Dosen hukum itu masuk ke kelas untuk menyampaikan materi kuliah terakhir, karena satu bulan ke depan para mahasiwa sudah lulus. Mereka siap menjadi pengacara.
Dosen itu marah besar ketika masuk ruang kelas. Dia teriak memanggil nama mahasiswa yang paling pintar dan mengusirnya. Mahasiswa itu pun meninggalkan kelas dengan pikiran bingung: apa salahnya?
Sang dosen yang professor itu meneruskan menyampaikan materi kuliahnya. Di akhir kuliah, dia nyatakan bawah semua mahasiswa di kelas itu tidak ada yang lulus untuk mata kuliah yang dia ampu. Semua harus mengulangi mata kuliah tersebut.
Manajemen kampus lantas bertanya kepada sang dosen, apa penyebab mereka tidak lulus semua. Dosen itu menjawab, “Mereka melihat kesewenang-wenangan secara langsung, tapi mereka tidak berkata apapun dan tidak berbuat apapun.
Bahkan, sang mahasiswa yang aku usir dari kelas pun tdk mempertanyakan sikapku. Oleh sebab itu, mereka tidak pantas dan tidak berhak mendapatkan gelar sebagai pengacara. Mereka tidak cukup mental untuk berjuang berhadapan dengan kasus hukum dan berhadapan dg negara di luar sana.
Bagaiman mungkin mereka mampu membela orang-orang yang terzalimi? Mereka semua diam di depan kesewenang-wenangan. Mereka zalim!”
Ilmu itu sangat berharga. Jangan berikan kepada orang yang tidak sanggup melaksanakan teorinya…
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Saya membaca Al-Qur’an. Saya buka surat Al-Baqarah. Isinya dibuka dengan klasifikasi tiga golongan. Golongan pertama, kaum mukmin, dijelaskan dengan empat ayat (2-5). Golongan kedua, kaum kafir, dijelaskan dengan dua ayat (6-7).
Golongan ketiga, kaum munafik, dijelaskan dengan 13 ayat (8-20). Kaum kafir terdiri dari dua golongan: kaum musyrik pagan dan musyrik Ahlul Kitab. Kaum munafik adalah mereka yang pura-pura memeluk Islam, padahal hatinya ingkar.
Mereka juga terdiri dari kaum musyrik pagan dan Ahlul Kitab. Ahlul Kitab, yang paling sengit memusuhi Nabi, adalah kaum Yahudi. Mereka keturunan Ibrahim, dari jalur Ya’qub, alias Israel. Alqur’an menyebut mereka sebagai Bani Israel.
Ada yang tanya: bolehkah kita berdoa (meminta) agar hal yang mustahil terjadi? Contoh: doa agar bisa terbang. Jarak yang seharusnya memakan waktu satu jam, kita meminta (berdoa) agar bisa menempuhnya hanya 20 menit. Dan lain-lain.
Jawab:
Dalam berdoa tidak boleh “kurang ajar” terhadap Allah. Abdullah ibn Mughaffal pernah mendengar putranya berdoa seperti berikut:
اللهم إني أسألك القصر الأبيض عن يمين الجنة إذا دخلتها . فقال: أي بني سل الله الجنة ، وتعوذ به من النار ، فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: إنه سيكون في هذه الأمة قوم يعتدون في الطهور والدعاء
Laki-laki itu lunglai. Menyandarkan badannya di bangku di sebuah taman. Hampir putus asa karena utangnya yang besar. Dia membayangkan perusahaannya pasti bangkrut. Dia tidak dapat berpikir lagi bagaimana cara melunasi utang-utangnya. Kesedihan yang sangat mendalam.
Tiba-tiba datang seorang kakek kepadanya. Kakek tua itu berkata, “Aku melihat dirimu sedang gelisah dan sedih sekali. Ada apa?”
Laki-laki itu lantas menceritakan masalah yang dia hadapi.
Kakek tua, “Aku pasti bisa membantumu keluar dari masalahmu…”
Kakek itu mengeluarkan selembar cek, menuliskan nama laki-laki itu, dan menuliskan sejumlah 500 ribu Dolar. Di bagian bawah cek itu ada tanda tangan dan nama “John D. Rockefeller”, orang kaya Amerika pada tahun 1839-1937 karena bisnisnya di bidang perminyakan.
Calon perwira itu mendapat tugas menjaga jalan masuk ke tangsi dan diberi perintah untuk tidak membiarkan mobil masuk tanpa tanda khusus. Dia menghentikan mobil yang ditumpangi seorang jendral.
Jendral itu berkata kepada supirnya untuk tidak mempedulikan
Penjaga, dan terus melarikan mobilnya. Oleh sebab itu, calon perwira
maju dengan senjata siap ditembakkan.
Dengan tenang dia berkata, "Maaf, Bapak. Tugas ini baru bagi saya. Siapa yang harus saya tembak? Bapak atau sopir?"
Suatu sore, seorang petani datang kepada tetangganya, ingin meminjam tambang kecil, untuk mengikat keledai milkinya agar tidak kabur.
Tetangga tidak punya tambang kecil, tapi dia memberikan saran kepada petani, “Begini saja. Kamu dekatkan keledai itu ke pohon dekat rumahmu. Kamu bergerak seolah memegang tambang kecil dan mengikatkannya ke leher keledai itu, kemudian ujung tambang diikatkan ke pohon.”
Petani, “Mana bisa begitu? Keledai pasti akan kabur!”
Tetangga, “Sudahlah, kamu ikuti saja saran saya.”
Petani akhirnya menuruti saran tetangganya, kemudian dia masuk ke rumah untuk istirahat.
Tadi malam ada kawan-kawan datang ke rumah. Ngobrol berbagai hal, kemudian ada yang tanya soal shalawat Burdah.
Saya jelaskan sebagai berikut ini: shalawat Burdah ditulis oleh Imam Al-Bushiri pada abad 7 H atau abad 13 M. Shalawat Burdah adalah shalawat yang ditulis dengan kekuatan spiritual sangat dalam. Imam Bushiri merangkai cinta dan rindunya kepada Nabi Saw. secara diam-diam.
Selesai menulisnya, ia lafalkan setiap hari di dalam uzlahnya. Sampai suatu malam, ia bermimpi melafalkan shalawat Burdah itu di hadapan Nabi, dan Nabi sangat suka mendengarkannya.