Dengar-dengar, hari ini Rabu 9 Juni 2021 peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya proyek pembangunan kawasan Bukit Algoritma di Cikidang Sukabumi akan dilakukan.
Pembangunan fisik kawasan itu akan menelan biaya sebesar 18 triliun dan tersebar pada areal seluas 350 hektar. Nanti, setelah 3 tahun fase awal ini selesai, perluasan hingga 880 hektar akan dilanjutkan.
.
.
Peletakan batu pertama sebagai tanda pembangunan fisik kawasan itu adalah hasil proses panjang sebuah gagasan. Komunitas berbasis iptek, filsafat dan pemikiran-pemikiran sosial akan mendapat ruang dan gaung akan dimulai dari sana.
Ini sangat penting ketika melihat kebiasaan kita dimana jebakan diskusi selama ini yang cenderung tak ilmiah selalu berulang dalam ruang media sosial hingga banyak ruang publik kita.
Ide dan gagasan menciptakan komunitas berbasis nalar tersebut adalah salah satu harapan sekaligus cara agar bangsa ini keluar dari jebakan tak sehat.
Peletakan batu pertama ini sekaligus menepis anggapan sinis banyak pihak tentang gimmick Budiman, apalagi gimmick politik salah satu tokoh sentral bagi lahirnya reformasi 1998 tersebut. Budiman dilihat sebagai ancaman bagi eksistensi pesta perebutan 2024.
Isu pembangunan Bukit Algoritma dan kemudian dilihat sebagai gimmick politik seorang Budiman, sekaligus menunjukkan bagaimana tokoh yang jarang tampil ke publik dan berbicara politik praktis itu masih sangat disegani seperti Soeharto pernah melihatnya pada 1996 sebagai ancaman.
Menarik orang ini keluar dan berbicara tentang 2024 sama sulitnya dengan meminta pak Jokowi mau menerima ajakan menjabat 3 periode. Keduanya tak mudah diiming iming kekuasaan.
Melihat Budiman dengan cara pandang dia sedang memanfaatkan moment Bukit Algoritma sebagai batu pijakan menuju 2024 dengan istilah gimmick, hanya satu bukti lagi bahwa sosok ini benar adanya mereka anggap sebagai ancaman.
Tak ada sedikitpun jawaban Budiman baik sebagai sanggahan maupun persetujuan seperti banyak politisi biasanya. Tak terdengar berita dia senang atau marah dianggap sebagai saingan.
Dia hanya terus bekerja dan peletakan batu pertama ini adalah bukti sekaligus jawaban bahwa gimmick itu tidak ada.
.
.
Budiman Sudjatmiko tak sedang berburu trending demi panggung 2024. Bila ada yang melihatnya demikian, itulah realitas sekaligus paradigma perpolitikan kita yang senang dengan gimmick.
Dia TAK SEDANG MENCARI POPULARITAS, dia hanya sedang berusaha mewujudkan mimpi bangsa ini bersiap masa depan dengan segala tantangannya.
Sukses ya, Mas @Budimandjatmiko, semoga cita-citamu mengajak bangsa ini bersiap menghadapi era industri 4.0 menginspirasi banyak pihak untuk bekerja dan terus bekerja demi Indonesia maju.
.
.
.
Stunting yakni kurangnya asupan gizi pada anak akan mengakibatkan banyak hal tak baik. Pertumbuhan fisik terganggu, demikian juga kemampuan otak anak tersebut.
Bila dalam satu negara angka stunting tinggi, masa depan negara tersebut menjadi taruhan.
.
.
Indonesia telah berumur 75 tahun. Dibanding Singapore dan Malaysia yang lebih muda, kita justru tertinggal bila perkapita adalah apa yang menjadi acuannya.
Memakai tolok ukur yang sama, 1 orang Singapura dapat dikatakan mampu menghasilkan setara dengan hampir 14 orang kita. Pendapatan satu orang Malaysia, kita juga harus mengeroyoknya dengan 4 orang.
Beberapa hari belakangan ini ramai kasus pelecehan seksual dan secara tidak sengaja membaca beberapa komentar yang juga tidak sedikit menyalahkan korban.
Hal itu kadang membuat saya berpikir, “kenapa ya kalau untuk kasus pelecehan atau kekerasan seksual, sering sekali ada aja orang yang membela pelaku kekerasan daripada si korban?”
Hal ini sebenarnya gak jauh dari “rape culture” yang sering kali membentuk pola pikir dan pandangan seseorang bisa mempengaruhi percaya atau tidaknya orang lain ke korban.
Sudah sebulan lebih tiap akhir pekan di pintu kedatangan Schipol Airport itu ada seorang lelaki tua yg berdiri di antara para penjemput penumpang pesawat Garuda yg terbang dari Jakarta.
Matanya selalu tertuju pada setiap penumpang yg keluar dari pintu kedatangan, terutama penumpang perempuan.
Persis di depan pintu keluar itu ada sebuah cafe yg biasa dikunjungi para penjemput sambil menunggu kedatangannya.
Dan jika sudah lelah pak tua itu pesan kopi sebelum pulang.
Seorang mahasiswi cantik yang bekerja paruh waktu sebagai pelayan cafe itu tidak dapat menahan keingintahuannya.
Dulu, ketika kepemilikan mobilmasih tak se masif seperti sekarang, saat mobil masih menjadi penentu kelas dalam strata masyarakat, merawatnya dengan totalitas adalah keharusan.
Sedemikian berharganya, istilah sebagai istri kedua pernah disandangnya. Dirawat, dihias dan kadang dipamerkan si pemilik dengan bangga.
.
.
Ketika mobil kita rusak & harus ganti suku cadang, varian pilihan tersedia cukup beragam. Bila mobil itu buatan Jepang, toko onderdil akan bertanya "orisinil atau KW?" Orisinil biasanya menunjuk pada sesuai aslinya atau bawaan mobil, dan KW adalah tiruan & biasanya buatan Taiwan.
DIA BUKAN ALIEN
.
.
.
Runut berceritanya, cara membangun nalarnya, tak tampak terlalu rumit untuk kita pahami bahkan ketika kita awam iptek. Apa yang ingin disampaikannya adalah sebuah keniscayaan tertuju. Kita semua sedang melangkah ke arah sana.
Kemarin adalah sejarah. Hari ini adalah apa yang sedang kita alami. Esok, lusa atau 10 tahun kedepan adlh masa depan di mana tak ada satu kekuatan pun mampu menghalangi dia hadir. Itu pasti terjadi. Siap tidak siap, alam tak memberi pilihan. Hanya satu arah jalan tersedia, MAJU.
Dunia manusia bergerak dengan ujung tombaknya adalah iptek. Semua dibuat dan disusun demi manusia semakin mendapatkan kemudahan hidup. Paling tidak, itulah kredo untuk apa iptek terus dibuat berkembang.