Sayyidina Abu Bakar RA, kredibilitasnya sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW, tak diragukan lagi. Tapi ingat, Abu Bakar pernah ribut dengan sahabat Rabi'ah bin Ka'b ketika memperebutkan kepemilikan pohon kurma. Abu Bakar menangis ketika Nabi memutuskan pohon kurma itu milik Rabi'ah.
Batang pohon kurma itu menancap di tanah milik Rabi'ah. Sementara pangkal pohon kurma condong ke tanah Abu Bakar. Inilah awal perselisihan kedua sahabat Nabi SAW sehingga Nabi turun tangan.
Sahabat Muadz bin Jabal, selain punya utang menggunung, dia ditengarai pernah memukul istrinya karena sang istri memberi apel yang telah digigitnya kepada budak mereka. Muadz marah dan memukul istrinya. Niat Muadz baik. Tapi memukul itu tak baik.
Nabi Muhammad SAW, manusia mulia. Beliau tak sekadar mengurus persoalan besar dalam dakwah Islam tapi konflik-konflik kecil antar sahabat, Nabi turun tangan. Termasuk utang-utang Sahabat Muadz bin Jabal. Di luar kemuliaan para sahabat, ada sisi manusiawi yang sama dengan kita.
Selain mengenal Nabi Muhammad SAW, alangkah baiknya mengenal kehidupan para sahabat Nabi. Banyak sekali yang bisa dijadikan ibrah untuk kehidupan kita.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Mosok untuk melawan pemikiran Yai @saidaqil soal keberadaan Allah pakai surat Al-An'am ayat 95? Terlihat gak belajar dengan baik.
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi sampai Mulla Sadra sudah membahas tentang wujud-Nya. Jadi Yai @saidaqil cari sensasi saja..
Yai @saidaqil ini orangnya plin plan. Pengalaman ya. Pas beri tausyiah di tempat pengajian saya, dia bilang pengajian kami benar sesuai Alquran dan Hadis juga Sunah. Giliran dipanggil Kemenag Batam, pengajian kami dianggap sesat. Kalau di bawah Jatman @HabibluthfiYahy ya ga sesat
Akhirnya pas bertemu di UIN Jakarta, saya tanya ke Yai @saidaqil kenapa bilang pengajian kami sesat? Dia bilang saya gak bilang sesat kok.
Duh, padahal kami punya rekaman dan saksi yang hadir pas di Kemenag Batam kalau Yai Siradj bilang sesat.
Pembinaan anak-anak yatim, mempelajari ejaan Bahasa Inggris terkait ucapan, pronunciation.
Yang datang, tentu lebih sedikit ketimbang pas santunan. Tak apa. Disabari dan ditelateni. Ngasuh anak-anak yatim harus sabar.
Yang ngajar anak saya, semester 9, Jurusan Sastra Inggris.
Konsep saya di Majelis Sahabat Yatim, tak sekadar memberi santunan setiap #JumatBarokah tapi pembinaan pada #AhadCeria. Di luar dua kegiatan tersebut, menopang kebutuhan mereka terkait kebutuhan sekolah.
- Saya membaca dan mengamati, sebagian kawan yang sering berinteraksi di linimasa, ada ego berlebih. Sekadar minta didoakan, pun tak mau. Merasa didoakan akan merendahkan dirinya. Mendoakan, pun tak mau.
2. Ego ini yang memberangus laku lampah seseorang. Merasa jadi selebtwit, merasa tokoh, merasa kenal banyak tokoh, merasa punya harta berlebih, terus mengerangkeng gengsi berlebih. Tak mau didoakan dan tak mau mendoakan.
Egosentris, menjadi diri sebagai pusat. Ini virus.
3. Sholat jamaah itu mengubur ego dalam diri. Potensi-potensi individu diredam, diarahkan ke satu titik pusaran.
Sholat jamaah itu cara paling ampuh tuk menutup celah sikap egosentris. Karena perputaran gerak dalam sholat itu ada pada satu komando, imam.
Kalau ngaku pendosa dan ingin memperbaiki diri, malah gak sholat?
Kalau ingin ada sedikit perbaikan dalam laku lampah kita, mulai dari sholat. Ini saya rasakan sendiri sebagai orang yang bergelimpangan maksiat. Saya mewajibkan untuk diri sendiri, sholat jamaah itu wajib.
Sholat jamaah itu sunah muakkad. Tapi tak apa mewajibkan untuk diri sendiri.
Begini. Orang mengharamkan rokok untuk diri sendiri, boleh. Tapi tak boleh mengharamkan untuk orang lain. Ini ikhtilaf. Loh kan ada Fatwa MUI dan Muhammadiyah. Hukum fatwa seperti ini tak mengikat.
Orang yang mencela para perokok tapi dia sendiri nenggak wine, khmar. Ini ngawur. Khmar itu sudah ada ayat Alquran, haram. Kalau rokok, Fatwa MUI dan Muhammadiyah, itu mengambil ayat terkait sikap mubazir dan barang yang merusak tubuh. Tapi tak ada satu ayat pun tentang rokok.
1. Baru kelar keliling ke rumah anak-anak yatim, bersedekah. Sebagian sedekah dari kawan-kawan Twitter. Moga Allah ridho. Saya share ini sekadar report ke kawan-kawan yang bersedekah. Sedekah menambah keberkahan, mengugurkan dosa-dosa kecil.
Jadi bukan gelar akademik atau profesor tapi soal pemahaman. Pernah diajar Prof Dr.... Matkul Tasawuf. Saya tanya, "Prof, ikut tarekat apa atau pernah menjalani laku tasawuf tanpa tarekat?" Dijawab tidak kedua-duanya.
Ya pantas saja, pandangannya ngambang. Gak membumi.
Gelar akademik boleh berderet tapi itu tak jadi jaminan, memahami semua persoalan. Ada yang merasa ilmu agamanya mumpuni tapi pas menafsir ayat berdasarkan rasa tidak suka ke kelompok lain sehingga tafsirnya jadi bias. Subjektivitasnya mengubur objektivikasi.
Contoh lain. Pak @mohmahfudmd ini minimal punya basic agama tapi pas bicara agama, amat tendensius. Mengambil tafsir ayat Quran sesuai persepsi dia untuk menghardik ke kelompok yang berbeda paham dengan dirinya