Thread by @Greschinov

SEJARAH PERANG SALIB EP.2
Tentara Salib telah berhasil menguasai Yerusalem dan merebutnya dari tangan Islam. Perjuangan mereka selama 3 tahun berbuah gemilang. Mereka merayakan dng sukacita.
Namun, itu hanyalah pembuka konflik yang berlangsung 200 tahun lamanya!
[Thread]

Thread ini adalah lanjutan dari sekuel Perang Salib Episode 1 yang dapat kamu baca terlebih dahulu di sini:

https://twitter.com/Greschinov/status/1418106425734098944

Situasi umat Islam sedang terpecah belah pada jatuhnya Yerusalem tahun 1099. Kekhalifahan Muslim terbagi dua, yaitu Dinasti Fatimiyah beraliran Syiah di Kairo dan Dinasti Sunni Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad. (Plus Umayah yg kecil dan jauh di Spanyol).

Kedua Kekhalifahan ini sama-sama sedang berada zaman kelemahannya. Dinasti Fatimiyah mengalami gejolak politik dan pergantian penguasa yang begitu cepat dari waktu ke waktu, sedangkan Kekhalifahan Abbasiyah hanyalah simbol semata yang tunduk kepada Turki Seljuk.

Dalam waktu satu dekade saja (1099-1110), pesisir pantai Palestina dan Syam jatuh ke tangan Pasukan Salib. Negeri-negeri kepangeranan dan kerajaan Salib didirikan, yaitu: Yerusalem, Tripoli, Antiokia, dan Edessa. Mengapa mereka mengincar daerah pesisir?

Daerah pesisir lebih mudah dikonsolidasikan dan disuplai dari Eropa karena terhubung dengan Laut Mediterania, selain itu lebih mudah dibangun ekonominya, mengingat aktifnya pedagang-pedagang Venezia dan Genoa di kawasan ini.

Didudukinya wilayah-wilayah Islam di pesisir Palestina oleh Pasukan Salib, menyebabkan pengungsi Muslim melarikan diri dan memenuhi kota-kota di Baghdad, Damaskus, Kairo, Mosul menyebabkan syok ke penjuru tanah Muslim.

Selama 400 tahun Islam mengakar di Yerusalem semenjak penaklukan oleh Umar bin al-Khattab, ternyata berhasil direbut begitu mudahnya oleh tentara asing dari negeri "tak beradab", "terbelakang". How come? Bagaimana bisa?

Setelah menguasai wilayah pesisir dengan gemilang, Pasukan Salib kini ingin merebut Aleppo, pusat ekonomi dan kota penting bagi Islam. Saat itu, Aleppo dipimpin oleh Emir Ridwan, seorang pemimpin lemah yang tak disukai rakyatnya karena memilih bekerja sama dengan tentara Salib.

Salah satu kebijakannya yang membuat kaget umat Islam di kotanya adalah dengan mengganti sabit di atap Masjid Agung Aleppo dengan salib. Rakyat pun kaget dan menganggap dia gila, pemberontakan tak dapat dihindarkan lagi.

Situasi yang panas itu tersiar hingga ke Baghdad, pusat kekuasaan Khilafah Abbasiyah. Tertekan oleh keadaan politik, Khalifah Mustazhir terpaksa bertindak dan meminta izin terlebih dahulu kepada Muhammad I, Sultan Seljuk saat itu.

Dimulailah perlawan terorganisir dan paling serius pertama umat Islam saat itu. Pada 1111, Gubernur Mosul, Mawdud ibnu Altuntash ditunjuk oleh Sultan Muhammad sebagai Komandan untuk menghabisi tentara Salib yang hendak menundukkan Aleppo.

Mawdud berhasil menghentikan pengepungan tentara Salib, tapi di saat yang sama Emir Ridwan menghalangi tentara Mawdud masuk Aleppo. Selanjutnya, ia pergi bersama pasukannya pergi ke Damaskus saat mendengar kabar bahwa Damaskus tengah dikepung.

Kedua tentara bertemu di al-Sannabra pada 1113, Mawdud melawan tentara Salib yang dikomandani Baldwin I. Mawdud menang. Inilah kemenangan pertama umat Islam melawan tentara Salib. Nampaknya, Mawdud-lah pahlawan yang akan segera mengusir seluruh Tentara Salib dari Palestina.

Namun, nasib malang menimpanya, ia dibunuh di Damaskus oleh sekte hasasyin, sebuah sekste Syiah rahasia yang mendedikasikan hidupnya untuk pembunuhan figur-figur politik dunia Islam. Dari sekte inilah muncul istilah "assassination" (pembunuhan) dalam bahasa Inggris.

Entah apa yang memotivasi pembunuhan tersebut, konon ada yang mengatakan bahwa sekte hasasyin bekerja sama dengan tentara Salib untuk merencanakan pembunuhan ini.

Jaringan hasasyin ini mirip seperti pembunuh-pembunuh rahasia dan pada masa itu, mereka juga dianggap sebagai musuh Islam, walaupun orang-orang dari sekte ini beragama Islam juga.

Kelak Mawdud digantikan oleh anak didiknya, Imaduddin dari Dinasti Zengid. Ia dikenal sebagai Imaduddin Zengi dan naik tahta sebagai Gubernur Mosul pada 1127. Pada masanya, ia berhasil menggalang kekuatan umat Islam melawan tentara Salib.

Nyatanya, perlu waktu hingga 4 dekade lamanya bagi umat Islam untuk benar-benar menghimpun kekuatan penuh. Mereka perlu tokoh yang menyatukan mereka, dan Imaduddin Zengi-lah orangnya, dia berhasil menaklukkan Edessa pada 24 Desember 1144, negeri Salib pertama (Crusader state).

Kejatuhan Edessa membangkitkan moral umat Islam pada masa itu. Ini menunjukkan bahwa Tentara Salib ternyata dapat juga dikalahkan dan wilayah yang ditaklukkan mereka dapat direbut kembali.

Kejatuhan Edessa memantik pembunuhan Imaduddin Zengi. Dalam suatu intrik, ia dibunuh oleh budaknya sendiri, yang merupakan orang Frank. Selepas pembunuhan berdarah tersebut, budak tersebut lari ke Damaskus, tetapi berhasil ditangkap dan kemudian dihukum mati.

Imaduddin Zengi digantikan oleh putranya, Nuruddin Zengi. Seorang yang visioner dan kuat, ia juga memiliki ambisi besar seperti ayahnya, yaitu mengusir tentara Salib dari Palestina. Ia mempunyai seorang komandan perang yang tangguh, Shirkuh, yang akan membantu ambisi besarnya.

Berita jatuhnya Edessa mengejutkan Barat. Setahun kemudian, Paus Eugenius II mengumumkan Perang Salib II. Berbeda dengan sebelumnya, nantinya kontingen perang salib tidaklah dipimpin pangeran atau bangsawan "rendahan", melainkan melibatkan raja-raja utama Eropa.

Bagaimana jalannya Perang Salib ke-II?
Nantikan thread berikutnya besok, di Episode 3. 😊

Kisah Episode III dapat dibaca di sini:

https://twitter.com/Greschinov/status/1418900739905048577