Tanpa pengawalan berarti, presiden Jokowi berkunjung ke rumah BTP alias Ahok saat mantan Gubernur yang saat ini menjabat sebagai Komut Pertamina merayakan natalan dirumahnya.
"Selamat natal pak Ahok...." sapa presiden sambil mengulurkan tangannya."
"Ampun deh... presiden sempet-sempetnya datang kerumah gue....jadi ga enak nich"
Itulah Ahok, ketika protokoler sudah lepas, keakraban langsung menjadi kesehariannya.
Lo, gue sebagai cara dia berbincang sudah otomatis meluncur bebas dari mulutnya.
"Masuk, masuk pak.....!!" Sambil tergopoh Ahok menarik tangan preaiden yang tadi menyalaminya.
"Sudah kemana aja pak?"
"Ya cuma kesini aja to pak Ahok.... masa kerumah bu Vero...😂😂?"
"Jiaaah..., rese deh lo pak...!! Sudah..., jangan omong yang itu, bikin baper aja ahh..!!"
Sambil tertawa terbahak keduanya berjalan masuk ke ruangan di belakang rumah.
Lapang dan rimbun dengan banyak pepohonan tertata, lahan tak seberapa lebar itu terasa sangat nyaman untuk kegiatan bersantai apalagi dipakai untuk sekedar ngobrol ringan.
Setengah jam kemudian, keduanya sudah terlibat obrolan seru.
"Pak Jokowi......, itu yang di Sumbar beneran terjadi pak?" (Soal pelarangan ibadah natal)
"Ya itulah pak Ahok, serba salah saya jadinya. Mau saya tegor pemdanya, koq presiden gampang benar intervensi masalah masalah sepele kaya gitu...
Enggak saya tegor, itu isi medsos sudah pada ngamuk....., semua pada tanya presiden kemana....., presiden kenapa diam saja....?"
.
.
"Cuekin aja kalee pak... tar jantungan loh semua-semua dipikirin."
"Masa didiamkan saja? Makin rame nanti pak Ahok."
"Dipikir-pikir orang jaman dulu kaga ribet kaya sekarang deh pak.....,ga ada tuch orang ngeributin haram halal natalan. Gue lebaran ngantri, dapat duit. Natalan juga ngantri. Sin cia, dah pasti dong..😉 Angpau bisa kena tuch kalo cuma 3 kali setahun pak.. hahaha...!!"
"Bedalah pak Ahok... lha situ aja salah omong dikit langsung masuk....!! He..heh..heh...😎😎!
"Ngledek ini mah..😳😳!"
"Pak Ahok SMA tahun 80-an kan? Saya masih tahun 70-an... jaman hiking sama camping lagi marak pak."
"Itu pak Jokowi... saya di Jakarta mana kenal hiking sama camping pak... kita mah jaman SMA mainnya udah ke Star dust, Aldiron.. 😉 eeeh...pak Jokowi mana tahu yak... hahaha....!! Wong Solo...😂😂!!"
Mereka berdua terus bercanda. Sesaat dua orang ini lupa betapa berat kerjaan menanti mereka berdua setelah lepas tahun baru nanti.
(Percakapan imajiner, 100% tidak pernah terjadi, hanya reka2 penulis saja)
.
.
.
Pada Kamis (16/7/2020) melalui unggahan videonya, Gus Miftah tampak datang ke Kantor Balai Kota Provinsi DKI Jakarta. Mengenakan masker, keduanya ngobrol santai.
"Saya hari ini bersama Mas Anies. Njenengan iki (Anda ini) Arab apa Jawa sih mas?" tanya Gus Miftah yang memakai blangkon hitam berstrip hijau.
"Wong Yogjo (Orang Yogya) senengane gudeg (hobinya makan gudeg)," jawab Anies dengan logat Jawa Jogja yang kental.
Unggahan itu cepat menuai reaksi.
Menjadi pribumi memang dibutuhkan ketika ingin nyapres meski tak ada aturan tertulis atas hal tersebut. Itu lebih tampak seperti demi mendapat dukungan.
BERITA DUKA | datang dari AL kita. Salah satu kapal selam yang dimilikinya dikabarkan hilang atau terputus kontak. Kapal ini sedang dalam misi latihan di utara pulau Bali dan salah satunya adalah uji coba penembakan torpedo.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (21/4/2021), kapal selam itu tidak melapor kembali usai latihan.
Kapal selam berukuran panjang 60 meter dan lebar 6 meter ini didukung oleh mesin diesel elektrik yang terdiri dari 4 mesin dan 1 shaft menghasilkan 4.600 shp dan dapat melesat dengan kecepatan hingga 21,5 knot.
Ismail Marzuki dalam lagunya menyematkan kalimat "Halus wanita bak sutra dewangga, senyummu meruntuhkan mahkota".
Dewangga adalah senirupa tekstil. Bisa berupa rajutan dapat pula dalam bentuk lukisan di atas kain tersebut.
Sutra dewangga berbicara tentang keelokan seni diatas halus sebuah kain sutra yang konon terkenal sangat lembut. Ada dua perkara ingin ditegaskan dalam sekaligus pada kalimat lagu Ismail Marzuki.
Keelokan dan kehalusan itu terkadang, bahkan sangat sering mampu meruntuhkan sebuah kekuasaan. Bukan dengan seribu atau selaksa pasukan menara gading itu runtuh, hanya dari senyum seorang perempuan.
Dulu, kita pernah abai terhadap hal sepele seperti toleran terhadap tip (uang rokok) saat membuat KTP atau surat keterangan apapun di instansi. Hasilnya budaya korup menjadi milik kita.
Dulu, kita juga menganggap sepele tentang bagaimana penetrasi sikap intoleran di sekolah dan hari ini hampir seluruh sekolah negeri di Indonesia justru digunakan sebagai tempat penyemaian bagi bibit itu.
Dulu, kita juga toleran dengan hal sepele seperti saat pemilihan Ketua RT, RW, OSIS hingga Ketua Senat Mahasiswa harus terkait agama dengan sang calon, kini segala hal harus dibuat dan selalu dikaitkan dengan agama.
KETIKA NIKEL | telah berubah wajah menjadi baterai dan baterai menjadi mobil listrik dan kemudian kita menjadi tuan rumah atas prestasi seperti itu, Malaysia pasti bukan lawan kita.
KETIKA CPO | kita menjadi 100% green gassoline (pertamax cs) green diesel (solar), 100% LPG, dan 100% green avtur, dan produk itu diterima luas oleh pasar, Singapore akan melirik kita dengan pandang mata iri.
KETIKA INDONESIA | menjadi bagian penting atas rantai pasok dunia dalam industri berteknologi tinggi atas akibat pandai rakyatnya dalam mengolah berlimpahnya sumber daya alam, bukan Malaysia bukan Singapore hormat, tapi masyarakat dunia.
Sebesar apakah Bukit Algoritma akan menjadi hingga majalah Tempo edisi terbaru, BAHKAN PADA EDISI 50 TAHUN USIANYA, sengaja dan secara khusus memampang bukit itu pada cover depan pada terbitan terbarunya?
Atau, nama Budiman Sudjatmiko Kah menjadi bidikannya?
Hmmm…. pasti bukan perkara kecil apalagi sepele bila sekelas Tempo harus mengungkitnya. Apalagi dijadikan sampul. Ini terlihat seperti ada unsur sengaja dibuat belok ke arah politik.
Padahal sampai detik ini peristiwa tersebut masih terasa lebih kuat gaung investasinya dibanding unsur politis. Masih terkait dgn kita mencari tau siapa dibalik investor yg nekad nyeburin duit 18 triliunnya pada proyek yg juga masih lebih banyak menyimpan tanya dibanding jawab.