Gadis muda, pintar bergaul, cantik & berkulit sawo matang, lahir dalam keluarga priyayi, bernama "Kinasih", tak seperti namanya Kinasih yg artinya kasih, ternyata hidupnya tak sertamerta dipenuhi kasih, mari kita simak ceritanya..
..."Kinasih" mati dalam pasungan....
Nara : Pak Soekarbin.
Temanggung era 60an, kinasih waktu itu kelas 3 SMA, sebagai gadis cantik dan pintar bergaul tentulah dia menjadi primadona disekolahnya, banyak pria-pria yg ingin memilikinya, dia sangat populer, tapi kinasih bukan wanita yg mudah dipacari begitu saja..
Butuh usaha ekstra untuk mendapatkan hatinya, dan ada satu pria yg bisa, sebut saja Purbo, yg sebenarnya adl pria yg cuek, tidak popular namun rupawan tapi dia kurang bisa mengekspresikan rasa sayangnya, dan entah knp Purbo lah yg berhasil mendapatkan hati kinasih..
Merekapun menjalin hubungan, hingga lulus SMA, tanpa saling tau latar belakang keluarga masing2, sampai tiba mereka dalam usia matang untuk menikah, sebagai anak perempuan tentulah kinasih selalu dituntut untuk segera menikah oleh orang tuanya, apalagi kinasih adl anak tunggal**
Tapi entah kenapa kinasih tak segera mengenalkan purbo kepada orang tuanya, mungkin karena kinasih tau sifat orang tuanya, terutama bapaknya yg selalu berpesan untuk mencari calon suami yg sama2 dari keluarga priyayi***
Karena purbo hanyalah anak dari seorang blantik (pedagang) sapi, dan sekarang mengikuti jejak bapaknya, cukup sukses sih sebenarnya, tapi tetap saja bukan kalangan dari priayi apalagi pegawai negeri, tapi karena sudah kepalang cinta dan didesak.
Mereka berdua berembug, dan purbo memutuskan untuk melamar kinasih sekira tahun 64-65, datanglah keluarga purbo ke rumah kinasih, mereka disambut dengan baik & ramah, terjadi obrolan hangat meski keluarga purbo harus pulang dengan jawaban yg masih ngambang, keluarga kinasih***
Tak menolak lamaran purbo tapi juga belum menerima, dengan alasan akan berembug dulu dengan keluarga besarnya dan akan dikabari kapan hari. Purbo dan kinasih pun saling optimis untuk hubungan mereka berdua, tanpa mereka berdua tau, itu adl terakhir kalinya mereka saling bertemu..
Purbo & kinasihpun rajin berkirim surat, sekira sebulan setelah lamaran itu, kinasih dikgetkan oleh sebuah keluarga yg datang kerumah untuk melamarnya, tapi bukan purbo, melainkan anak dari kolega bapaknya, sebut saja "Aji", anak juragan cengkeh yg kaya raya**
Perangainya angkuh, hitam legam dan bertubuh gempal, Tentu saja kinasih menolak, marah dan langsung masuk kamar, tidak mau menemuinya, selang waktu keluarga aji pun pulang, disitu ayah kinasih murka & marah besar, "ORA USAH NGAREP-AREP PURBO!!!"BAPAK ORA SUDI NDUE MANTU PKI"
(Tidak usah mengharapkan purbo!! Bapak gak sudi punya menantu PKI) jadi ternyata selang beberapa hari Purbo melamar, ayah kinasih mulai mencari-cari informasi tentang latar belakang keluarga purbo, jadi info yg dia dapat adalah**
Ayah purbo pernah ikut organisasi SOBSI, yg "Katanya" adl organisasi underbow dari PKI, tp menurut pak soekarbin (narasumber cerita ini) info ini didapat secara serampangan seperti kurang valid & mengada2, tapi prinsip sudah tegak, takkan goyah, kinasih & purbo tak bisa bersatu..
Pak soekarbin adl anak dari ART di rumah kinasih, umurnya hampir sebaya dgn kinasih, lebih muda 2 tahun tepatnya.
Lanjut, dalam keputusasaanya kinasih tetap mencoba mempertahankan hubungannya, dengan berkirim surat dengan purbo, pak soekarbinlah yg saat itu sering**
mengantarkan suratnya ke kantor post, tapi hanya 1 kali di balas, kinasih tak menyerah, dia semakin sering mengirim surat, bahkan sempat menuduh pak karbin menyembunyikannya, tapi bagaimana lagi, memang tak ada surat balasan dari purbo..
Dan bertahun kemudian sekira tahun 67-68, kinasih tak banyak berbicara , dia mengurung diri dikamar, hanya keluar saat makan, itupun kalo dia benar2 mau, dia mulai banyak mengigau saat tidur..menangis berteriak di tengah malam. Kinasih sepertinya mulai depresi..
Semakin hari keadaan kinasih semakin tidak baik, dia mulai sering tidur berjalan, bukan berjalan lagi bahkan, berlari, sambil menangis, pernah suatu hari dia mengigau berlari melompat ke jendela & wajahnya mendarat ke tanah sampai dua gigi depannya tanggal..
Dia mulai sering mengamuk, mencoba melukai diri sendiri dan orang lain, ini bukan lagi kinasih yg dulu, yg lembut & periang, kinasih sempat beberapa kali dibawa ke RSJ, tapi tidak ada perkembangan yg signifikan, sebenarnya dokter menyarankan agar kinasih bisa dirawat di sana...
Tapi karena ibu tidak tega, kinasih dirawat jalan dirumah, kebiasaan tidur berlari kinasih tidak hilang, bahkan semakin sering, walau anehnya dia sesekali sadar, & dia sendiri yg meminta untuk di ikat saja satu kakinya..
Setelah beberapa bulan dirawat dirumah, kinasih sudah menunjukkan sedikit perkembangan, walaupun masih dikamar terus, dia mulai tenang dan mau makan, tapi selera makannya tak biasa, setiap jam dia minta makan, dengan membunyikan lonceng kecil, itu adl tanda kinasih lapar..
Sampai bertahun berlalu, kinasih menjadi sangat gemuk, semua aktifitasnya dilakukan dikamar, dari BAB, kencing, dan menyeka (mandi), hanya berkutat disitu, bisa Untung kalo BAB, dia mau di jamban portable, yg mana setiap hari akan selalu dibersihkan.
Begitulah sekiranya aktifitas kinasih kini, gadis muda cantik dan periang yg kini depresi..
tapi cerita tentang kinasih tidak akan berhenti disini...
Tunggu nanti malam ya.. :)) sila like dan RT dulu Thread ini :))
Cerita dari Sudut pandang pak Soekarbin
.
Sy hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap bapak (ayah kinasih), dia seperti tak terlihat merasa menyesal, melihat anak semata wayangnya menjadi seperti itu, beda dengan ibu, yg selalu terlihat sedih, dan sesekali***
Menangisi keadaan kinasih, jadi sejak kinasih depresi sy & simbok (ibu sy) diminta untuk menetap di rumah kinasih, kami tinggal di pavilliun kecil belakang rumah, yg bersebrangan dengan jendela kamar tempat kinasih.
Saya juga disuruh bekerja di gilingan padi milik keluarga kinasih, & sepulang kerja sy & simbok bergantian untuk merawat kinasih, karena dari kecil sy & kinasih tumbuh bersama, kita sudah seperti keluarga..sy pun sudah menganggap dia seperti kakak sendiri..
Walaupun sy anak pembantu,& kinasih anak majikan, Dulu waktu kinasih masih sehat, kami sering bertukar cerita tentang apapun itu, tapi sekarang keadaan cukup memprihatinkan, haripun berlalu..
"Mbak kinasih" begitu saya memanggilnya, semakin hari semakin kelebihan berat badan, nafasnyapun mulai ter engah-engah, pak mantri menyarankan untuk mengurangi jatah makannya, tapi yg tidak ia tau, mbk kinasih akan marah bila jatah makannya dikurangi..
Seperti yg td diceritakan, mbk kinasih akan membunyikan loncengnya bila ingin makan, dengan waktu yg acak, entah siang, sore, bahkan tengah malam, suara lonceng itu kini menjadi pertanda kebaikan bagi kami.. Bila dalam 1-2 jam tidak ada suara lonceng, kami justru kawatir..
Dan buru2 mengintip lewat jendela, dan yg sy lihat hanyalah mbk kinasih yg sedang melamun dengan tatapan kosongnya.... Menurut pandangan sy, mbk kinasih tidak sepenuhnya depresi, karena dia masih bisa ngobrol nyambung dengan saya, walaupun itu kadang-kadang...
Tapi, di waktu tertentu dia akan mengamuk dan menyerang orang disekitarnya..
Dan suatu malam sekira jam10, saya mendengar suara kayu yg patah "Gedubrak", & suara lonceng yg tak henti dibunyikan, sy pun bergegas menghampiri kamar mbk kinasih, & ternyata tempat tidurnya roboh***
Karena wktu itu mbk kinasih mau BAB, dan ketika dia menggeserkan bandannya entah kenapa tempat tidur itu roboh dibagian pinggirnya, dengan satu kakinya yg di rantai, dia menangis dengan kotorannya yg sudah terlanjur keluar, sangat menyedihkan..
Disitu sepertinya dia sadar, dengan tangisan bak anak kecil dia memanggil2 saya, "Tulung bin, tulungi bin, karbin" dengan tergopoh-gopoh saya menggeser badan mbk kinasih, tak peduli lagi sy ada kotoran yg mengenai baju saya..
Disitu ada simbok dan ibu yg masuk, bapak cuma mengintip saja dari luar, dan tiba2 mbk kinasihpun terdiam, melihat saya, mengambil garpu makan di sebelahnya, dan menyerang saya, sy yg belum siap tak sempat menghindar ***
Di cucukanlah garpu itu, mengenai pundak saya sambil dia berkata "PURBO!!!!PURBO!!!PURBO!!" sayapun berlari menjauh, mbk kinasih mencoba mengejar saya tapi tertahan karena satu kakinya dirantai, keadaanpun ricuh, saya keluar kamar..
Untung garpu itu tak terlalu tajam, jd tidak menimbulkan luka yg cukup berarti bagi saya, apakah disitu sy marah? Tidak justru sy menjadi semakin iba dengan mbk kinasih, sy kekamar mandi, membersihkan diri sembari menangisi mbak kinasih..malang sekali nasibnya..
Setelah mandi, keadaan disana masih tegang, tapi mbk kinasih sudah tenang, sudah dibersihkan sama simbok, tapi dia masih menangis lirih, saya mengintip dari jendela, mbk kinasih menangis mencari saya, memanggil2 nama saya **
"bin..karbinnn.. Nangdi karbin, kon rene, aku arek njaluk ngapuro" (bin..karbin dimana, suruh kemari, aku mau minta maaf) ini adl moment yg sangat emosional, sy pasti akan menangis kalo menceritakannya kembali..
Kembali ke cerita, dari jendela saya menjawab, "Aku ning kene mbk"(aku disini mbk), "Dingapuro yo mbkyumu iki" (maafkan kakakmu ini ya) kata beliau, dengan menahan air mata sy menjawab, "rapopo mbak, aku rapopo" (aku gak papa mbk)
Sejak kejadian itu, mbk kinasih menjadi lebih tenang, dan mulai bisa diajak sedikit berkomunikasi, pernah sy menyarankan agar rantai yg mengikat kakinya dilepas, tapi mbk kinasih tidak mau, dia tidak mau membahayakan dirinya apalagi orang lain..
Dia selalu mengatakan ada sesuatu yg gelap dalam dirinya, yg bisa saja suatu saat muncul... Haripun berlalu masih dengan aktifitas yg sama, mbak kinasih dengan loncengnya...
tunggu nanti agak malam, sabar ya :))
temanggung 1968/69, keadaan masih sama, satu kaki mbk kinasih masih dirantai, cuma karena beliau kian bertambah gemuk, mulai ada luka-luka di pergelangan kakinya, dan masih sama seperti dulu, sy harus selalu sigap ketika beliau membunyikan loncengnya..
Tapi entah knp akhir2 ini gangguan tidurnya mulai kumat lagi, hampir setiap subuh suara lonceng tak berhenti berbunyi, setiap saya hampiri, beliau selalu terlihat tegang dan nafasnya terengah-engah..
Lagi-lagi di Suatu malam menjelang subuh sekira jam 3, suara lonceng tak henti berbunyi, dengan setengah kantuk sy bergegas menghampiri, terlihat mbk kinasih nafasnya terengah-engah sepertinya ia mimpi buruk lagi.. Tapi kali ini berbeda, ia terlihat sangat ketakutan...***
Sambil menangis dia berkata "arep tekan kapan koyo ngene iki..,," (mau sampai kapan seperti ini), sy tidak bisa berkata apa2, segera sy buatkan teh hangat untuk menenangkanya..perlahan beliau mulai tenang..dan berhenti menangis..
Beberapa saat kemudian dia tersenyum, sambil menatap saya, mengacungkan dua jarinya, dan menepuk pundak saya sambil berkata, "Maturnuwun yo bin" (terimakasih ya bin), tatapannya tidak kosong,& entah knp sy merasa saat itu mbk kinasih berada dlm tingkat kwarasannya yg tertinggi..
Subuhpun menjelang, sy harus melakukan aktifitas lain, Tapi yg sy tidak tau, itu adl terakhir kalinya sy bertemu dengan mbk kinasih dlm keadaan hidup.. Karena kesokan harinnya simbok menemukan mbak kinasih sudah kaku, tak bernyawa..
Entah apa penyebabnya, kalo kata pak mantri sih gagal jantung, sungguh alasan yg sangat klise..
"kinasih mati dalam pasungan"
**Lanjut ke bagian berikutnya**
Masih dari sudut pandang pak Soekarbin, ayo like & RT yg banyak..
------- Loceng Kinasih ------
Menjelang 40 hari
(sudut pandang pak soekarbin)
Rasanya seperti tidak percaya, mbak kinasih sudah meninggal, kenapa mbak kinasih meninggal semudah itu, mungkin karena jiwanya sudah cukup menderita selama ini, 29 hari sudah setelah kepergian mbk kinasih.. Rasanya ada yg kurang, tidak ada lagi suara lonceng yg***
Harus membangunkan sy, pilu sekali jalan hidupnya, ah.. Tapi hidup masih harus terus berjalan..haripun berlalu.. Dan disuatu malam, sy terbangun oleh suara lonceng..kali ini dengan irama yg lambat... Sya bergegas bangun***
Dan membuka tudung saji di dapur untuk mengambil makanan, karena tidak ada yg bisa di makan, sy memutuskan untuk menggoreng telur "ah mbk kinasih ingin makan, batin saya" sembari suara lonceng itu sesekali berbunyi, ketika saya ingin menyalakan kompor simbok terbangun***
Dan menghampiri saya, dia berkata "Arek opo bin" (Mau apa kamu karbin?", itu lho mbk kinasih, sebelum sy menyelesaikan kalimat, sy baru sadar "agstafirullah!!!", sy baru saja menyadari kalo mbk kinasih sudah meninggal.. Kita berdua pun saling bertatapan, tapi tadi**
Saya benar2 mendengar suara lonceng itu, berani sumpah, simbokpun mengajak saya untuk masuk lagi ke kamar.. Dan ketika beberapa langkah kedepan suara lonceng itu terdengar lagi, kita berdua mendengarnya, seketika itu kami bergidik,& bergegas masuk tapi suara lonceng itu masih ada
------bersambung------
Simboku ini memang orangnya agak pemberani, dia mengajakku untuk melihat, akupun yg agak penasaran juga ikut dibelakang simbok, suara lonceng itu masih ada... Ting...ting... Sampailah kami didepan jendela bekas kamar mbk kinasih, disitu simbok bilang***
"Wes nok, simbok, karbin, bapak, ibu wes ikhlas", perlahan suara lonceng itu hilang, sy pikir kejadian akan berhenti diwaktu ini, ternyata belum..
Bagian selanjutnya
------ WUJUD ------
40 hari sudah berlalu, pikiranku masih bertanya-tanya mengingat kejadian suara lonceng tempo hari, nampaknya Bapak (ayah kinasih) mulai menunjukan penyesalan, dia sering sakit & melamun tiap hari, semua pekerjaan mengurus 7 tempat gilingan padi semua dipasrahkan****
Ke saya, dalam beberapa pembicaraan, dia sempat berkata "Rasanya mau mati kalo merasakan semua ini", tapi itu kita kesampingkan dulu, kembali kecerita, waktu itu musim panen, pastilah tempat gilingan akan dipenuhi oleh para pelanggan, sy menjadi sangat sibuk & lelah hari itu***
Wktu itu hari terasa biasa saja, Sepulang kerja saya langsung mandi dan tidur, tanpa sadar sy melewatkan sholat magrib, sekira jam 10 malam, simbok membangunkanku, untuk sholat isya, dengan sedikit malas, sy mengambil wudhu dan sholat, jadi antara pavilliun**
Kamar mandi, ada jalan kecil dimana disitulah jendela bekas kamar mbk kinasih berada, waktu itu sy sempat menengok sebentar, tapi tidak ada perasaan apa2, singkat cerita setelah sholat, sy kembali tidur, dalam tidur, sy mengalami ketindihan***
Mungkin karena kecapekan, setelah berusaha untuk bergerak akhirnya sy bisa terbangun, "kata orang tua jaman dulu kalo kita ketindihan, setelah bangun kita harus membalik bantal kita", itu memang sudah jd kebiasaan sy kalo pas ketindihan, dan ketika sy ingin**
Membalik bantal, sy mendengar sayup suara orang bernyanyi, sumbernya dari depan pavilliun, sy coba cermati, memang benar ada suara itu.. Sy yg penasaran mencoba mendekati sumber suara, nyanyian itu masih ada, sampailah sy didepan pintu****
Sy langsung membuka pintu, suara itu hilang, tapi didepan sy melihat sosok perempuan, mirip mbk kinasih waktu dulu semasa masih sehat, wajahnya tak terlihat pasti, cuma bentuk tubuhnya saja, disitu saya terpaku***
Perlahan sosok itu berjalan mendekat, dan memang benar itu adalah wujud mbk kinasih yg dulu, disitu sy ketakutan tidak bisa bergerak, sosok itu tersenyum & berkata "Binnnnn..karbinnn" sy langsung roboh dan merangkak masuk..
Sy tutup pintu, & menangis, memanggil simbok...simbokpun terbangun, sy sulit bicara, hanya bisa mengacungkan jari ke arah depan pavilliun, simbokpun keluar untuk melihat, tapi kata simbok tidak ada apa-apa...
Sejak kejadian itu, sy tidak berani tidur malam di pavilliun, sy tidur di salah satu tempat penggilingan padi milik bapak (ayah kinasih) kebetulan ada 1 kamar disana, berharap tak ada hal2 aneh lagi, tapi disitu sy malah selalu bermimpi didatangi mbak kinasih***
Dan selalu terbangun di tengah malam, sangat tersiksa rasanya... Sekira seminggu bermalam disitu, sy bermimpi di datangi oleh mbk kinasih, tapi dengan wujud ketika depresi, gemuk rambutnya kusut tak beraturan, di mimpi itu mbk kinasih duduk***
Membelakangi saya, sambil membunyikan loncengnya..sy pun terbangun dari mimpi itu, & ketika mata saya terbuka, taukah apa yg ada didepan sy? Ya, ada mbk kinasih didepan saya, tepatnya di samping ujung kaki kanan saya***
duduknya jg membelakangi sy, sambil membunyikan loncengnya, dan terdengar suara nafasnya yg sangat berat, disitu badan saya terasa kaku, tak bisa bergerak, mata sy pun seakan hanya terfokus pada sosok itu, sya melihat wujud itu***
Perlahan menjadi semakin besar, semakin besar, tubuhnya hitam agak mengkilat, sudah bukan seperti mbak kinasih lagi.. Semakin besar hingga hampir menyentuh langit-langit, dan sosok itupun menoleh.. Wajahnya aneh & mengerikan***
Kepalanya mirip kerbau, wajahnya mancung, tapi rambutnya panjang tak bertanduk, sosok itu hanya memandangi sy yg tengah memaku tak bisa bergerak, sy berdoa sebisanya dlm hati & perlahan sosok itu pergi menghilang..
Setelah tubuh sy bisa digerakkan, langsung sy tarik selimut & bersembunyi didalamnya, keringat sy bercucuran, mana bisa sy tidur lagi, sy terjaga hingga adzan subuh berkumandang, sy keluar dari tempat itu.. Sudah ada terlihat para petani yg tengah berangkat ke ladang..
Sungguh malam yg berat, sy berfikir, kalo begini terus sy bisa gila..sy menerka-nerka, ada yg tdk beres dgn mbak kinasih tapi sy tdk tau harus berbuat apa, setelah kejadian itu, sy memutuskan untuk kembali lg ke pavilliun, minimal bila sy dihantui lagi, ada simbok disamping sy..
Lanjut nanti malam...........
Simbok mulai buka suara, mungkin karena tidak tega melihat sy terus2 dihantui, simbok juga mulai curiga kalo mbk kinasih selain depresi dia jg terkena teluh, cukup nyambung sih kalo dihubungkan dengan apa yg saya lihat di tempat gilingan padi itu... ***
Tapi entahlah semua itu masih berbentuk prasangka saja, sebenarnya jauh dlm hati sy merasa sangat sedih, mbak kinasih yg sudah sy anggap kakak sendiri, saya rawat saat sakit, setelah meninggal malah begini... Serba bingung, apa sy harus menceritakan ke orang tua mbk kinasih? ***
**haripun berlalu, malam itu sy & simbok berada di ruang tamu kecil di pavilliun, sy sedang ngopi sambil ngerokok, & simbok tengah menjahit celana sy yg robek, kebetulan esok hari sy akan mengantar sepupu sy yg akan menikah "Ngiring nganten" kalo bahasa jawanya***
Kami sedikit bercanda wktu itu, sembari menjahit simbok bilang "Kae kuncung wae wes meh rabi, dee kapan??" (itu lho kuncung aja udah mau menikah, trs km kapan) kuncung adl nama kecil dari sepupu sy, sy hanya tertawa saja...
Tapi ada yg memecah tawa saya, ya... Suara lonceng itu lagi... Sy liat simbok tenang saja... Sambil terus menjahit simbok bilang "wes biasa kui bin, meh saben bengi mesti ngono kui, wes dikulinak'ke wae", ( sudah biasa itu bin, hampir setiap malam seperti itu***
Sudah, dibiasakan saja), perlahan suara itu hilang.. Tapi tetap saja mengganggu pikiran sy.
selang hari disuatu pagi sebelum berangkat kerja, sy di suruh bapak jurangan, untuk membersihkan kamar bekas mbk kinasih dulu, ketika masuk kamar, sy langsung terbayang dulu ketika**
Mbk kinasih masih hidup, aroma kamar itu sangat khas, entah kenapa walaupun itu di pagi hari, sy masih merasa bergidik ngeri, sy mulai menyapu, membersihkan barang2 disitu, dan sy menemukan, sepucuk surat yg masih rapi terbungkus amplop***
Disitu tertuliskan alamat tujuan, yg sy sepertinya tak asing, ya benar... itu alamat rumah Purbo, kekasih mbk kinasih dulu.. Langsung saja sy selipkan surat itu didalam baju.. Setelah selesai membersihkan kamar itu, sy langsung berangkat kerja.. Surat itupun ikut sy bawa..
Di pekarangan belakang lumbung padi entah dorongan dari mana, sy merasa sangat penasaran ingin membuka surat itu.. Dengan tidak sopan, Sypun langsung membuka surat itu, tapi setelah sy buka lipatan kertasnya..
Saya urung membacanya, dalam hati sy meminta maaf dengan mbk kinasih, sy masukkan lagi surat itu ke dalam amplopnya, & ketika sy melihat alamat tujuannya.. Pikiran saya langsung berkata "Saya harus bertemu mas purbo", sypun mencari cara untuk menuju alamat itu..
Wktu itu kendaraan masih jarang, singkat cerita bermodalkan 50perak, sy mecari alamat mas purbo dan ketemu, dengan sedikit keraguan sy ketuk gerbang rumahnya, keluarlah seorang ibu2 setengah lansia, membukakan pagar..
Dia bertanya "madosi sinten mas?" (nyari siapa mas?), "Madosi mas purbo, niki bade ndugik'ke surat, saking mbak kinasih" (nyari mas purbo, ini mau nyampaikan surat dari mbak kinasih, jawab saya..disitu ibu itu langsung terdiam..***
Dan dengan buru2 menyuruh sy masuk & duduk, disitu dia membuka laci disebelahnya, mengambil kumpulan surat-surat yg ternyata dari "Mbak kinasih", & sambil berkaca-kaca diapun bercerita, kalau mas purbo tidak disini, tapi di "Penjara"**
Jadi ternyata di suatu hari, mas purbo & teman2nya terlibat perkelahian di sebuah tempat judi dadu, & entah bagaimana keadaanya, perkelahian itu berubah menjadi adu golok, yg sialnya lagi ada satu orang yg tewas..kira2 begitu.. Jadi mas purbo dipenjara bersama***
Beberapa Teman2nya yg terlibat perkelahian itu.., jadi masuk akal kalo waktu itu mas purbo hanya Bisa membalas surat dari mbk kinasih satu kali saja..singkat cerita sy pun mengabarkan tentang meninggalnya mbak kinasih***
Dan keadaanya dulu, seketika ibu itu pun menangis, terjadi pembicaraan yg panjang.. Sypun mulai terbuka & meceritakan sikap bapak kinasih terhadap lamarannya mas purbo, begitu juga tuduhannya tentang keluarga mas purbo yg terafiliasi PKI, yg nyatanya langsung ***
Di tepis oleh ibu mas purbo, dengan alasan yg sangat meyakinkan, dugaan sy benar tentang tuduhan bapak mbk kinasih yg serampangan & tidak mendasar... Yg nyatanya malah menghancurkan hidup anaknya sendiri..
Singkat cerita, setelah obrolan panjang & lama itu, sy pamit pulang, ada perasaan agak lega dalam diri saya.. Sampai rumah sypun bercerita kepada simbok, tentang pertemuan tadi.. Simbok agak sedikit marah, tapi simbok tau kalo semua ini sy lakukan semata-mata karena kita**/
Peduli dengan mbak kinasih, malamnya pun sy bermimpi bertemu mbak kinasih, dengan wujud terbaiknya, disitu dia berkata "suwun yo bin, wes ngupokoro, & gemateni aku" (makasih ya bin, sudah mengurus & peduli denganku)... Sayapun terbangun, dan lagi2 mendengar suara lonceng itu..
Sy menangis, takut bercampur sedih, loceng itu dekat sekali, seperti ada dibalik jendela kamar, sypun terus berdoa, & ada ketukan keras dijendela "brakkkkkkkk" di ikuti oleh suara yg menyuruh sy untuk diam "Sssssstttttt...ssssssttt...stttttt " sayapu sejenak mengentikan doa..
Dan terdengar kata yg sangat jelas kata itu adalah "AJI..AJI..AJI", & gangguan itu hilang, sy pun terjaga hingga pagi hari...
Kejadian-kejadian selama ini hampir membuat sy depresi, karena sudah tidak kuat lagi, sypun curhat ke seorang ustadz tentang apa yg sy alami..
Dan menurut pak ustadz, memang benar dulu selain depresi mbk kinasih juga terkena teluh, berupa jin.. Tapi pak ustadz tidak mau menyebutkan siapa yg mengirim teluh itu, beliau hanya menyarankan sy untuk membaca surat yasin 11x ... Untuk menetralkan suasana dirumah..
Walaupun sebenarnya sy tau siapa yg mengirim teluh itu, & menurut sy sih, keluarga aji...semoga benar Ingatkan?Aji Orang yg pernah melamar mbk kinasih namun ditolak, dikuatkan oleh suara tempo malam "AJI..AJI..AJI"..
Singkat cerita setelah sy membacakan surat yasin 11x, suasananya menjadi lebih tenang.. Walaupun suara lonceng itu kadang masih terdengar, tapi saya mulai terbiasa.. Bertahun berlalu, Awal tahun 1972, bapak mbk kinasih meninggal, & selang setahun ibunya pulang ke rumah asalnya*
Di semarang, & memutuskan untuk menjual rumah serta 6 dari 7 tempat penggilingan padi miliknya, yg mana salah satunya diwariskan ke saya, & ditahun yg sama juga sy menikah... Saya memboyong simbok serta istri, Dan tinggal tidak jauh dari rumah "Mbak kinasih"
Sampai sekarang cerita ini di tulis, rumah itu masih dihuni oleh sebuah keluarga, dan sampe sekarang juga ada banyak kesaksian yg mengatakan "suara loceng itu masih ada, terdengar di tengah malam...
-------- Sekian ------
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kali ini saya akan menceritakan sebuah pengalaman ganjil sekaligus ngeri dari seorang kerabat, yg bersaksi bahwa ia pernah tersesat di 'Pasar Setan', cerita ini terjadi sudah cukup lampau, yakni kisaran tahun 1994-95, tapi bagi nara-
-sumber, setiap detilnya masih membekas, bahkan menyisakan trauma yg cukup dalam.
*****
Jawa Tengah kisaran tahun 1994-95,
Pada suatu sore..
"Mbok dikirim besok pagi saja to Le". Kata seorang ibu kepada anaknya yg sedang menali 3 ekor kambing di atas mobil baknya.
"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror
Sebelumnya Part 12 :
Part 13 ( Akhir ) :
****
“GUMBOLO PATI #13”.
Pukul 05.30 pagi..
Sampai Pagi ini Darwis &Pak Dirja masih terjaga di dalam kamar, tampang-tampang lesu & kelopak mata yg agak menghitam, terlihat jelas di pa-
"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror
Perjalanan Pak Dirja dan Darwis menuju desa Turi..
“Alon-alon penting tekan nggih Pak..”.
(Pelan-pelan yang penting sampai tujuan ya Pak). Kata Darwis yang agaknya mulai mengerti kenapa ayahnya sejak berangkat tadi mengendarai mobilnya dengan cukup pelan.
"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror
Bagian sebelumnya di @X :
Selanjutnya di @karyakarsa_id : 11.
12.
13. (Tamat) - ongoing.
*****
GUMBOLO PATI #11
Tiga hari berlalu sudah, sejak ‘Bedhong Mayit’ itu di ambil kembali dari almarhum Pak-
"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror
Part sebelumnya #9
On @karyakarsa_id
10. 11. 12.
13 -Tamat. (On going)
“GUMBOLO PATI” #10.
Sore ini, sekira pukul 16.00.
Tampak Pak Dirja & Darwis sudah berada di dekat mulut-