BPJS sucks? Trus bandingin sama Amerika? Yuk ke sini, coba jarinya kecepit pintu terus ke UGD rumah sakit. Biaya bisa 8 juta padahal ngga apa-apa.
Oh juga telpon 911 minta ambulan. Canggih, cepet sampai di lokasi dan cepet bisa balik ke rumah sakit. Biaya termurah sekitar $600 tanpa ada tindakan di ambulan. Kalo ada tindakan (atau menurut petugas ada tindakan) kena fee $1200.
Itu baru jari kecepit & ambulan. Punya asuransi juga belum tentu nutup. Kalau wafat, keluarga yang ditinggalkan dapet warisan tunggakan.
Kalau mau bandingin BPJS itu jangan sama Amerika, atau kalau bisa bandingin asuransi Kuwait. Dulu jaman di sana, setahun Rp 2 jutaan. Tapi mau tindakan apa pun, obat premium, cover dari lahiran, surgery, operasi gigi, biaya Rp 80 ribu.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kalau menurut gue, begitu hidup & kerja di luar jadi sadar tentang management waktu, termasuk waktu utk keluarga/personal.
Di NYC sini, kerjaan jauh lebih banyak dibanding saat di Jakarta. Tapi krn tetap dijaga porsinya, jadi ngga berat. Karena: porsi utk istirahat terjaga.
Selama di Jakarta gue menyepelekan situasi burn out. Ah cincaiy, masih bisa tidur panjang saat weekend - yg ternyata tetep tersita krn tetep lembur saat weekend. Lalu terakumulasi jadi masalah (kesehatan jiwa).
Iya, setelah tetep masuk nglembur saat sakit & pulang lemburan masih dihadapkan macet akhirnya nyerah. Lalu resign sebelum akhirnya cus ke Kuwait.
Selama hidup di Jakarta gue ngga sadar punya masalah dng kesehatan mental & gampang stress.
Begitu merantau, perlahan menyadari itu. Setelah sekian tahun ada dua faktor yg bikin stress selama di Jakarta: traffic Jakarta & jam kerja yang panjang. Dua hal yg gue sepelekan #curcol
Waktu utk keluarga & personal sangat kurang ketika di Jakarta. Begitu pindah Kuwait, porsi waktunya jadi lebih besar. Rasa stress jadi lebih berkurang, apalagi sejak tahun ke-dua kerja di Kuwait udah sangat jarang lembur2.
Jika selama di Jakarta gue cuma punya 30 menit untuk iseng2 doodling sbg pelepas stress (ttergantung energi yg tersisa), ketika di Kuwait gue punya 2-3 jam untuk iseng2 bareng krucil.
Point 4 ini penting buat gue. Bukan maksud supaya susah ditiru, tapi jadi semacam 'watermark' di karya tanpa harus literary pasang watermark. Dan berharap bisa memberi inspirasi ke orang banyak. Sesusah apa pun, kalau dijalani dng penasaran & hati ringan, hasilnya akan rewarding.
Tantangan-tantangannya: 1. Ngga compatible dng pemikiran umum (nyeleneh?) 2. Ngga ada alat kerja yang tersedia, kadang harus bikin alat kerjanya sendiri 3. Jaga konsistensi mood & rasa sepanjang proses 4. Expectation adjustment - supaya ngga ketinggian & kesasar
Truk penyerok salju dengan bak isi garam peleleh salju (buat ditabur di jalan) sudah stand by menyambut badai salju hari ini. Roda dipasang rantai biar ngga kepleset.
Dulu waktu kecil liat penyerok salju gini di komik2, jadi pengen nyetir - kayaknya satisfying gitu nyerok gundukan salju mbukain jalan.
Pada ngantri groceries jelang badai. Panjang barisannya tapi tertib & lancar, 10 menit udah di kasir. Orang sini malah kasih space buat manula yg mau ikutan antri (Here, you can take my space)