Di setiap zaman, madrasah Karbala atau Karbalaisme selalu melahirkan generasi aneh yang menjunjung tinggi paradigma kebenaran meski pahit. Paradigma kebenaran itu kerap menyempal dari orbit paradigma kenyaman nan legit.
*Disebut aneh krn pilihan lazim, bahkan blakangan menjadi satu²-nya,
rata² manusia maupun manusia rata² adalh keuntungan dgn semua derivatnya. Termasuk keamanan, keselamatan, kenyamanan, kemudahan, kebebasan, kenikmatan, hingga keliaran serta smua perkara kuantitatif & jasmani.*
Di antaranya pemihakan pada kebenaran dengan semua risikonya, keteraniayaan, kesulitan, kepatuhan, kegetiran, pengorbanan, dan semua ihwal kualitatif dan abstrak.
Orang rata-rata cenderung rela berebut dan berdesak-desakan sampai semaput demi bergerombol dan berjingkrak-jingkrak diiringi tawa berbahak, menikmati sukaria dan pesta.
Karbalaisme malah menghisap jiwa manusia-manusia aneh dalam kesunyian ayunan langkah, mengabaikan sorak sorai cemooh dan makian, menuju magma duka.
Kaum aneh itu berkumpul dalam majelis hitam pekat, menguras air mata dan meratapi kemuliaan yang diinjak- injak kerakusan, sambil kuat-kuat menepuk dada, mengungkap empati dan cinta.
*Logika kebenaran inilah yang membuat banyak orang di luar sana menganggap misi al-Husain bersama para kerabat dan sahabatnya sebagai konyol dan bunuh diri.*
Anggapan itu benar adanya bagi para penganut pragmatisme yang mematok kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan sebagai pilihan utama dan satu-satunya.
_Pragmatisme hanyalah anak ideologis materialisme yang kini telah menjadi pikiran dan tindakan sebagian besar warga bumi._
Inilah arus besar yang ditolak dan dilawan al-Husain serta para kerabat sehati dan para sahabat sejatinya.
*Demi kecintaan pada al-Husain, para kerabat dan sahabat al-Husain rela absen dari antrian orang rata-rata yang histeris mengais hidup aman tanpa kehormatan.
Mereka memilih jadi buron, marjinal, membuncah darah, demi menyuburkan bumi dengan kemuliaan.*
Laga logika kebenaran versus logika keuntungan terus berlangsung dalam ragam episode, baik dulu, kini, maupun dan akan datang. *Inilah kemenangan kekuatan kualitatif atas kekuatan kuantitatif.
Inilah logika darah mengalahkan pedang.*
Bismillahirrahmanirrahim_Allahuma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad_
*MUHARRAM SATU*
✍
*Oleh: Ustadz Miftah F. Rakhmat*
Ah, bulan Muharram kembali menyapa. Syukurku pada Tuhan berselimutkan duka. Saudaraku seagama merayakannya dalam suka.
Tahun baru kata mereka. Maka parade diarak, gegap gempita menyeruak. Semangat kebahagiaan terasa semarak.
Tak perlu dalil untuk itu. Tak perlu berpanjang kata. Para cendikia berjajar dalam barisan pawai raya.
Aku menjemputnya dalam wajah murung dan tangisan yang tertahan. Dan seberkas cahaya kerinduan membersit menghunjam, memberikan kehangatan. Selembar kertas kenangan terhampar di hadapan.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan memohon rahmat dan ridho Allah SWT, kami keluarga bermaksud mengundang Bapak/Ibu/Saudara kiranya berkenan hadir pada acara pembacaan doa tahtim ke-7 hari atas berpulangnya ke Rahmatullah
Alm. H.S. Saggaf Bin Muhammad Aljufri
Yang dapat di saksikan secara Live Streaming melalui :
Zoom Unisa Palu : us02web.zoom.us/j/88945112327?…
Meeting id : 889 4511 2327
Password : unisa
✍Di bawah pemerintahan komunis Uni Soviet, seluruh masjid dan gereja di seluruh negeri beralih fungsi menjadi gudang dan beragam kegunaan lain.
Masjid Biru Sankt Peterburg, Saksi Sejarah Manisnya Hubungan Indonesia-Soviet pada Era '50-an - Russia Beyond id.rbth.com/discover_russi…
Masjid Biru, salah satunya, dijadikan gudang sejak Perang Dunia II.
Setelah kunjungannya ke masjid tersebut, Soekarno kemudian bertemu Nikita Khrushchev, sang pemimpin Soviet.
Saat Khrushchev bertanya bagaimana kesan Soekarno mengenai Leningrad,
sang presiden malah membahas kondisi Masjid Biru yang baru ia kunjungi.
“Soekarno meminta masjid ini dikembalikan sesuai fungsinya. Sepuluh hari setelah kunjungan Presiden Soekarno, bangunan ini kembali menjadi masjid,”kata Ponchaev.
Seberapa penting sih vaksinasi? Benarkah Bumi itu datar? Apakah telur baik untuk dikonsumsi? *Di era medsos seperti sekarang, bukan cuma pakar yang menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
Para penganut teori konspirasi, orang awam sok tahu, hingga pesohor yang menyesatkan juga ikut-ikutan menjawab.*
Masalahnya bukan lagi pada "nilai" (benar/salah, akurat/tidak) jawabannya.
Tapi pada "fungsi" jawaban tersebut, misal untuk mendramatisasi atau sebaliknya, entertainisasi, popularisasi, folowerisasi, dan sejenisnya.