1. Soal #COVID19 ada pertanyaan yang belum pernah ada jawaban. Ada yang bilang vaksin itu hak warga negara.

UU juga memberi hak: informed consent. Untuk itu, pasien bertanya, dan stakeholder lainnya memberi penjelasan.

Tentu dengan kondisi real, bukan ideal.
Sepakat gak?
2/ Isu utamanya:
A. Penerapan servax/aplikasi
B. Mitigasi
C. Long-term safety

Jadi dari sini sudah clear, ya.
Kita sepakat pandeminya ada. Menjadi clear juga saya bukan antivax.

Tentu ada perbedaan besar antara antivax dan berhati-hati. Apalagi ini soal resiko dan dampak.
3/ A. Servaxx/aplikasi
Ada yang bilang servax ini sudah ada sejak doeloe kala.
=> Bener. Dulu ada kartu vaksin. Setiap vaksin, ada catatan di situ. Kalau anak-anak saya di buku sejak D-1, semua record ada. Label vaksinnya ditempel.

Tujuannya: medis, supaya gak terlewat.
4/ Ini contohnya.

Anak saya 26 Maret 2021 dapat Hexaxim.
Berkat catatan ini, saya sudah tau, Maret 2022 anak saya harus dapat dosis kedua MMR.

Buku ini, sekaligus bukti bahwa saya bisa bekerja sama dengan Dokter agar anak #Indonesia sehat.

Prof. @amanpulungan @ProfesorZubairi
5/ Tapi apakah itu yang berlaku dengan #sertifikatvaksin #servaxx #VaccinePassports ?
Pertanyaan saya berikutnya, apakah servax itu sesuai dengan tatalaksana sistem kesehatan?

Karena faktanya, servax tidak sama dengan buku vaksin.
Prof. @DokterAri Dokter @__Sridiana_3va
6/ Bentar, [THREAD] belum selesai.
Threadreadernya jangan disenggol dulu.
🤭🤭🤭
7/ Apakah wajib setiap anak vaksin flu sebagai syarat masuk sekolah? @idai_tweets

Sependek pengetahuan saya tidak. Tapi anak saya tetap divaksin flu. Bahkan sejak sebelum PANdemi. Ini sekaligus bukti saya percaya hybrid immunity.

Dokter @tonangardyanto
8/ Apakah saya tidak khawatir dengan jadwal vaksin yang bertubi untuk anak saya?

Jawabannya: tidak.
100% saya optimis vaksin ini efektif. Soal efikasi, lain hal. Tapi yang terutama, saya tidak khawatir KIPI atas vaksin itu.

Mau 30 menit setelah vaksin, seminggu, sebulan.
9/ Vaksin #COVID19 gimana?
Ukurannya 30 menit. Setelah itu pulang. Soal H+1 ada problem, dianggap lain. Bisa komorbid atau penyakit lain yang muncul sebagai reaksi.

Tapi bukan vaksin. 🤭🤭
Padahal bisa aja hipotesanya: tanpa divaksinasi, reaksinya muncul? @VFathun @LtdAkbar
10/ Sebelum lanjut, intinya adalah, bisakah kita stop labelisasi percovidiotan, antivax dan sejenisnya itu, apalagi seolah dapat dukungan dari pendukung science.

Karena intinya, yang dinantikan banyak orang adalah jaminan safety masa depan.

@CumaDokter
11/ Konsekuensinya:
A. Kalau tidak ada jaminan long-term safety
B. Kalau belum ada studi yang bisa membuat kita semua berada di tingkat keyakinan yang sama

Bukankah secara etika kedokteran:
A. Primum non nocere
B. Kita perlu mengacu prinsip autonomy

Apa itu terjadi sekarang?
12/ Kan sudah ada ijin @BPOM_RI
Tapi ijin itu kan EUA. Dalam penggunaan obat-obatan kan ada status EUA dan EBM.

EUA kan punya limitasi, dan EUA bukan ijin edar.
Terpenting manfaat > resiko.

Isu: kalau tetap ada resiko KIPI, salahkah kalau ada pasien mau menunda vaksinasinya?
13/ Ini kan pandemi #COVID19
Tapi faktanya, pasien sembuh di atas 90%
Vaksinasinya 33% (baru 18% double dose)
Kasus baru per mil 9,8%, terendah di SEA.

Kenapa kita tidak mempelajari ini?
Bukankah ini keberhasilan bersama?

Reaksi: gak bisa begitu ini pandemi berbahaya.
14/ Saya sepakat.

Tapi angka-angka itu sangat baik untuk dipelajari.
Apakah angka itu karena rakyat yang patuh prokes? Apakah tool lainnya berfungsi maksimal?

Kan mungkin saja keberhasilan ini karena kita berhasil menekan transmisi dengan mask up?

15/ Tapi angka korban tinggi.

Betul. Itu sangat disayangkan.
Tapi persoalannya, apakah:
A. Early treatment kurang maksimal
B. Komorbid
C. Faktor usia
D. Infrastruktur fasker

Yang pasti 33% vaxxed itu sekarang.
Per Juni baru 20% vaxxed (17% 2x)
16/ Saya perhatikan proses screening.
Apakah cukup petugas bertanya: Bapak ada komorbid? Tidak.
Sementara Bapak itu tidak membawa rekam medis, dan tidak pernah bergejala, dan bahkan tidak sadar BMInya > 30.

Dalam kondisi seperti ini ada masalah, apa salahnya di komorbid?
17/ Salah pasien? Ya gak elok kalau menyalahkan pasien. Dengan ongkos kesehatan yang mahal, apakah salah pasien tidak rutin MCU?

Tanpa MCU, bagaimana seseorang bisa tahu, contoh, dia punya DM. Kalau dia gak tau penderita DM, apa yang harus dikontrol?
18/ Padahal, syaratnya, boleh divaksinasi ASAL terkontrol.

Karena itu, haruskah kita menutup mata kondisi kita tidak ideal dengan SOP vaksinasi yang ditetapkan negara maju?

Mungkin juga kan, kondisi itu menjadi faktor tingginya angka fatalities?

19/ Kalau mungkin, kenapa kita gak buka breakdown angka-angka itu.

Berapa sebenarnya jumlah komorbid pemicu fatalities pasca vaksinasi di Indonesia.

Karena di NYS, regardless status vaksin, 87,1% fatalities ada di kelompok umur 60th++ dengan komorbid.
20/ Bukankah dengan angka-angka itu bisa kita tegakkan hipotesa soal long term safety?

Toh faktanya, semua Dokter pasti tau, sudah ada bukti efektivitas vaksin itu gak 100%. Itulah diperlukan booster. Tapi apa KIPInya meninggalkan duka?

Dokter @LtdAkbar
21/ Data-data itu boleh dibahas bersama.
Harapannya, kita bisa punya mitigasi yang baik untuk menghadapi lonjakan.

Termasuk, kembali menghormati prinsip primum non nocere. Pun menerapkan prinsip autonomy pasien untuk menentukan pilihan medikasi.

Bukankah begitu seharusnya?
22/ Selama ini begitu?
Ya tidak. Ambyarnya sertifikat itu.

Sertifikat vaksin sudah mengabaikan etika. Tidak ada lagi sifat autonomy dalam mengambil keputusan untuk pilihan medis manusia.

Sampai ada ners yang bertanya kepada saya: jadi maunya gimana? 🙈🙈
23/ Dengan kondisi yang sudah disebutkan, kalau:
A. Belum yakin kita soal resiko yang muncul
B. Terjadi fatal karena ternyata pasien tidak ada rekam medis yang biayanya mahal
C. KIPI berat muncul 3 hari, 7 hari pasca vaksinasi
D. KIPI jangka panjang
24/ atas kemungkinan di no. 23, kalau promosi vaksinasi dan sertifikat vaksin tidak dicabut, apakah prinsip non nocere, autonomy masih kita tegakkan bersama dalam dunia kesehatan kita?

Inikah tatanan sistem kesehatan yang kita harapkan?

Dokter @LtdAkbar
25/ Kalaulah memang PANdemi ini harus diselesaikan dengan vaksinasi, kenapa begitu lama kami nantikan, semua stakeholder kesehatan: @PBIDI @idai_tweets dan lainnya duduk bersama, seraya umumkan:

"Kami nyatakan vaksin #covid19 aman untuk kita semua, sekarang, besok dan nanti."
26/ Dengan T&C di no. 25, jangan ada keraguan vaksin. Mau ditunda bansosnya, silakan. Tapi bukan #servaxx

Kalau no. 25 tidak mungkin, apa elok, bila ada ahli rajin mengedukasi vaksin, servaxx, tapi menghindari faktor moral saat diskusi soal resiko.
#KIPI

27/ Soal KIPI, kalau kita mau hindari istilah dampak atau resiko, dari 33% vaxxed di Indonesia, sudahkah mereka dapat edukasi soal KIPI?

Bagaimana kita berharap mereka yang mengalami KIPI melakukan tindakan yang seharusnya?

Disclosure:
Bukan spesifik KIPI vaksin #COVID19
28/ Sudah. Ada kontak petugas yang bisa dihubungi bila ada KIPI.

Pertanyaannya:
Apakah ada edukasi, sehingga pasien punya informasi cukup untuk mengategorikan KIPI yang dialami?

Mereka hanya dapat jawaban: itu bukan karena vaksin. Padahal, jenis KIPIpun ada yang koinsiden.
29/29 Karena masih banyak persoalan, ada yang bilang: soal kebijakan bukan kewenangan Dokter.

Bener sekali ini.
Tapi, bukankah dengan berimbang kita bersama-sama menjunjung salah satu prinsip yang menjadi etika kedokteran: Primum non nocere?

Cc:
@PBIDI @idai_tweets

Tabik.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Tunggal Siregar

Tunggal Siregar Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @TunggalSRegar

12 Sep
1/ Florida adalah studi sempurna infodemic #COVID19 yang melibatkan account @Twitter centang biru.

[THREAD]
2/ Untuk menjawab pertanyaan seolah saya antivaxx, foto ini clear bahwa semua anak saya imunisasinya full, termasuk booster.

Bahkan saat katanya di Jakarta langka MMR, anak saya sudah dapat MMR. Sekarang saya dengar MMR sudah diganti MR @idai_tweets

Jadi, saya bukan antivaxx.
3/ Saya yakin, saya tidak sendiri.
Banyak orang tua Indonesia yakin, imunisasi adalah salah satu bentuk kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya.

Buktinya, sebelum ini posyandu penuh, apalagi kalau ada doorprize susu 200g dari sponsor. @idai_tweets @PBIDI
Read 30 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(