akan tetapi sudah seharusnya kita tidak lalai di tengah-tengah mengikuti detailnya dari inti yang menjadi asal dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Yang sebenarnya terjadi di Palestina adalah adanya kelompok Zionis Teroris Radikal yang menyerang dan merampas tanah yang sejak dulu penduduknya hidup dengan rukun dan damai, mereka terdiri dari Muslim, Kristen, Yahudi dan Samer.
Kelompok Zionis itu melakukan pembantaian massal, mengusir banyak sekali penduduk asli, dan mendeklarasikan diri sebagai Negara berdaulat pada tahun 1948 yang pada akhirnya diakui oleh Masyarakat Internasional.
Kemudian pada tahun 1967 kelompok tersebut memperluas daerah jajahannya, dan mulai saat itu sampai sekarang Masyrakat Internasional hanya bisa menjadi “penonton setia” yang merasa cukup dengan klarifikasi atau introgasi memalukan,
padahal mereka sendiri mengakui bahwa apa yang terjadi sejak 1967 adalah penjajahan yang tidak bisa dibenarkan.
Mereka tau bahwa mereka hidup di Zaman modern yang mereka namakan sebagai Millenium ke 3,
namun sampai sekarang masih saja ada satu negara yang terang-terangan melakukan tindak kriminal dan penjajahan tanpa mempedulikan hak-hak asasi manusia, tanpa ada respon yang hakiki dari PBB dan negara-negara “maju” yang “bermartabat”.
Kelompok penjajah itu terus menerus mendiskriminasi para penduduk Palestina dan menjadikan lebih dari 80 % hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Kelompok itu juga merampas hak dan kebebasan penduduk Palestina dalam beribadat dan hidup terhormat. Mereka merampas rumah-rumah,
sawah-ladang, dan melakukan tindakan rasis kepada para penduduk asli Palestina.
Mereka juga memboikot kota Gaza yg merupakan kota terpadat di dunia (lebih dari 5000 penduduk dalam setiap km) di bawah blokade yg berlangsung selama 15 tahun dengan angka pengangguran mencapai 60 %
Mereka juga membangun pemukiman-pemukiman untuk para Yahudi perampas tanah yang mereka datangkan dari negara-negara luar atas dasar ras. Mereka membunuh anak-anak kecil, para wanita Palestina, menghancurkan rumah-rumah bahkan pemuka-pemuka agama
mereka melegalkan pembunuhan para wanita dan anak kecil Palestina tanpa rasa malu dan menyesal terkait ajakan-ajakan teror dan radikal mereka.
Mereka juga menolak para pengungsi yang merupakan penduduk asli Palestina untuk kembali ke rumah-rumah mereka.
Itu semua terjadi dibawah penglihatan, pendengaran, pengawasan bahkan dukungan Negara-Negara “maju” dan bermartabat yang selama ini selalu jualan “ HAM” kemana-mana,
yang para presidennya selalu bolak-balik ke negara kita untuk mengisi seminar dan kajian di hadapan pemerintah kita dengan tema “Menghormati Hak asasi manusia”.
Adapun respon para pemimpin penjajahan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi, serangan dan kedzaliman yang selalu terulang setiap kali untuk kepentingan “pemilu” mereka, bergabungnya negara-negara besar dalam penjajahan,
diam dan tunduknya negara lain karena tekanan dan ancaman yang mereka dapatkan, peristiwa-peristiwa yang dimanfaatkan oleh negara-negara besar untuk berebut kekuasaan, juga hal-hal lain yang membuat kita berpaling dari inti permasalahan.
itu semua adalah konsekuensi yang terjadi akibat adanya penjajahan dan “pembiaran” agar penjajahan itu terus berlanjut. Jika “Palestina” memang merdeka dan tidak terjajah maka hal itu tidak akan terjadi.
Yang juga dijadikan motif untuk membela penjajah Israel adalah adanya golongan Palestina pemberontak, radikal, teroris (seperti yang mereka namakan) yang mana jelas sekali itu merupakan siasat penjajah untuk melegalkan tindakan mereka.
(hal itu merupakan bukti bahwa memang benar ada penjajahan di Palestina) karena tidak mungkin suatu kelompok atau golongan dapat menguasai dan mengambil kendali sebuah Negara yang kuat dan merdeka.
Pada akhirnya janji Allah pasti akan terlaksana, cepat atau lambat akan datang suatu hari dimana Allah akan membebaskan Masjid Al-Aqsha dan setiap jengkal tanah Palestina. Tapi yg lebih penting dari itu semua adalah bagaimana melaksanakan kewajiban kita dalam mendukung Palestina,
dengan cara tetap istiqomah dalam berbuat taat kepada-Nya, menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan (yang tentunya menjadi sebab banyaknya musibah di muka bumi ini), juga terus menerus bersimpuh di hadapan pintu-Nya untuk meminta yang terbaik.
Kita juga harus serius dalam membangun tanah air kita, membuat negara kita maju dan bangkit, juga menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang maju, mandiri serta bermartabat dalam segala bidang. Dalam pertaniaan, budaya, ekonomi, persenjataan, keilmuan, dll.
Semua dari kita menjalankan tugas dan kewajibannya dari tempatnya masing-masing.
Kita juga harus meluhurkan tujuan dan cita-cita anak-anak kita, memberikan mereka edukasi tentang permasalah Palestina dan Masjid Al-Aqsha.
Juga menanamkan dalam diri mereka kepedulian dan kecintaan terhadap Masjidil Aqsha, juga kepedulian untuk membebaskannya dari tangan para penjajah.
Sebagaimana kita juga wajib menyebarkan edukasi tentang apa yang sebenarnya terjadi di Palestina dengan berbagai media dan bahasa, juga mendokumentasikannya semampu kita.
Kita juga harus membantu mereka dengan menyalurkan donasi melalui lembaga-lembaga yang terpecaya dan tidak terpolitisir seperti UNRWA dll.
Kita juga harus menyebarkan edukasi tentang pentingnya mengamalkan sunnah berziarah ke Masjid Al-Aqsha dengan cara yang tepat, melalui Jalur Jordania bekerja sama dengan kantor-kantor wisata Palestina, memakai alat Trasport Palestina, bermalam di hotel-hotel Palestina,
makan di Restoran-Restoran Palestina dan berbelanja di pasar-pasar Palestina. Maka tidak akan lama lagi Masjidil Aqsha akan dipenuhi puluhan ribu penziarah dari seluruh penjuru dunia seperti halnya Mekah-Madinah
(Masjidil Aqsha merupakan tempat ke 3 yang paling dimuliakan ummat Islam) Dengan begitu tidak akan ada tempat lagi bagi kedzaliman dan pelecehan di Masjidil Aqsha,
para penjajah juga akan menyadari bahwa menyerang Masjidil Aqsha sama saja dengan menodai kehormatan 2 miliyar ummat islam yang ada di seluruh dunia, bukan hanya menodai kehormatan penduduk Palestina saja.
Dan yang terpenting, sebelumnya, di tengahnya dan setelahnya, kita harus terus menerus berdoa dan meminta kepada Allah, dengan keyakinan bahwa doa memiliki pengaruh yang sangat besar, doa juga memiliki peranan penting dalam merubah keadaan.
Yaitu orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, "Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka," ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab:
"Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung."
Ya Allah lindungilah masjidil Aqsha yang mulia dan tolonglah para pejuang di halamannya yang di berkahi, lapangkan dan angkat kesusahan dari ahli palestina.
Bangunkan umat dari kelalainnya untuk membela Masjidil Aqsha
Wahai yang maha hidup yang maha menegakkan.
Foto : Foto tempat Sholat dalam Masjid Al-Aqsha yang dibakar pada tahun 1969
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sebagian orang telah membid’ahkan sholat sunnah qabliyah jum’at. Menurut pandangan mereka hal ini tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah saw, atau para sahabat.
Banyak hadis dari ulama pakar ahli fiqih dalam madzhab Syafi’i dan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan sunnah nya sholat qabliyah jum’at. Mari kita ikuti hadits-hadits yang berkaitan dengan sholat sunnah diantaranya.
Hadits riwayat Bukhori dan Muslim : Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzanni, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: ‘Antara dua adzan itu terdapat shalat. Menurut para ulama yang dimaksud antara dua adzan ialah antara adzan dan iqamah.
Suatu ketika....
Hari raya tinggal menghitung hari, Hasan dan Husein bersedih karena mereka belum memiliki pakaian baru menjelang hari raya.
Rumah tangga sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak seperti sahabat-sahabat yang lain.
Mereka termasuk barisan keluarga yang miskin kala itu,
Sekalipun mereka keluarga Rasulullah ﷺ
Kesedihan Hasan dan Husen bertambah ketika melihat teman-teman seusia mereka di seluruh penjuru Madinah sudah memiliki pakaian baru untuk menyambut hari raya.
Mereka pun tak tahan lagi untuk menahan kesedihannya hingga mereka pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya ;
“Wahai, Ibu....! Anak-anak di Madinah telah dihiasi dengan pakaian hari raya kecuali kami, mengapa ibu tidak menghiasi kami...?,” kata Hasan dan Husein.
Di suatu pagi Hari Raya Idul Fitri. Rasulullah Saw seperti biasa tiap hari lebaran, mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan kaum Muslim agar merasa gembira dan bahagia pada hari raya itu.
Semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari ke sana ke mari dengan mengenakan pakaian yang bagus serta mainan-mainan ditangannya.
Namun tiba-tiba Rasulullah Saw melihat di sebuah sudut jalan ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih sambil menangis. Ia memakai pakaian yang sangat lusuh serta rambut yang acak-acakan dan sepatu yang telah usang. Rasulullah pun bergegas menghampirinya.
Pada saat malam Takbiran, Sayyidina Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan Kurma. Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Sayyidina Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung Kurma.
Terihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Sayyidah Fatimah menuntun Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.
Esok harinya tiba Shalat ‘Idul Fitri. Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti Shalat jama’ah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah ‘Id selesai, keluarga Rasulullah Saw itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.