BANI ISRAEL (1)
Oleh: M Kholid Syeirazi

Saya membaca Al-Qur’an. Saya buka surat Al-Baqarah. Isinya dibuka dengan klasifikasi tiga golongan. Golongan pertama, kaum mukmin, dijelaskan dengan empat ayat (2-5). Golongan kedua, kaum kafir, dijelaskan dengan dua ayat (6-7).
Golongan ketiga, kaum munafik, dijelaskan dengan 13 ayat (8-20). Kaum kafir terdiri dari dua golongan: kaum musyrik pagan dan musyrik Ahlul Kitab. Kaum munafik adalah mereka yang pura-pura memeluk Islam, padahal hatinya ingkar.
Mereka juga terdiri dari kaum musyrik pagan dan Ahlul Kitab. Ahlul Kitab, yang paling sengit memusuhi Nabi, adalah kaum Yahudi. Mereka keturunan Ibrahim, dari jalur Ya’qub, alias Israel. Alqur’an menyebut mereka sebagai Bani Israel.
Setelah menjelaskan hikayat pengangkatan Adam sebagai Khalifah (30-39), Alqur’an menjelaskan tentang Bani Israel dan kelakuan mereka. Disisipi pesan-pesan umum, Bani Israel dielaborasi panjang lebar, sekitar 83 ayat (40-123).
Pertama-tama, Alqur’an mengingatkan berbagai nikmat dan karunia Allah yang mereka terima, lantas menagih janji dan komitmen mereka. Allah selamatkan mereka, melalui tongkat Musa yang membelah lautan, dari kejaran tentara Fir’aun.
Mereka ingkar. Ketika Musa naik ke Gunung Sinai untuk menerima 10 Perintah Tuhan, mereka murtad dengan menyembah anak sapi. Allah naungi mereka dari sengatan matahari dan cukupi kebutuhan pangan mereka dengan manna (sejenis madu) dan salwa (sejenis burung puyuh).
Lepas dari kejaran Fir’aun, mereka sampai di tanah yang dijanjikan, Palestina. Mereka disuruh memasuki Baitul Maqdis dengan cara membungkuk (58). Setelah itu, banyak adegan buruk Bani Israel yang diceritakan Al-Qur’an.
Melalui tongkat Musa, Allah cukupi kebutuhan air mereka dari batu yang dipecah dan memancarkan 12 sumber mata air. Mereka kemaruk, minta sayur mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang
merah. Sebagian mereka rakus dan melanggar kesucian Hari Sabat. Mereka tamak terhadap harta dan Allah kutuk mereka menjadi kera (65).
Al-Qur’an menceritakan sikap bawel Bani Israel. Ketika salah seorang di antara mereka terbunuh, mereka saling tuduh. Untuk menguak siapa dalang pembunuhnya, Allah menyuruh Musa agar kaumnya menyembelih sapi betina. Mereka tanya, apa dan bagaimana?
Sapi itu tengah-tengah: tidak muda dan tidak tua. Mereka tanya, apa warnanya? Warnanya kuning emas.
Belum puas, mereka masih tanya lagi, apa ciri lainnya? Sapi itu tidak dikaryakan untuk membajak dan mengairi sawah. Mulus tanpa belang. Sapi dengan kualifikasi seperti itu, yang rumit akibat bawelnya Bani Israel, ternyata ada pada seorang yatim. Harganya selangit.
Daya tawarnya tinggi. Itu cara Allah memuliakan anak yatim dan mendera Bani Israel. Setelah sapi itu disembelih, ekornya dipakai mendera mayit. Mayit itu bangun dan bicara, mengungkap siapa pembunuhnya.
Perangai buruk lain Bani Israel yang diceritakan Al-Qur’an adalah tidak adanya respek terhadap para Nabi. Setelah Musa, para Nabi datang silih berganti kepada Bani Israel. Sebagian didustakan, sebagian dibunuh. Konon, dalam sehari, mereka bisa membunuh 70 Nabi.
Mereka membunuh Zakaria, Yahya, dan merancang mengeksekusi Isa (Ibn Qayyim al-Jauziyah, Hidâyat al-Hayârâ, h. 48).
Kelakuan mereka yang lain, yang dikecam Al-Qur’an, adalah mengubah kitab suci. Perihal ini tergambar dari ucapan Ka’ab al-Ahbar, orang Yahudi yang masuk Islam, sebagaimana tertuang dalam Kitab Maulid Diba’:
علمني أبي التوراة إلا سفرا واحدا كان يختمه ويدخله الصندوق, فلما مات أبي فتحته فإذا فيه نبي يخرج آخر الزمان, مولده بمكة, وهجرته بالمدينة, وسلطانه بالشام »
“Ayahku mengajariku seluruh isi kitab Taurāt, kecuali satu lembar. Ia simpan dan masukkan ke dalam peti. Ketika ayahku meninggal, aku buka peti itu, di dalamnya terdapat satu lembar yang menerangkan seorang Nabi akhir zaman.
Tempat kelahirannya di Makkah, hijrahnya ke Madīnah, kekuasaannya sampai ke negeri Syam.”
Mereka tahu perihal Nabi Muhammad, tetapi menggunting informasi itu. Sebagian Ahlul Kitab yang lurus mengakui nama Muhammad atau Ahmad tertulis dalam Perjanjian Lama dan Baru (QS. Al-A’raf/7: 157).
Setelah menguraikan kelakuan mereka di masa lampau, Allah berkata kepada Nabi Muhammad, apakah kamu berharap mereka akan mengimanimu?
أفتطمعون أن يؤمنوا لكم وقد كان فريق منهم يسمعون كلام الله ثم يحرفونه من بعد ما عقلوه وهم يعلمون » (البقرة : ٧٥)
"Apakah kamu berharap mereka akan mempercayaimu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka tahu?"
Ketika Muhammad kecil dibawa ke Syam oleh Abu Thalib, Buhaira, pendeta Kristen Nestorian, menemukan semua tanda kenabian pada anak kecil itu. Dia berpesan ke Abu Thalib:
« فارجع بابن أخيك إلى بلده، واحذر عليه يهود، فوالله! لئن رأوه وعرفوا منه ما عرفت ليبغنّه شرًّا »
“Bawa pulanglah kemenakanmu. Jauhkan dia dari Yahudi. Demi Allah, jika mereka tahu dan mengenali Muhammad seperti aku, mereka akan mempersekusinya” (Sîrah Ibn Hisyâm/I/h. 208).
Uraian tentang Bani Israil ditutup dengan ayat yang sangat populer di kalangan penceramah:
« ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع ملتهم » (البقرة : ١٢٠)
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka” (QS. Al-Baqarah/2: 120).
BANI ISRAEL (2)
Bani Israel dikecam karena kepongahannya. Sumbernya dengki. Ini dosa tertua. Iblis menolak sujud kepada Adam karena dengki. Qâbîl membunuh Hâbîl karena dengki (Tafsîr al-Qurthûbî/VI, h. 416).
Bahasa Arabnya hasad. Mereka menolak Muhammad bukan karena ajarannya, tetapi orangnya. Mereka dengki kenapa Nabi pamungkas itu bukan dari Bani Israel, tetapi keturunan Ibrahim dari Ismail.
Dengan pongah, mereka menyangka kenabian adalah hak keturunan Ishak. Mereka menolak Muhammad bukan karena bodoh, seperti kaum jahiliyah. Mereka tahu dan bahkan berharap datangnya seorang Nabi yang akan membela mereka melawan kaum politeis Arab.
Namun, setelah Nabi yang ditunggu-tunggu—Nabi yang disebutkan dalam kitab suci mereka—itu datang, mereka mengingkarinya (QS. Al-Baqarah/2: 89).
Di beberapa tempat, Al-Qur’an menggambarkan kedengkian mereka.
بئسما اشتروا به أنفسهم أن يكفروا بما أنزل الله بغيا أن ينزل الله من فضله على من يشاء من عباده » (البقرة : ٩٠)
“Sangatlah buruk perangai mereka menjual dirinya, dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya” (QS. Al-Baqarah/2: 90).
ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفارا حسدا من عند أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق » (البقرة : ١٠٩)
“Banyak di antara Ahlul Kitab ingin mengembalikanmu ke dalam kekafiran setelah beriman karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka (QS. Al-Baqarah/2: 109).
Allah mencela kedengkian mereka. Kenapa mereka dengki kepada Muhammad, padahal Allah telah muliakan keturunan Ibrahim, dari jalur Ya’qub, karunia berlimpah.
Di antara mereka terdapat para Nabi, seperti Yusuf. Ada juga yang diangkat sebagai Nabi sebagai sekaligus raja, seperti Dawud dan Sulaiman. Al-Qur’an menegaskan:
أم يحسدون الناس على ما آتاهم الله من فضله فقد آتينا آل إبراهيم الكتاب والحكمة وآتيناهم ملكا عظيما » (النساء : ٥٤)
“Apakah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah berikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami berikan mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar” (QS. An-Nisa/4: 54).
Kedengkian Bani Israel menjadi pangkal dari berbagai penyakit dan kutukan. Allah cabut kemuliaan mereka. Mereka menjadi bangsa terlunta-lunta, hidup di bawah penindasan bangsa lain.
Kedengkian mereka bukan hanya kepada bangsa lain. Mereka bahkan dengki kepada saudara mereka sendiri, tetapi beda ibu, yaitu Yusuf putra Ya’qub dari Rahel. Yusuf dibuang, tetapi kelak menjadi pejabat di Mesir. Ya’qub dan putra-putranya menyusul.
Keturunan Israel pindah ke Mesir. Setelah sekian lama, mereka hidup di bawah penindasan bangsa Qibti. Fir’aun memburu dan mempersekusi mereka. Musa datang dan membawa mereka eksodus ke Palestina.
Sepeninggal Musa dan Harun, mereka hidup di bawah penindasan bangsa Palestina. Allah mengutus Thalut yang memulihkan kekuasaan mereka. Thalut digantikan Dawud.
Dawud digantikan Sulaiman. Sulaiman membangun Baitul Maqdis. Sepeninggal Sulaiman, Bani Israel terbelah dua. Di sisi selatan berdiri Kerajaan Yehuda, beribu kota di Yerussalem.
Di sisi utara berdiri Kerajaan Israel, beribu kota di Samaria. Pada 720 SM, Kerajaan Samaria hancur ditaklukkan bangsa Asyur. Sebagian penduduknya ditawan dan dijadikan budak. Sebagian lari ke Yehuda. Inilah periode awal hilangnya sepuluh suku Bani Israel.
Setelah itu giliran Kerajaan Yehuda ditaklukkan Babilonia. Nebukadnezar II, penguasa Babilonia, menghancurkan Baitul Maqdis pada 587 SM. Bani Israel ditawan, diangkut ke Irak, dan dijadikan budak.
Cirus Yang Agung, penguasa Persia, mengalahkan Babilonia. Dia mengizinkan Bani Israel balik ke Palestina dan membangun ulang Baitul Maqdis. Kekaisaran Persia ditaklukkan Alexander The Great pada 334 SM.
Bani Israel hidup di bawah kekuasaan bangsa Yunani. Dua abad kemudian, mereka hidup di bawah penguasa Romawi, Herodes. Mereka berontak, Herodes menghancurkan Baitul Maqdis.
Ini kali kedua situs suci warisan Sulaiman ini dihancurkan. Bani Israel ditawan dan dijadikan budak. Kaisar Hadrianus membangun ulang Baitul Maqdis, bukan untuk Tuhan, tetapi untuk dewa Romawi, terutama Yupiter. Bani Israel marah.
Mereka berontak. Meletuslah Perang Bar Kokhba (132-135 SM). Bani Israel ditumpas. Setengah juta orang tewas, 985 desa diratakan dengan tanah. Mereka ditawan dan dijadikan budak, juga dilarang memasuki Yerusalem.
Pada 610 M, Dinasti Sasania Persia mengalahkan Romawi dan merebut Palestina. Bani Israel diberi wewenang memugar Baitul Maqdis. Hanya berselang lima tahun, bangsa Romawi kembali merebut Palestina.
Helena, isteri Konstantin, menghancurkan Baitul Maqdis dan menjadikannya sebagai got pembuangan sampah.
Bani Israel memasuki kembali era dispora. Mereka keluar dari Palestian dan hidup terlunta-lunta. Sebagian mereka ke Aagea (Yunani), Anatolia (Turki), Kirenaika (Libya), Italia, dan Mesir.
Beberapa pindah dan menetap di Arab, terutama Madinah. Mereka terbagi ke dalam tiga klan besar, Bani Nadhlir, Bani Quraidhah, dan Bani Qainuqa’.
Ketika Nabi Muhammad diangkat sebagai utusan, mayoritas Yahudi ingkar. Mereka menandatangani Piagam Madinah, tetapi membelot. Yahudi Bani Nadhir diusir. Inilah pengusiran pertama Bani Israel oleh Nabi yang diabadikan Al-Qur’an, Surat Al-Hasyr.
Setelah Fathu Makkah, Nabi secara bertahap membersihkan Bani Israel dari seluruh Jazirah Arab.
Derita mereka belum berakhir. Bani Israel, yang tinggal di Eropa, mengalami sentimen anti-semit yang meluas. Puncaknya Hitler, penguasa Jerman yang percaya keunggulan ras Aria, memberangus sekitar enam juta Yahudi.
Secara bertahap, ini ia lakukan sejak 1933-1945. Peristiwa ini dikenal sebagai Holocaust, genosida terbesar terhadap Bani Israel dalam sejarah modern.
Masa depan Bani Israel mulai mengalami titik balik sejak Deklarasi Balfour 1917, Proklamasi Kemerdekaan 1948, Perang 1962, dan seterusnya. Tetapi kita percaya Al-Qur’an.
Pada setiap masa, hingga hari kiamat, Allah akan mengutus tangan-tangan untuk mendera Bani Israel karena kepongahannya. Hitler hanya pengulangan dari sosok Fir’aun, Nebukadnezar II, Herodes, Hadrianus, dan Helena. Ini janji Allah dalam Al-Qur’an:
« وإذ تأذن ربك ليبعثن عليهم إلى يوم القيامة من يسومهم سوء العذاب » (الاعراف : ١٦٧)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memberitahukan bahwa sungguh Dia akan mengirim orang-orang yang akan menimpakan azab yang seburuk-buruknya kepada mereka (orang Yahudi) sampai hari kiamat” (QS. Al-A’raf/7: 167).
Sejarah belum berakhir. Negara Israel, yang mengklaim sebagai rumah Bani Israel, kini menjelma menjadi raksasa ekonomi dan militer di dunia.
Sepintas mereka tidak akan mungkin lenyap dari peta dunia. Tetapi, janji Allah tidak akan meleset. Kita tidak tahu, siapa lagi yang akan dikirim Allah untuk mengazab mereka.
BANI ISRAEL (3)
Dari dua isteri (Lea dan Rahel) dan dua selir (Zilpa dan Bilha), Ya’qub alias Israel memilik 12 putra, yaitu Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf, dan Benyamin.
Putra-putra Ya’qub ini menjadi 12 kabilah Bani Israel. Al-Qur’an menyebutkan:
« وقطعناهم اثنتي عشرة أسباطا أمما » (الاعراف : ١٦٠)
“Dan Kami bagi mereka ke dalam dua belas suku yang masing-masing berjumlah besar” (QS. Al-A’raf/7: 160).
Putra ketiga Ya’qub, Lewi, menurunkan banyak Nabi dan imam seperti Musa, Harun, Samuel, Ilyas, Zakariyya, dan Yahya. Putra Ya’qub yang keempat, Yehuda, menurunkan Nabi sekaligus raja, yaitu Dawud dan Sulaiman. Putra Ya’qub yang ke-11, Yusuf, menurunkan Nabi Yusya’ dan Ilyasa’.
Putra Ya’qub yang ke-12, Benyamin, menurunkan Nabi Yunus. Isa, menurut sebagian pendapat, adalah nabi Bani Israel yang terakhir. Maryam, ibunya, konon keturunan Lewi.
Ada juga yang bilang keturunan Yehuda. Menurut Qurthubi (Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân/XX, h. 440), Isa bukan keturunan Israel.
Ini tersirat dalam QS. Al-Shaff/61: 5-6). Musa menyeru kaumnya dengan ucapan ‘Wahai kaumku’ (يٰقوم), sementara Isa menyeru ‘Wahai Bani Israel’ (يا بني إسرائيل). Ini karena Isa tidak punya garis darah dengan mereka (لأنه لا نسب له فيهم).
Al-Qur’an menggunakan dua istilah untuk menunjuk bangsa keturunan Ya’qub, yaitu Bani Israel (misal QS. Al-Baqarah/2: 40, 47, 122) dan Yahudi (misal, QS. Al-Baqarah/2: 113, 120; Al-Maidah/5: 18) atau « الذين هادوا » (misal, QS. Al-Baqarah/2: 62; QS. Jumu’ah/62: 7).
Sebagian ulama menyimpulkan, Bani Israel adalah keturunan Ya’qub dari 12 anak-anaknya. Di zaman Musa, 12 klan besar ini masih utuh. Al-Qur’an menggambarkan, ketika Bani Israel kehausan, Musa memukulkan tongkatnya ke batu, kemudian terpancarlah air dari 12 sumber.
Masing-masing suku minum dari 12 sumber mata air yang terpisah (QS. Al-Baqarah/2: 60; QS. Al-A’raf/7: 160).
Setelah wafatnya Sulaiman, 12 suku Bani Israel terbelah dua. Sepuluh suku tinggal di Utara di bawah Kerajaan Israel dengan ibu kota Samaria. Dua suku menetap di Selatan di bawah Kerajaan Yehuda/Yudea, dengan ibu kota Yerussalem.
Pada abad ke-8 SM, Kerajaan Israel di Utara diinvasi Bangsa Asyur. Mereka ditumpas. Sebagian besar dibunuh, ada yang ditawan dan dijadikan budak.
Sebagian kecil melarikan diri ke Selatan. Setelah itu, 10 suku ini dinyatakan hilang. Bani Israel yang tersisa tinggal di Selatan, di bawah Kerajaan Yehuda/Yudea, dengan dua suku Yehuda dan Benyamin.
Keturunan Yehuda, yang berbakat di bidang politik dan pemerintahan, mendominasi kerajaan. Merekalah yang kemudian disebut Yahudi.
Ketika Al-Qur’an menyebut Bani Israel, maksudnya adalah seluruh keturunan Ya’qub dari 12 suku. Ketika Al-Qur’an menggunakan istilah «اليهود» atau «الذين هادوا», maksudnya adalah sisa Bani Israel yang dominan dari keturunan Yehuda.
Merekalah yang paling berambisi dalam politik dan pemerintahan.
Dapat disimpulkan sementara, setiap Yahudi adalah Bani Israel, tetapi tidak semua Bani Israel adalah Yahudi.
Kesimpulan ini diperkuat dengan ayat:
« ومن قوم موسى أمة يهدون بالحق وبه يعدلون » (الاعراف: ١٥٧)
“Dan di antara kaum Musa terdapat suatu umat yang memberi petunjuk dengan kebenaran dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil” (QS. Al-A’raf/7: 159).
Para mufassir menduga-duga siapa mereka. Ibn Jarir al-Thabari (Tafsîr Thabarî/X, h. 501-502) berpendapat, mereka adalah keturunan Ya’qub yang tidak mau terlibat dalam pembunuhan para Nabi.
Mereka berdoa: ‘Ya Allah, pisahkanlah kami dan mereka.” Allah kemudian kuakkan bumi. Ketika bumi terbelah, mereka berjalan menyusuri lorong, satu setengah tahun, hingga sampai ke daratan China.
Mereka adalah kaum hanif dari Bani Israel. Menukil Ibn Abbas, Thabari menyebut mereka adalah address dari firman Allah:
« وقلنا من بعده لبني إسرائيل اسكنوا الأرض فإذا جاء وعد الآخرة جئنا بكم لفيفا » (الاسراء : ١٠٤)
“Dan setelah itu Kami berfirman kepada Bani Israil, ‘Tinggallah di negeri ini, maka apabila masa kebangkitan datang, Kami kumpulkan kalian berbaur’.” (Al-Isra’/17: 104).
Senada dengan ini, Qurthubi (Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân/IX h. 358-59) menegaskan keberadaan mereka eksis sampai sekarang. Mereka ada daratan Tiongkok, di belakang sungai Yangzi. Mereka mengimani Muhammad, tetapi terisolasi.
Tidak ada dari kita yang sampai ke mereka, tidak ada dari mereka yang sampai ke kita (لا يصل إلينا منهم أحد ، ولا منا إليهم أحد). Artinya keberadaan mereka misterius, sebagaimana hilangnya 10 suku Bani Israel yang gaib sampai sekarang.
Ketika Al-Qur’an turun, Bani Israel yang tersisa adalah keturunan orang Selatan, warga Kerajaan Yehuda/Yudea yang koyak dan ditindas oleh bangsa Babilonia, Yunani, Romawi, dan Romawi Kristen.
Merekalah yang kemudian disebut Yahudi. Setelah itu mereka berdiaspora ke berbagai belahan bumi, termasuk Jazirah Arab. Ketika menceritakan kelakukan nenek moyang mereka, Al-Qur’an menggunakan sebutan « يا بني اسرائيل ».
Ketika menyebut sisa keturunan mereka yang eksis ketika wahyu turun, Al-Qur’an menyeru mereka « يا ايها الذين هادوا ».
Apakah Yahudi sekarang, yang tinggal di negara Israel, sebagian jadi zionis, masih bersambung nasab dengan Yahudi ketika wahyu turun? Bagian ini akan diuraikan berikutnya, insyaAllah.

Bersambung...

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Taufik Damas

Taufik Damas Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @TaufikDamas

22 May
BANI ISRAEL (4)

Oleh M Kholid Syeirazi

Yahudi menyerobot Palestina atas dasar klaim: mereka adalah pewaris sah Kerajaan David-Solomo (Dawud-Sulaiman). Mencaplok Palestina bukan penjajahan, tetapi pemulihan hak.
Selama ribuan tahun mereka terusir, dijajah dan ditindas oleh bangsa Asyur, Babilonia, Yunani, Romawi, dan Romawi Kristen.
Ketika kekuasaan Islam menjangkau Syam, Palestina ditundukkan oleh kaum Muslim pada 638 M. Beberapa abad berikutnya, Yahudi Semit hidup di bawah kekuasaan dinasti-dinasti Islam: Umayyah, Abbasiyah, Seljuk, Fathimiyah, Mamluk, dan Turki Usmani.
Read 32 tweets
22 May
Abu Nawas

Syahdan, Abu Nawas dikenal sebagai orang yang gemar berbuat maksiat dan agak gila. Dia gemar minum khamer hingga dia mendapat julukan Penyair Khamer.
Abu Nawas pernah membuat syair seperti ini:
"Biarkan masjid diramaikan oleh orang-orang yang rajin ibadah
Kita di sini saja, bersama para peminum khamer, dan saling menuangkan...
Tuhanmu tidak pernah berkata, 'Cilakalah para pemabuk.'
Tapi Dia pernah berkata, 'Cilakalah orang-orang yang shalat.'"
Read 8 tweets
20 May
Berdoa (Meminta) agar Hal yang Mustahil Terjadi

Ada yang tanya: bolehkah kita berdoa (meminta) agar hal yang mustahil terjadi? Contoh: doa agar bisa terbang. Jarak yang seharusnya memakan waktu satu jam, kita meminta (berdoa) agar bisa menempuhnya hanya 20 menit. Dan lain-lain.
Jawab:
Dalam berdoa tidak boleh “kurang ajar” terhadap Allah. Abdullah ibn Mughaffal pernah mendengar putranya berdoa seperti berikut:
اللهم إني أسألك القصر الأبيض عن يمين الجنة إذا دخلتها . فقال: أي بني سل الله الجنة ، وتعوذ به من النار ، فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: إنه سيكون في هذه الأمة قوم يعتدون في الطهور والدعاء
Read 22 tweets
19 May
Bangkit!

Laki-laki itu lunglai. Menyandarkan badannya di bangku di sebuah taman. Hampir putus asa karena utangnya yang besar. Dia membayangkan perusahaannya pasti bangkrut. Dia tidak dapat berpikir lagi bagaimana cara melunasi utang-utangnya. Kesedihan yang sangat mendalam.
Tiba-tiba datang seorang kakek kepadanya. Kakek tua itu berkata, “Aku melihat dirimu sedang gelisah dan sedih sekali. Ada apa?”

Laki-laki itu lantas menceritakan masalah yang dia hadapi.

Kakek tua, “Aku pasti bisa membantumu keluar dari masalahmu…”
Kakek itu mengeluarkan selembar cek, menuliskan nama laki-laki itu, dan menuliskan sejumlah 500 ribu Dolar. Di bagian bawah cek itu ada tanda tangan dan nama “John D. Rockefeller”, orang kaya Amerika pada tahun 1839-1937 karena bisnisnya di bidang perminyakan.
Read 11 tweets
18 May
Pengacara

Dosen hukum itu masuk ke kelas untuk menyampaikan materi kuliah terakhir, karena satu bulan ke depan para mahasiwa sudah lulus. Mereka siap menjadi pengacara.
Dosen itu marah besar ketika masuk ruang kelas. Dia teriak memanggil nama mahasiswa yang paling pintar dan mengusirnya. Mahasiswa itu pun meninggalkan kelas dengan pikiran bingung: apa salahnya?
Sang dosen yang professor itu meneruskan menyampaikan materi kuliahnya. Di akhir kuliah, dia nyatakan bawah semua mahasiswa di kelas itu tidak ada yang lulus untuk mata kuliah yang dia ampu. Semua harus mengulangi mata kuliah tersebut.
Read 6 tweets
17 May
Hati yang Berani

Calon perwira itu mendapat tugas menjaga jalan masuk ke tangsi dan diberi perintah untuk tidak membiarkan mobil masuk tanpa tanda khusus. Dia menghentikan mobil yang ditumpangi seorang jendral.
Jendral itu berkata kepada supirnya untuk tidak mempedulikan
Penjaga, dan terus melarikan mobilnya. Oleh sebab itu, calon perwira
maju dengan senjata siap ditembakkan.
Dengan tenang dia berkata, "Maaf, Bapak. Tugas ini baru bagi saya. Siapa yang harus saya tembak? Bapak atau sopir?"
Read 5 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(