Perjuangan Sisingamangaraja Xll Dan Para Panglima Perang Aceh Darussalam
Saat seluruh nusantara telah di kuasai serta tunduk dalam aturan Belanda tinggallah Tanah Batak dan Aceh yang tidak pernah di kuasai Belanda karena kegigihan para pejuangnya.
Dada Meuraxa (1973:524) dalam Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumatera Utara (1973) menyebut Raja Negeri Toba sebelumnya, yakni Sisingamangaraja XI (ayahanda Sisingamangaraja XII), pernah menetap di tanah rencong dan mendapatkan didikan militer dari Kesultanan Aceh Darussalam.
Dalam buku Perang Batak: Perang Sisingamangaradja (1972) karya O.L Napitupulu, disebutkan bahwa upaya penolakan Kristenisasi di Batak dilakukan Sisimangaraja dengan cara mengusir zending (organisasi penyebar agama Kristen) yg memaksakan agama Kristen kepada rakyat Batak pada 1877
Menanggapi tindakan pengusiran oleh Sisingamangaraja, pemerintah Kolonial Belanda melakukan tindakan tegas untuk melindungi para Misionaris.
Pada 6 Februari 1878 pasukan Belanda tiba di Pearaja (pedalaman Sumatra Utara) dan bergabung dengan kaum misionaris Belanda.
Kedatangan tentara Belanda di wilayah Batak telah memprovokasi Sisingamangara sehingga ia mengumumkan perang pada 16 Februari 1878 dengan melakukan penyerangan ke pos-pos Belanda di Bahal Batu.
Sisingamangaraja bergabung dengan pejuang Aceh pada Desember 1878 untuk melakukan perlawanan keras terhadap Belanda.
Kabar Sisingamangaraja XII seorang muslim sempat diembuskan justru oleh penginjil Kristen. Mereka yakin Sisingamangaraja XII memeluk Islam karena Negeri Toba menjalin kerjasama erat dengan Kesultanan Aceh Darussalam untuk menghadapi Belanda...
...sekaligus membendung masuknya ajaran kristen yang di bawa misionaris Belanda ke Tanah Batak.
Raffles juga pernah menyinggung kemungkinan ini meski tidak secara gamblang. Ia menyebut jika kekuatan Islam antara Minangkabau dan Aceh bersatu, maka akan menjadi ancaman sangat serius bagi kekuasaan Belanda karena kerajaan Toba adalah jembatannya,..
....oleh sebab itu Belanda sangat menggencarkan Kristenisasi melalui para Misionarisnya untuk mematahkan jembatan penghubung antara Aceh, Toba dan Kesultanan Pagaruyung yang bertautan dengan Negeri Toba.
Dilaporkan:
“Bahwa sudah pasti S.S.M. (Sisingamangaraja XII) yang tua dengan putra-putranya telah beralih memeluk agama Islam, walaupun keislaman mereka tidak seberapa meresap dalam sanubarinya (Menurut Belanda).” (Walter Bonar Sidjabat, Ahu Si Singamangaraja, 1983:340)
Dalam laporan lain, Sisingamangaraja XII juga diyakini telah memeluk agama Islam.
Sisingamangaraja XII gugur dalam pertempuran melawan Belanda pada 17 Juni 1907, Ia kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah RI pada 19 November 1961.
Sisingamangaraja Xll dan rakyat Batak tidak berjuang sendiri banyak panglima-panglima Aceh juga berjuang di sisinya sampai titik darah penghabisan di tanah Toba.
Ayahnya Sisingamangaradja XI mengirim Sisingamangaradja XII ke Aceh, disanalah ia menimba ilmu agama islam, politik dan ilmu militer yang kemudian dipergunakan untuk melatih pemuda Batak dan melawan penjajah Belanda.
Aliansi Sisingamangaraja dan Aceh mampu menduduki wilayah pedalaman Sumatera Utara, namun saat masuk wilayah kota pasukan ini dapat dipukul mundur oleh Belanda.
Perang Batak antara pasukan Sisingamangaraja dan Belanda berjalan seimbang selama tahun-tahun 1880-an. Serangan Sisingamaraja pada Agustus 1889 mampu meduduki daerah Lobu Talu dan membunuh beberapa tentara Belanda.
Namun pendudukan Lobu Talu tidak berlangsung lama karena Belanda kembali mendatangkan bantuan dari Padang untuk merebut kembali Lobu Talu dari tangan Sisingamangaraja.
Perlawanan Sisingamagaraja dalam Perang Batak mulai meredup semenjak wilayah Huta Paong diduduki oleh Belanda pada September 1889.
Pasca pendudukan Huta Paong, Belanda terus memburu Sisingamangaraja dan pasukannya hingga terjadi pertempuran di daerah Tamba.
Dalam pertempuran tersebut pasukan Batak mengalami kekalahan dan melarikan diri menuju daerah Horion.
Belanda terus melacak arah pelarian Sisingamangaraja dan pasukannya. Bahkan, pihak Belanda menggunakan orang-orang dari Senegal, Afrika untuk membantu pelacakan.
Tahun 1907, Belanda mampu mengepung Sisingamangaraja XII di daerah Dairi, namun ia tak mau menyerahkan diri. Sisingamangaraja beserta pasukannya bertarung hingga titik darah penghabisan dan meninggal pada pengepungan tersebut.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
SEBARKAN BERITA INI KEPADA SELURUH BANGSA ACHEH DI MANA BERADA.
Dalam hubungan dan hukum internasional ada perbedaan antara sokongan (support) dengan pengakuan (recognation), seperti halnya kasus Palestina yang sedang kita saksikan di depan mata kita sekarang.
Dunia internasional -terutama dunia Islam- memberi sokongan dan perhatian terhadap nasib bangsa Palestin yg sedang berjuang sengati menentang arogansi Israel.
Anehnya semua negara berbasis Islam (dunia Islam) tidak memberi pangakuan terhadap eksistensi Palestin sebagai sebuah negara merdeka dan berdaulat.
Ganja memang sudah menjadi komoditi penting untuk menyajikan masakan yang lezat masa Kerajaan Acheh dulu.
Dalam Kitab Tajul Muluk, sebuah manuskrip kuno karangan Ulama Acheh Syekh Isma’il bin Abdul Muthalib Al-Asyi juga membahas pengobatan dengan menggunakan ganja. Di Mesir, kitab ini dicetak oleh Makatabah Halabi pada bulan Muharram tahun 1344 Hijriah.
Dalam kitab Tajul Muluk, ganja dijadikan obat untuk penyakit kencing manis atau diabetes.
Akar ganja direbus dan airnya diminum untuk kencing manis.
Teuku Raja Moeda Ulee Balang bawahan Teunom ini adalah Putra dari Panglima Lam Ara yg terkenal pada tahun 1880 membunuh dua orang Perancis pencari emas Wallon dan Guilhaume di Tui Peuria.
Raja Teunom Teuku Nyak Imum Muda menjadi penanggung jawab atas insiden itu atas tindakan Pang Lam Ara itu walau mereka berdua berbeda pandangan trhadap warga perancis yang ingin menambang emas tersebut.Raja Teunom ingin memberi perlindungan karna menganggap mereka Non Kombatan
Peristiwa itu membuat Teunom dihukum oleh Belanda dengan blokade pelabuhan ekspor Teunom dan Kuala Bubon oleh pemerintah.
Tentara Belanda yang tewas dalam perang Acheh saat agresi pertama, sebagiannya dikuburkan dalam kuburan massal di gampong Lampulo tepi Krueng Aceh.
Kuburan massal ini ditandai dengan sebuah tugu tinggi di bagian tengah, sementara di sekelilingnya terdapat banyak monument-monumen kecil sebagai nisan.
Penulis Belanda, GB Hooyer dalam bukunya menyebutkan, perang Acheh akan selalu menjadi pelajaran bagi Belanda. Pendapatnya sangat beralasan, ribuan tentara Belanda tewas di Acheh, dikuburkan di berbagai tempat di Acheh, baik sendiri-sendiri, maupun secara massal.
Alhamdulillah, loen pujoe Allah
Rahmat Neulimpah, ateuh dum hamba,
Seulaweut saleum, keu Rasulullah,
Yang ba risalah, ateuh rhueng donya
Dilanget manyang, bintang that ceudah
Peu neujeut Allah, neu hias donya,
Mata teupana, Alhamdulillah,
Beuleun limoeng blah, indah that rupa
Nibak malam nyoe , le that hikeumah
Ummat Rasulullah, cukoep mulia
Rasul mustafa, kuasa Allah
Tuhan iradah, katroeh ban pinta
27 Wahe sahbat , beuleun Rajab hijriah nama
Beuleun meuseujarah, mukmin dumna,
Nibak malam nyoe , kekasih Allah,,
Teuhibur gundah, hate lam dada
Teuboh ngoen nyawoeng, meurumpoek ngoen Allah
Meunan peuneugah, mandum 'ulama,,
Nabi Neu mi'reut, Meureumpoek Allah
Buraq yang indah, yang jeut keu kereta,,