Thread by @logos_id

Cara lain memandang Islam ala Ali Syariati: tokoh religius humanistik yang rela dimusuhin ulama sampai dipenjara. Yuk simak ceritanya!
-a thread-

(1/2)
Kepercayaan yang dibatasi taqlid (penerimaan buta), ritual, ibadah keagamaan, dan dogma teologis menciptakan kondisi yang menyebabkan kita kesulitan melihat titik temu tauhid dengan pembebasan.

(2/2)
Tauhid sebagai fondasi Islam malah sering digunakan sebagai pembenaran ketidakadilan (hal yang sebenarnya paling ditentang dalam Islam).

Nilai keagamaan dalam Islam yang sudah terrekonstruksi dewasa ini dijadikan sbg senjata untuk menilai umat Islam sebagai umat beragama yg jauh tertinggal secara pemikiran dan gaya hidup dibanding dengan umat agama lain. Atau istilahnya bisa disebut dengan konservatif atau kolot.

(1/2)
“Pembebasan” Teologi Islam adalah semacam kebutuhan untuk memperbaiki situasi umat Islam saat ini. Untuk membangun ini, butuh interpretasi baru yg rasional dan ilmiah untuk mempertahankan referensi doktrinal pada Al-Qur’an dan Hadits,

(2/2)
butuh interpretasi baru yg rasional dan ilmiah untuk mmpertahankan referensi doktrinal pada Al-Qur'an dan Hadist dalam merumuskan kerangka kerja teologi konstruktif bagi seluruh umat Islam. Salah satu pemikir muslim yang peduli akan tema pembebasan ini adalah Ali Syari’ati

(1/2)
Ali Syari’ati mungkin satu-satunya intelektual yang dimiliki oleh Iran pada abad ke-20. Beliau berhasil menciptakan momentum sosial-politik yang melahirkan gerakan sosial dan memuncak dalam revolusi. Beliau mempunyai perhatian lebih kepada humanisme.

(2/2)
Ide dan gagasan yg ditawarkannya selalu menarik untuk dikaji. Dengan semangat tauhid, Ali Syari’ati mengajak manusia menuju pada egalitarianisme (persamaan) dan memperjuangkan pembebasan pada manusia dan membangun kesadaran akan perannya sebagai khalifah Allah di muka bumi.

(1/2)
Melalui pandangan dunia berbasis tauhid, dia menonjol sebagai propagandis yang membuat semangat kaum muda di Iran pada 1970-an bangkit melawan penindasan yang dilakukan oleh rezim Pahlevi.

(2/2)
Tujuan utama Ali Syari'ati adalah memberi keyakinan bahwa Islam yang "benar" itu sebenarnya ideologi paling revolusioner yang bisa disimpulkan manusia modern.

(1/1)
Islam yang “benar” di masa modern ini seharusnya bukanlah Islam yang termodifikasi, melainkan pengamalan tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ali Syari’ati, tidak ada batas antara dunia dan akhirat.

(2/2)
Semuanya adalah satu sebagaimana manusia bisa menentukan nasibnya jika memiliki pandangan tauhid tanpa terganggu oleh kesyirikan, memandang dunia selalu terbagi dan tidak adanya keadilan.

(1/2)
Memandang dunia dengan klasifikasi yang serba terbagi, hanya akan membuat kehidupan semakin kacau balau, sangat berbanding terbalik dengan perspektif tauhid dari Ali Syari’ati yang mengembalikan pemahaman spiritual kepada seluruh alam,

(2/2)
Memberikan kemampuan bagi manusia untuk meraih kesadaran dalam beragama agar hidup damai.

(1/2)
Sebagai seorang intelektual modern yang tumbuh dalam keluarga ulama progresif, Ali Syari'ati mengemukakan teori-teori Marxis tentang perjuangan kelas, eksploitasi kapitalis dan imperialisme dalam kerangka keagamaan.

(2/2)
Membangun Teologi Pembebasan Muslim yang membuatnya bermusuhan dengan ulama konservatif dan menyebabkan pemerintah Iran memenjarakannya.

Kepekaan yang paradoksal menjadi ciri Ali Syari’ati sebagai seorang pemikir. Memahami dunia dengan intuitif dan melihat kehadiran Tuhan dalam hal apapun. Dalam hal ini, dia selalu menolak pemikiran bahwa Islam hanya menjelaskan masalah ritual dan hukum teknis -Cont

seperti masalah wudhu’, makanan, kelahiran, menstruasi dan lainnya sebagai mana pemikirian Ayatullah Ruhullah Al-Musawi Khomeini (1902-1089).

Gagasan tentang peleburan Tuhan, alam, dan manusia adalah konsep kunci dalam "pandangan dunia integralis" (jahanbini-yi tawhidi) ala Ali Syari’ati-cont

Dia tidak menyelesaikan ketegangan antar manusia, karena entitas tidak dapat dipisahkan dari esensi yang menyatu (Tuhan, manusia, dan alam). Di sisi lain, manusia juga sebagai makhluk otonom.

Tiga elemen tadi terpisah satu sama lain tetapi sumbernya sama. Semuanya satu arah, bergerak dan hidup dengan satu kehendak serta semangat. Ia dengan keras menolak gagasan tentang kontradiksi yang memengaruhi kesatuan Allah, manusia dan alam.

Pandangan tentang dunia yang religius humanistik yang ditawarkan Ali Syari’ati bertujuan untuk menghilangkan bentuk dualisme, kelas penguasa dengan yang dikuasai, kelas borjuasi dengan proletariat.

Pada akhirnya manusia akan memahami kesatuan yang hakiki, sadar akan misi dan peran sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Karena menurut Syari’ati, manusia dengan tauhid memiliki potensialitas tak terbatas dalam membawa nasibnya tanpa pengaruh eksternal.

Source:
Syamsul Rijal Adhan, ‚Theology Of Liberation In Thought Of Ali Shari’ati‛, Journal Of Islam And Science, Volume 03 Number 02, December 2016, 259-261.114
Nugroho, Anjar, ‚Ali Shari’ati’s Revolutionary Islamic Thought And Its Relevance To The Contemporary Socio-Political-

Transformation‛, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, Volume.7 Nomor 2 (2017).

Researcher: @lisaelfenaa, @bangiky__
Copy writer: @asan_ur, @sassyhalcyon, fatur