Begitulah Manusia'
Ketika berjalan di tengah hutan, laki-laki itu berpapasan dengan laki-laki lain yang menuntun keledai. Ia melihat banyak bungkusan di punggung keledai, kanan dan kiri. Mereka bertegur sapa.
Ketika berjalan di tengah hutan, laki-laki itu berpapasan dengan laki-laki lain yang menuntun keledai. Ia melihat banyak bungkusan di punggung keledai, kanan dan kiri. Mereka bertegur sapa.
Laki-laki itu bertanya pada penuntun keledai, “Apa yang kamu bawa di punggung keledai itu? Tampaknya berat sekali.” Penuntun keledai menjawab, “Yang di sebelah kanan adalah bungkusan berisi makanan sebagai bekal perjalanan. Yang di sebelah kiri adalah bungkusan berisi tanah.
Aku mengisi tanah pada bungkusan sebelah kiri agar seimbang antara kanan dan kiri.” Laki-laki itu berkata, “Kenapa harus kamu bebankan keledai itu dengan bungkusan tanah? Bukankah lebih baik kamu bagi dua saja bekalmu itu?
Kamu tidak perlu membebankan bungkusan tanah pada keledai. Dengan demikian, si keledai tidak tersiksa karena keberatan!”
Penuntun keledai, “Luar biasa. Pendapat anda cemerlang sekali! Ngomong-ngomong, siapa anda? Apakakah anda kepala suku? Tokoh agama? Akademisi? Atau pejabat?” Laki-laki itu menjawab, “Saya bukan ini dan bukan itu. Saya hanya orang biasa.”
Penuntun keledai, “Sialan. Kamu hanya orang biasa kok berani-beraninya memberikan pendapat kepada saya!”
Memang begitulah manusia...
Memang begitulah manusia...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
