjadi, semoga Melati bisa lekas pulih sebelum hari penarikan KKN tiba

Hari berlalu, pak Kentos sedang bersantai di depan rumah dengan satu putung rokok di tangannya. Tak lupa, secangkir kopi juga menemaninya, kopi yg biasa dibuatkan Kaila
"Aku buatkan juga, ya la" ucap Wahyu sambil tertawa kecil.

Diambilnya kursi untuk ikut bersantai dengan pak Kentos di depan rumah. Banyak hal yg diobrolkannya dengan pak Kentos saat itu
"Yu, tau kenapa bapak melarang kalian main ke sungai kalau sore?" tanya pak Kentos

"Kenapa, pak?"

"Dulu, sebelum ada pembangunan jembatan, disana itu tempat pemakaman umum di desa ini, bahkan desa-desa lain juga memakamkan disana jika ada warganya yg meninggal"
"Lalu, dimana pemakamannya sekarang, pak? Digusur begitu saja?"

"Tidak, tidak digusur. Tapi dipindah"

"Ha? Bagaimana caranya pak?"

"Waktu itu ada banyak orang yg terlibat memindahkan. Semuanya dipindahkan"
"Tulang belulang begitu yg dipindahkan, pak?"

"Ya, tidak hanya itu. Yg tidak terlihat pun juga dipindah. Dan memindahkan yg tidak terlihat itu yg tersulit, perlu usaha ekstra, ada beberapa makam yg tidak bisa dipindahkan, walaupun akhirnya bisa juga dipindahkan"
"Saat itu, banyak sekali melibatkan orang-orang yg memiliki banyak ilmu(spiritual). Dan pemakaman yg baru ada di utara desa yg kamu dan teman-temanmu tau sekarang"
"Makanya, bapak gak pengen kalian kesana kalau menjelang malam. Warga sini saja tidak ada yg berani dan melarang anak-anaknya main kesana. Apa lagi, kalian yg bukan warga sini, rentan tertimpa hal-hal yg tidak diinginkan. Contohnya seperti sekarang yg menimpa Melati"
"Dulu pemakamannya tepatnya di sebelah mana, pak?"

"Di tempat yg sekarang di bangun gubuk bambu, hingga jalan yg akan memasuki jembatan" jawab pak Kentos
"Pembangunan jembatan itu juga sudah memakan korban(tumbal). Waktu itu, sudah ada satu pekerjanya yg di cor hidup-hidup di tiang beton di bawah jembatan. Semua pekerjanya tidak ada yg tau, yg mereka tau, dia berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya.
"Lalu, bagaimana bapak bisa tau?"

"Ya, hanya segelintir orang saja yg tau tentang masalah ini. Termasuk kamu yg baru bapak beri tau, karena temanmu ada yg sudah begini"
Fakta ini tentu membuat Wahyu terkejut mendengarnya, pantas saja, pak Kentos, pak kades, hingga warga memperingatkannya dan teman-temannya untuk tidak ke area sungai menjelang malam. Ternyata ini akar sebabnya
"Kenapa tidak memberi tahu sejak awal pak? Kalau sejak awal mungkin Melati tidak begini" tanya Wahyu
"Bapak tidak ingin membuat kalian takut KKN disini. Karena, baru kali ini terjadi masalah seperti ini. Disini, sudah kerap dipakai KKN, tapi tidak ada yg tertimpa masalah seperti kalian. Ini pertama kalinya" pungkas pak Kentos
Menjelang hari-hari penarikan, tidak ada tanda-tanda kalau Melati akan kambuh lagi. Sosok jin yg mengikuti Melati pun tidak muncul lagi hingga hari penarikan KKN pun tiba. Tapi, setelah kejadian itu, tatapan Melati masih terlihat linglung
Di hari penarikan, Wahyu dan seluruh teman-temannya berpamitan dengan pak Kentos, pak Rochmad(kades) dan beberapa warga desa. Isak tangis melepas kepergian mereka kembali ke daerahnya masing-masing.
Setelah semuanya kembali ke daerahnya masing-masing, hanya beberapa saja yg masih menjaga komunikasi hingga sekarang. Dan Melati, ia tidak lagi mengeluhkan tentang masalah yg ditimpanya di daerahnya sana.
Semuanya lega, kalau Melati bisa kembali ke daerahnya tanpa membawa hal apapun kecuali kenangan dan barang bawaannya. Dan tidak lama dari KKN, Melati sudah menikah dan sekarang sudah dikaruniai seorang anak.
Hingga sekarang, cerita ini menjadi kenangan tersendiri bagi Wahyu dan semua teman-temannya. Jika ada yg mengetahui tentang lokasi yg menjadi latar dari cerita ini, sekali lagi, saya mohon untuk disimpan untuk diri sendiri saja.

-SEKIAN-
Saya Wahyu, pamit undur diri. Jangan lupa follow akun saya untuk cerita-cerita saya yg lainnya.

Jika saya ada salah, mohon maaf...

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yg menjalankan...

Selamat malam ❤️

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with w a h .

w a h . Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wahyuariyantn_

Nov 9, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 3 - Kematian Pertama

Dia terduduk ketakutan sambil menangis di depan kamarnya, ia mencoba menutupi wajahnya dengan lutut dan kedua tangannya. Dalam takutnya, ia terus berkata "Aku tidak mau Mati"

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Selamat malam! Setelah 3 minggu, akhirnya saya bisa kembali menulis lagi 😁 Mohon maaf ya
Untuk part-part sebelumnya bisa lebih dulu dibaca di sini.

Part 1
Read 97 tweets
Oct 19, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 2 - Bayangan Di Dalam Kegelapan

Sesuatu bersembunyi diantara gelap malam itu. Meski samar, semakin lama bayangan sosok itu semakin tinggi dengan buntalan ikatan di ujung kepalanya

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Update pelan-pelan, karena sedang dalam perjalanan. Jika yg ingin langsung baca tanpa jeda, part 2 dan 3 sudah tersedia di platform sebelah ya

Part 2 : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Part 3 - Kematian Pertama : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Read 83 tweets
Oct 12, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Diantara gelap, dia mencari mangsa, menghabisi satu-persatu penghuni di sana, seolah kematian sudah melekat kepada siapa saja yang memilih tinggal.

- a thread

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR #bacahorror Image
“Hallo, Mas Wahyu! Aku ada cerita, yang mungkin bisa untuk diceritakan. Cerita kelam, yang mungkin akan terus teringat entah sampai kapan, karena saat itu aku hampir mati” Ucap seseorang pria yang aku kenal melalui seorang kawan.
Saya menyebut pria ini dengan nama “Santo” . Usianya sekarang baru menginjak kepala tiga, dan saat kejadian kelam ini terjadi, Santo masih berusia 21 tahun dan sedang menjalani semester akhirnya sebagai seorang mahasiswa.
Read 61 tweets
Sep 2, 2023
"NANDUR NYAWA"

Part 2 - Mulai Terlihat

Sosok dibalik tanah ini mulai memperlihatkan eksistensinya. Tubuhnya setinggi langit-langit rumah, wajahnya mengerikan dengan empat taring yang tumbuh di dua rahang mulutnya.

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror Image
Ini merupakan lanjutan dari cerita Nandur Nyawa di part pertama
Untuk part pertama, silakan bisa dibaca disini ya
Read 14 tweets
Aug 26, 2023
"NANDUR NYAWA"

Apa jadinya jika tanah subur yang kamu ketahui selama ini ternyata rahasianya adalah nyawa manusia yang ditanam di dalam tanahnya?

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror #threadhorror #ceritahorror Image
“Akhirnya sampai juga.” ucap pama Sanjaya.

“Paman Sapto, Na. Panggil saja pamanku dengan itu.”

“Di mana tempat tinggal, Paman? Kami sudah kedinginan.” Tanya Sanjaya.
“Di sana, tapi, rumah yang akan kalian tempati nanti tidak di rumah paman. Tempat untuk kalian sudah disediakan oleh juragan.” Tutur paman Sapto sebelum menuntun sepeda untanya mengarahkan Sanjaya dan Kelana.
Read 9 tweets
Jun 15, 2023
"BELENGGU SUKMA"

Mereka ada dimana-mana, mengintai hampir setiap malam. Pengabdian KKN yg diperkirakan lancar, ternyata malah akan merenggut nyawa mereka satu-persatu setelah kutukan desa tempatnya KKN kembali muncul setelah puluhan tahun menghilang

@bacahorror @IDN_Horor Image
Detik demi detik berputar, tanpa terasa satu persatu dari mereka datang lalu memperkenalkan dirinya masing-masing. Pertemuan itu, akan mereka gunakan untuk membahas susunan tugas serta program bersama yang akan mereka bawa saat terjun di desa.
Namun, sudah tiga puluh menit berlalu sejak orang terakhir datang, ada satu orang yang belum juga terlihat wujudnya. Dia adalah Maya. Bahkan, sejak komunikasi melalui grup whatsapp, Maya pun belum sama sekali merespon.
Read 99 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(