Thread by @__MV_llestari__

RAPE CULTURE
.
.
.

Beberapa hari belakangan ini ramai kasus pelecehan seksual dan secara tidak sengaja membaca beberapa komentar yang juga tidak sedikit menyalahkan korban.

Hal itu kadang membuat saya berpikir, “kenapa ya kalau untuk kasus pelecehan atau kekerasan seksual, sering sekali ada aja orang yang membela pelaku kekerasan daripada si korban?”

Hal ini sebenarnya gak jauh dari “rape culture” yang sering kali membentuk pola pikir dan pandangan seseorang bisa mempengaruhi percaya atau tidaknya orang lain ke korban.

Ada studi kasus di Amerika, dimana sekelompok orang diberikan lembar survei yang isinya tentang kasus kekerasan seksual, beberapa detail di dalam survei tersebut termasuk status ekonomi dan sosial sang pelaku dan korban,

hubungan antara pelaku dan korban, tempat kejadian, baju yang dikenakan oleh korban.
.
.

Di studi ini sendiri sang pengamat studi mengatakan detail yang diberikan sebenarnya tidak relevan untuk menjadi dasar jawaban “apakah korban pantas melaporkan kejadian ini?”

atau “seberapa berat hukuman yang pantas diberikan terhadap pelaku?” Tetapi jawaban di survey ini mengatakan bahwa mayoritas koresponden terpengaruh dengan detail yang sebenarnya tidak relevan ini.
.
.

Ini tidak jauh dari akibat dari “rape culture” dimana kita sering dengar kalau “ya sudahlah itu kan resiko kalau datang ke tempat seperti itu”, atau “kamu pakai baju apa?” Yang harus kita sadari adalah yang salah bukan korban tapi SELALU pelakunya,

jangan berikan alasan atau keringanan bagi pelaku, seakan-akan kekerasan seksual yang mereka lakukan dilakukan secara tidak sengaja.
.
.

Di Indonesia sendiri, mayoritas kasus kekerasan atau pelecehan tidak dilaporkan. Kenapa? Ini gak jauh karena sistem hukum di Indonesia sering kali tidak berpihak kepada korban.

Dari 100% kasus YANG DILAPORKAN di Indonesia 57% tidak ada penyelesaian dan hanya 19% berakhir pada pelaku akhirnya di penjara, dengan 23% berakhir dengan berdamai secara kekeluargaan.
.
.

Belum lagi ada sanksi sosial dari masyarakat terhadap korban yang memang berani berbicara. Sering malah kita fokus ke menyalahkan korban dengan pertanyaan “kenapa tidak dilaporkan? Kenapa diam saja?”

Padahal fokus itu harusnya terarah kepada pelaku “kenapa melecehkan??”
Intinya ini bukan hanya kejadian sekali dua kali dimana kita masih lebih sering fokus ke korban daripada pelaku.

Padahal untuk sang pelaku untuk berani berbicara saja sudah hebat, janganlah kita lalu memberi beban mental lagi ke mereka yang sudah pernah dibebani dengan perilaku kekerasan. SAYA AKAN BERDIRI BERSAMA KORBAN.
.
.
.
✍️C. Andita

ijrs.or.id/mayoritas-perk…

link.springer.com/article/10.100…