Ketika aku makan bersama istri dan anak2ku, aku ingat kamu.
Iya, kamu. Saudara2ku di Gaza khususnya, dan Palestina umumnya.
Kami bisa makan dengan aman, kenyang, dengan anggota keluarga lengkap. Sedangkan kalian, di pagi hari masih bersama, di sore hari berkurang jumlahnya.
Ketika aku pergi ke masjid untuk shalat berjama'ah, aku ingat kamu.
Iya, kamu. Yang ada di Gaza khususnya dan Palestina umumnya.
Kami bisa shalat di masjid kami yang utuh berdiri, berada dalam shaf yang nyaman. Kalian kehilangan masjid, padahal sangat ingin berada di dalamnya
Ketika aku pergi ke tempat kerjaku di RS, aku ingat kalian. Di Gaza terkhusus, dan bumi Palestina seluruhnya.
Kami melayani pasien2 kami dengan tenang. Kalian menghadapi ambulans meraung-raung membawa mereka yang meregang nyawa, terus bertambah dan belum tahu kapan berakhir.
Dalam perjalanan ke RS kami, aku ingat kalian di Gaza. Jalanan kami mulus tanpa hambatan. Sedangkan kalian, akses menuju RS hancur terkena bom, menyulitkan pasien dengan luka bakar, terkena serpihan bom, dan tertimpa reruntuhan bangunan untuk segera mendapatkan pertolongan.
Ketika aku melihat anak2ku belajar daring, aku teringat kalian yang harus mengungsi ke lokasi darurat. Sekolah kalian sudah hancur. Sedangkan kalian adalah generasi penerus. Belum lagi sebagian sudah mendapati dirinya yatim atau piatu. Menapak terus kehidupan tanpa ayah atau ibu.
Ketika aku memeriksa pasien2 bayi kecilku, aku teringat dengan bayi2 yang terus lahir di Gaza khususnya dan Palestina umumnya. Kalian sudah terbiasa mendengar suara dentuman bom dan teriakan orang. Luar biasanya, itu tidak meruntuhkan hati kalian. Generasi penerus bertumbuhan.
Aku tahu, di balik kamera yang menangkap wajah-wajah ketakutan kalian, lebih banyak senyuman dan semangat yang terpancar dari tubuh dan jiwa di Gaza terkhusus, dan Palestina seluruhnya. Kalian di bumi Syam memiliki kedudukan istimewa. Kami tidak memilikinya. Kalian terus hidup.
Ya, kalian tidak pernah mati. Hidup kalian dinaungi kalimat tauhid sepanjang waktu. Menghadap kematian di dunia pun tidak ada masalah, karena janji Allah sudah menanti. Kematian kalian adalah kehidupan. Syahid adalah kepastian. Kami melihat itu!
Belum lagi, kemenangan segera datang. Para pejuang menunjukkannya dengan membangkitkan semangat kami. Tidak ada alasan bagi kami untuk meragukannya.
Saat ini, doa dan bantuan semampu kami yang baru bisa mengalir. Kami tidak akan pernah melupakan kalian, di Gaza dan Palestina.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Tiada hari tanpa infeksi virus Dengue. Selalu ada kasus baru masuk tiap harinya. Apa bedanya Demam Dengue dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)? Apakah semua DBD harus dirawat? Bagaimana supaya trombosit cepat naik? Apakah semua penurunan trombosit berarti Dengue?
Terminologi DBD berasal dari definisi yang dibuat WHO (badan kesehatan dunia), dan merupakan terjemahan dari Dengue Haemorrhagic Fever atau DHF, sebagai salah satu bentuk penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan antar manusia oleh perantara nyamuk Aedes aegypti
Menurut panduan WHO 1997, selain DBD, dikenal juga Demam Dengue (DD). Gejala DD dan DBD serupa. Demam selama 2–7 hari, cenderung tinggi (suhunya mencapai kisaran 39–40°C), disertai gejala2 lain: mual, muntah, nyeri atau ngilu sendi, sakit kepala, & kadang ruam kemerahan di kulit
“Dok, anakku baru berusia 2 tahun. Ia sudah bisa jalan sejak usianya 12 bulan. Tapi kok jalannya “ngangkang” ya? Bentuknya seperti huruf “O” ketika berdiri. Normal nggak ya? takut penyakit “kaki O”. Atau karena dulu waktu bayi nggak dibedong? Kan bayi nggak perlu dibedong?” 😅
Pertanyaan ini cukup sering. Setelah saya amati, kebanyakan masuk kategori “physiologic bowed leg”. Alias: kaki “bowed” (melengkung/seperti busur/O) yang fisiologis, alias wajar. Dan seiring waktu, akan menghilang, biasanya sampai berusia 3-4 tahun.
Sesudahnya, anak balita berjalan tidak tampak “mengangkang” atau makin berkurang bentuk “O”-nya. Kadang ketika melepas diaper pun terlihat bedanya. Apalagi ketika diaper penuh dan anak batita berjalan dengan santainya. Ia tampak mengangkang cara berjalannya 😁
Anak diare apa obatnya?
Perlu "pemampat"? Tidak.
Zinc? Boleh, masuk panduan WHO.
Probiotik? Boleh tidak.
Antibiotik? TIDAK. Kecuali curiga disentri.
Anti-muntah? Tidak.
Trus apa obatnya? 1. Cairan 2. Cairan 3. Cairan
Minum, minum, minum! Cegah dehidrasi!
Kembali ke prinsip diare.
Pada hakikatnya, diare adalah upaya tubuh membuang kuman (paling sering penyebabnya virus, dan sisanya bisa infeksi bakteri, keracunan makanan, bahkan ada juga diare karena efek samping antibiotik). Jadi biarkan tubuh membuang zat-zat yang seharusnya memang dikeluarkan.
Diare sering disertai muntah. Makanya ada yang bilang: muntaber (muntah-berak). Anak jadi lemas, bolak-balik ganti pakaian, dan virusnya bisa menular ke orang lain. Apa obatnya? 1.cairan. 2.cairan. 3.cairan. Minum, minum, dan minum. Cegah dehidrasi! Muntah: minum. Mencret: minum.
"Dok, minta resep vitamin penambah nafsu makan ya. Anak saya susah makannya."
Lalu saya berikan resep ini.
Zaman sekarang, di perkotaan, tidak sedikit orangtua datang ke dokter anak dengan keluhan: anaknya susah makan.
Sebagai dokter anak, sejujurnya saya bingung: anaknya susah makan, kok datangnya ke saya? Hehe.
Biasanya saya balik bertanya: menurut Ibu, kenapa anaknya susah makan?
"Saya nggak tahu, Dok. Makanya saya ke dokter!" 😅
Saya tanggapi: "Coba Ibu ANALISIS. Kira-kira, kenapa anaknya susah makan?
Setelah dipancing beberapa saat, biasanya si Ibu akan memberikan analisis kemungkinannya. Nah, Ibu bisa kan memperkirakan penyebab anaknya "susah" makan 😊