gil Profile picture
Nov 8, 2021 136 tweets 24 min read Read on X
----- "KEMBAR SEDARAH" ----
--------- Rampas jiwo ---------

[A THREAD]
#threadhorror #ceritamisteri #utashorror #ceritahorror #bacahorror #ceritaht #IDNhorror #tweethorror Image
"KEMBAR SEDARAH rampas jiwo"

Masih tergolong cerita horror klasik nih, tentang anak kembar yg jiwanya tertukar setelah salah satu dari mereka meninggal..
silahkan like & RT utas ini dulu..
#kembarsedarah #rampasjiwo
Temanggung, jawa tengah, pertengahan mei 1984,

Mungkin bagi pasangan petani, pak Kabul dan Bu sumiyati, tahun ini adalah tahun yg sangat menggembirakan, karena setelah penantian selama kurang lebih 5 tahun, akhirnya mereka di karuniai 2 anak laki - laki kembar identik yg sehat.. Image
Anak itu adalah "Pungkas dan Rampak", meski hanya petani, Pak kabul dan bu sumiyati ini tergolong petani yg cukup mapan dan terhormat kala itu, sawahnya luas dan ada dimana-mana, wajarlah, karena selain ulet mereka sama-sama berasal dari keluarga priyayi..
Yg tentunya mempunyai banyak warisan dari leluhurnya..

kelahiran si kembar "Pungkas & Rampak" ini tentunya disambut dengan penuh suka cita oleh pak kabul, terbukti saat si kembar "Puputan" (terlepasnya tali pusar) Pak kabul mengadakan slametan dengan pertunjukan wayang kulit.
Karena biaya pertunjukan wayang ini terbilang mahal, pak kabul sempat dinilai berlebihan oleh keluarga besarnya, tapi bagi pak kabul pertunjukan wayang kulit ini adalah wujud bersyukurnya beliau, atas lahirnya si kembar, karena sebelumnya Pak kabul dan bu sumiyati**
**juga Sempat putus asa karena tidak kunjung mempunyai momongan, tentunya bagi keluarga pak kabul kelahiran si kembar ini adalah kebahagiaan berlipat ganda yg diberikan oleh Tuhan, tahun demi tahun berlalu,
merekapun hidup layaknya keluarga pada umumnya..
Si kembar Pungkas & Rampak pun Tumbuh semakin besar, mereka ini bisa dibilang sangat identik, karena dari segi fisik mereka terlalu mirip, sampai kadang orang-orang sekitarnya sulit membedakan antara mana yg rampak dan mana yg pungkas.
Tapi kalau di cermati sebenarnya mereka berdua tentu ada pembedanya..yg mencolok tentu ada pada sifatnya,

si Rampak cenderung lebih aktif, usil dan sedikit nakal, beda halnya dengan Pungkas yg kalem, pendiam, namun logat bicaranya agak cadel.
Pungkas dan Rampak ini adalah Sikembar yg tidak terpisahkan, dimana ada si pungkas, pasti disitu ada si rampak, bahkan ajaibnya bila salah satu dari mereka sakit, misal demam atau masuk angin dll, pasti satunya juga ikut sakit.
Bertahun berlalu, Pungkas dan rampakpun bersekolah seperti anak pada umumnya, mereka berada di kelas dan sekolah yg sama.. Semakin bertambah umur perbedaan mereka semakin mencolok, pungkas yg pintar di sekolah namun penakut dan sering di bully dan**
***Rampak yg kurang dalam akademiknya namun pemberani dan suka berkelahi, pernah di suatu kesempatan, waktu itu kelas 3/4 SD, Rampak menghajar kakak kelasnya, setelah si Pungkas mengadu kalo dia baru saja di "palak" oleh kakak kelasnya itu,
Perkelahiannya cukup brutal untuk seukuran anak SD, memang si Rampak menang, tapi Orang tua rampak & pungkas harus dipanggil ke sekolah karena kakak kelas yg dihajarnya terluka cukup parah sampai harus mendapatkan jahitan di kepalanya..setelah dipopor dengan batu oleh Rampak.
Meski kasar dan suka berkelahi Rampak bukanlah pembuat onar, dia hanya akan bertindak bila ada yg memulai, atau ada yg "menyentuh" saudaranya.. Bahkan yg harusnya lebih kuat, justru rampaklah yg selalu mengalah dengan Pungkas, misalnya soal mainan atau yg lainnya..
Sehingga Tidak seperti saudara sedarah pada umumnya, Rampak dan pungkas tidak pernah sekalipun berantem..mereka berdua sangat akur.. Untuk urusan makan saja mereka akan saling menunggu, terutama si pungkas, yg tak mau makan bila saudaranya belum duduk bersama di meja makan..
Singkat cerita, setelah Bertahun berlalu, tepatnya di tahun 1994, saat Rampak dan pungkas menginjak umur 10 tahun, terjadi satu kejadian yg akan merubah keluarga ini selamanya.. Kejadian ini cukup tragis dan sangat mengejutkan..
Waktu itu bulan puasa, tepatnya 3 hari sebelum lebaran, seperti biasanya anak2 akan dibelikan baju baru, waktu itu Pungkas dan rampak di ajak oleh pak kabul ayahnya ke pasar untuk membeli baju, dengan dibonceng 3 mereka hendak berangkat ke pasar..
Ibu sumiyati istri pak kabul sempat tak setuju bila rampak dan pungkas ikut ke pasar karena hari itu langit terlihat sangat mendung.. Tapi karena si kembar terus merengek, akhirnya merekapun dibolehkan ikut ke pasar, sementara ibunya menunggu di rumah sendiri..
Entah kenapa saat itu Bu sumiyati seakan mempunyai firasat yg tidak enak, tapi dia tidak tahu apa itu, dengan gelisah diapun menunggu dirumah.. Sementara di pasar rampak dan pungkas tampak riang memilih baju barunya..setelah mendapatkan baju yg diinginkan merekapun pulang..
Di separuh perjalanan terjadi hujan yg begitu lebat, pak kabul sempat menepi dan memakai jas hujan, tapi saat ingin melanjutkan perjalanan pak kabul sempat urung, karena hujannya sangat lebat waktu itu, tapi si kembar terus saja merengek minta pulang, pak kabul pun**
Kembali melanjutkan perjalanannya, posisinya pungkas di tengah dan rampak di paling belakang, pak kabul mengendarai motor dengan agak lambat,karena derasnya hujan kala itu cukup menghambat penglihatan pak kabul, tapi sekira setengah KM, kemudian hal tragis terjadi..
Satu Pohon Mahoni, tumbang tepat saat mereka melintas, na'asnya bagian dari pohon itu ambruk mengenai bagian belakang motor yg mereka naiki, motorpun sempat standing dan oleng sampai mereka bertiga terjatuh.. Image
Tapi disini "Rampak" tak selamat, karena sebagian dari pohon yg ambruk itu, ternyata mengenai kepala bagian belakang dan tenguk "Rampak", belakang motornya tampak ringsek.. Pungkas menangis pak kabul juga tak mendapatkan luka yg cukup berarti..
Tapi diantara derasnya hujan, pak kabul melihat "Rampak" yg tertelungkup di tengah jalanan, terlihat darah segar keluar dari telinga Rampak, dengan panik pak kabul segera menghampirinya, namun saat akan menggendongnya.. Pak kabul seketika menangis melihat**
Bagian dari leher si Rampak sudah terkulai kebelakang, "nampaknya leher rampak patah", dengan histeris pak kabul berteriak meminta pertolongan sembari memeluk Rampak yg sudah tidak bernafas lagi, pungkas yg melihat keadaan saudaranya seketika ikut menangis..histeris..
Tangisan mereka berdua memecah bisingnya hujan kala itu, hingga akhrinya warga sekitar mulai berdatangan.. Pak kabul dan pungkas di papah menuju rumah terdekat, sementara sebagian warga berhujan-hujanan memayungi jasad si rampak.. Menunggu petugas evakuasi datang..
Pak kabul sempat pingsan beberapa kali, saat menyadari bahwa Rampak tak tertolong, sementara pungkas disini tak henti2nya menangis, hingga akhrinya beberapa saat kemudian kabar duka ini sampai ke telinga ibu sumiyati,

----- Bersambung -----
Kabar ini tentunya sangat mengagetkan, dengan tergopoh-gopoh ibu sumiyati datang ke lokasi, di antar oleh tetangganya, beliau awalnya tak tahu bila Rampak sudah tertolong, sampai akhirnya bu sumiyati melihat sendiri jasad Rampak anaknya di tengah jalan.. Image
Bu sumiyati langsung histeris dan pingsan, sementara pungkas sudah berhenti menangis, tapi dia terlihat diam dan kosong, seakan bingung mencerna tentang apa yg baru terjadi.. Singkat cerita akhirnya jasad Rampak di bawa pulang, untuk dimakamkan..
Tentunya kepergian Rampak ini membawa duka yg cukup dalam di keluarga pak kabul, terutama untuk si pungkas, dari proses disolatkan sampai akan dikuburkan pungkas kembali histeris dan menangis, menangisi saudara sekaligus sahabatnya itu..
Tak henti-hentinya pungkas ingin memeluk tubuh saudaranya yg sudah di kafani itu,

"NEK SAMANG MATI, NJUK ENYONG KARO SOPO?? OJO MATI RAMPAK!!"
(kalau kamu mati, terus aku sama siapa?? Jangan mati Rampak!!)

Dengan terisak Pungkas berkata begitu, didepan jasad Rampak..
Tangisannya begitu jujur, sampai kerabat dan tentangganya ikut menangis melihat kesedihannya, singkat cerita malampun tiba, selepas prosesi tahlilan, terlihat pungkas yg sedang bermain gasing bambu di teras depan rumahnya, tatapanya terlihat sayu memendam kesedihan..
Mas Kohar sepupu pungkas sekaligus nara sumber dari cerita ini.. Mendekati pungkas yg sedang bermain gasing didepan rumahnya.. Pilu sekali, terlihat sepasang sandal jepit bertuliskan "Rampak" di depan putaran gasing bambu yg bersiul..disitu pungkas jongkok melamun mengamati**
***putaran laju gasing itu, seolah-olah dia tengah bermain dengan saudara kembarnya, disini mas kohar tak bisa membendung air matanya, dia langsung berlari ke depan tungku perapian di dapur, dan menangis... Pak kabul yg melihat mas kohar masuk sambil menangis sontak**
Ingin tahu apa yg terjadi, pak kabulpun keluar ke teras depan rumah, melihat pungkas yg bermain gasing didepan sandal yg bertuliskan "Rampak", beliau langsung menangis bak anak kecil, sambil memeluk si pungkas..

"Sing kuat yo ndul" (yang kuat ya nak) pak kabul mencoba**
Mengatakan kata2 yg saat itu masih mustahil diterapkan pada dirinya sendiri itu..pungkas hanya terdiam tak menangis, namun tatapannya kosong..Pungkaspun di gendong dan dibawa masuk ke dalam rumah oleh pak kabul.. Haripun berlalu..
---- Gasing RAMPAK ----

Sudah Hampir 40 hari, setelah kepergian rampak, si Pungkas kini mulai bersekolah, sejak meninggalnya Rampak, dia kini menjadi anak yg pemurung dan lebih pendiam, tampaknya dia masih berkabung atas meninggalnya rampak.. Image
Dan Ada satu kejadian janggal, kali ini dialami oleh bu sumiyati.. Waktu itu sekitar jam 10 pagi, Pungkas sedang bersekolah dan pak kabul sedang tak ada dirumah, bu sumiyati tengah menyapu ruangan dirumahnya, sesekali dia menghela nafas panjang ketika membereskan barang**
**milik anak-anaknya, nampaknya mas berkabung belum selesai juga bagi bu sumiyati, usai menyapu ruangannya bu sumiyati duduk di ruang tamu, dipandanginya foto "Pungkas dan Rampak saat balita" yg tertempel di tembok ruangan itu, nampak lucu sekali*** Image
Tak terasa air mata bu sumiyati menetes, mengingat kembali, satu putranya "Rampak" sudah tiada, sambil memukul-mukul dadanya bu sumiyati mencoba menguatkan hatinya... Aku kudu kuat!! Ucap bu sumiyati dalam hatinya.. Tapi seketika momen itu terpecahkan***
**oleh suatu suara, bu sumiyati mencermati suara itu, yg ternyata berasal dari kamar pungkas dan rampak.. "Suara siulan gasing bambu", beliau sangat tak asing dengan suara ini karena itu adalah mainan yg disenangi anaknya.. Image
Tapi yg jadi pertanyaan, siapa yg memainkan gasing itu? Sedangkan Pungkas masih berada di sekolah.. Bu sumiyati mulai berfikir yg tidak-tidak, "Apakah ini Rampak" bu sumiyati bertanya dalam hati.. Dengan sedikit keraguan dan secuil keberanian, beliau mendekati sumber suara itu..
Dengan perlahan dia membuka kamar anaknya itu, suara siul gasing masih terdengar nyaring dan jelas.. Dan setelah kamar di buka, benar saja ada gasing yg sedang berputar di lantainya.. Bu sumiyati tercengang melihat itu, seiring pergerakan gasing yg kian melandai dan berhenti..
Di pungutlah gasing itu oleh bu sumiyati, seketika tubuhnya gemetar, air matanya tak bisa terbendung lagi ketika melihat nama "Rampak" tertulis di pinggiran gasing bambu itu.. Bu sumiyati menangis bersimpuh di lantai kamar anaknya.. Hingga beberapa saat kemudian Pak kabul datang.
Melihat istrinya menangis, pak kabul langsung menghampiri dan menanyakan apa yg terjadi, bu sumiyatipun menceritakan semuanya, pak kabul sebenarnya disini agak ragu dengan cerita istrinya.. Tapi dia mencoba bijak dan menenangkan.
"Wes mak sing sabar, dewe kudu ikhlas, ojo nganti pungkas ngerti, mesakke"

(sudah buk, yg sabar, kita harus ikhlas, jangan sampai "Pungkas" tahu, kasihan)

begitu kata pak kabul mencoba menenangkan istrinya..
Tak selang beberapa lama, Pungkas pun pulang dari sekolah, dengan muka lesu dia langsung masuk ke kamar, tanpa menyapa bapak dan ibunya yg saat itu tengah duduk di ruang tamu... Dari luar bu sumiyati menawari pungkas untuk makan siang, tapi nampaknya siang itu pungkas sedang tak*
**mau diganggu, hingga sore menjelang barulah pungkas keluar dari kamarnya dan makan, pak kabul dan bu sumiyati tentu sangat mengerti perasaan pungkas akhir-akhir ini, sehingga mereka memutuskan untuk tak banyak memberi nasihat sementara ini..
Singkat cerita malampun tiba, sekira pukul 1 dini hari, suara gasing itu kembali terdengar, bu sumiyati yg pertama terbangun, segera membangunkan pak kabul..

"Pak!! Krungu ora??"
(pak dengar tidak??) tanya bu sumiyati dengan berbisik..
"Ho.o mak"
(iya buk) jawab pak kabul..

Pak kabul yg ingin segera memeriksanya sempat ditahan oleh istrinya, namun akhirnya mereka berdualah yg memeriksa.. Sampai di kamar pungkas, pak kabul langsung membuka pintu, disitu terlihat pungkas sedang bermain gasing..
Dengan lembut pak kabul berkata,

"Kok durung turu to nang, ora ngantuk po?"
(kok belum tidur to nak, apa gak ngantuk?)

"ORA!!!" jawab pungkas, namun satu kata ini seketika membuat pak kabul dan istrinya tercengang, karena saat pungkas mengatakan kata "ORA" ini dia mengucapkan*
Dengan lantang.. Padahal biasanya pungkas ini logat bicaranya agak cadel, untuk meyakinkan, pak kabul kembali menanyakan pertanyaan yg sama.. dan pungkas kembali menjawab dengan nada yg lebih meninggi..
"ORA..ORA ORA!!!! NYONG ORA AREK TURU!!!"

(tidak..tidak..tidak!!! Aku tidak mau tidur!!)

dengan lebih banyak kata ini tentunya membuat pak kabul dan istrinya semakin kaget, logat bicara Pungkas ini benar2 mirip rampak, selain tdk cadel, pungkas tak biasanya berbicara tinggi**
**Dengan orang tuanya, hanya rampak yg mempunyai perangai seperti ini..

Bu sumiyati yg terbata kini mencoba berbicara..

"Pungkas!! Ayo turu, wes bengi!!"
(pungkas!! Ayo tidur, sudah malam!!) dengan nada sedikit membentak..
Dan pungkaspun menjawab :

"PUNGKAS WES TURU MAK!!"
(pungkas sudah tidur mak)
sambil jari mengarahkan jari telunjuknya ke arah tempat tidur..

"IKI RAMPAK MAK!!!!"
Sembari menoleh ke arah pak kabul dan bu sumiyati, terlihat kantong matanya yg menghitam..
Dan terucap kata lagi..

"IKI RAMPAK MAK!!!!"
(ini rampak mak!!) kemudian tubuh pungkas terkulai lemas di lantai..

Dengan menahan air mata, pak kabul menggendong tubuh pungkas ke tempat tidurnya.. Perasaannya masih bingung, apakah tadi itu benar-benar Rampak??

---Bersambung---
Hingga esokpun tiba, entah kenapa setelah kejadian semalam Pungkas kini berubah menjadi lebih ceria, sangat janggal menurut bu sumiyati, karena karakter pungkas adalah anak yg santai, kalem dan datar.. Tapi pagi itu Pungkas nampak sangat bersemangat,
Tak biasanya dia bernyanyi di kamar mandi, pak kabul dan bu sumiyati yg teringat kejadian semalam, langsung mencoba memastikan dengan bertanya pada si Pungkas, mereka menghela nafas lega setelah mendengar logat bicaranya pungkas yg masih cadel..
Pungkas pun berangkat sekolah, disini pak kabul dan istrinya sempat bertukar pandang ketika melihat si pungkas memakai sepatu dan tas milik rampak, tapi mereka mencoba untuk mewajarkannya, "terserah apa maunya pungkas" batin mereka berdua..
Setelah pungkas berangkat ke sekolah pak kabul dan istrinya duduk bersama, bu sumiyati yg pertama membuka pembicaraan tentang kejadian semalam,

"Opo mau bengi tenanan Rampak yo mas?"
(Apakah semalam itu beneran rampak ya mas??) tanya bu sumiyati dengan kalem..
Pak kabul sejenak terdiam seakan tak bisa membantah lagi, pak kabulpun berbicara panjang lebar yg kira-kira begini intinya :
"Mungkin hanya kita buk, orang yg bisa membedakan antara pungkas dan rampak hanya dengan melihat sorotan matanya atau gerak langkahnya, ***
*** yg jelas semalam "Aku" (pak kabul) melihat Rampak didalam Tubuh Pungkas, sulit dijelaskan memang, tapi aku berani bersumpah, semalam ada rampak di tatapan mata pungkas" begitu kira2 perkataan pak kabul.. Bu sumiyati juga mengiyakan perkataan itu meski matanya berkaca-kaca..
Dengan canggung Merekapun menyudahi pembicaraan itu dan kembali ke aktifitas masing-masing, sampai akhirnya sekitar jam 11 siang, pungkas pulang, tapi kali ini dia tidak sendiri, dia diantar oleh ibu gurunya, dengan baju yg kotor penuh tanah..
Setelah melihat ibunya pungkas langsung menangis dan berlari memeluk ibunya, sembari minta maaf.
"dingapuro ya mak, ning nyong ora salah, bocah kae ngece terus, muni Rampak mati, Rampak mati.. Nyong yo ora trimo to mak"

("Maaf buk, tapi aku gak salah, anak itu ngejek terus, **
**dan berkata Rampak mati..Rampak mati.. Aku ya gak terima to buk!!")

Kata ibu guru Pungkas berkelahi di sekolah, karena di bully, oleh kakak kelasnya. Dengan kejadian ini, ibu guru tidak menyalahkan pungkas, dia justru membela karena dia sangat hafal dengan sifat pungkas..
Pasti ada hal yg keterlaluan sehingga membuat pungkas menjadi semarah ini.. Dan setelah mendengar pengakuan dari pungkas tadi, nampaknya tebakan ibu guru benar.. Pantas saja Pungkas marah, itu adalah kata-kata yg tidak beradab..
Singkat cerita malam pun tiba, pungkas yg tiba2 deman terlihat sedang berada dikamarnya bersama ibunya, dia menggigil kedinginan, dalam demamnya pungkas juga sempat beberapa kali mengigau, memanggil-manggil Rampak, tidurnya tampak tak tenang..
Sampai akhirnya sekira pukul setengah 12 malam,demamnya mulai menurun dan tidurnya mulai nyenyak, ibunya pun kembali ke kamarnya dan tidur bersama pak kabul suaminya.. Sampai esokpun tiba.. Bu sumiyati dikagetkan oleh jejak-jejak kaki bercampur tanah basah yg mengotori**
Lantainya dari Teras sampai ruang tengah,

"Tapak sikile sopo kie?, lek-lek maling"
(jejak kaki siapa ini? Jangan2 maling..) gumam bu sumiyati..

Dia pun segera memberitahukan hal itu kepada suaminya.. Pak kabul yg mengecek jejak kaki itu agak keheranan..
"Iki kayane gudu maling mak"
(ini kayaknya bukan maling buk)

Karena dilihat dari ukuran kakinya, seperti bukan ukuran kaki orang dewasa.. Sejenak mereka terdiam dan saling bertukar pandang, sepertinya pak kabul dan bu sumiyati memikirkan hal yg sama!!
Merekapun bergegas ke kamar Pungkas, dan tahu apa yg mereka lihat? Waktu itu hari masih subuh, disitu terlihat pungkas yg tertidur namun sambil memeluk sebuah bambu, kakinya terlihat kotor dipenuhi dengan tanah basah, setelah dilihat lebih dekat sepertinya***
** bambu yg dia peluk adalah bambu yg tertancap di makam baru, biasanya bersifat sementara sebelum di beri batu atau kayu nisan..

Pak kabul dan bu sumiyati tentu syok melihat hal itu, seketika dia langsung berkata:

"LEK-LEK NGGON RAMPAK KIE MAK!"(jangan2 ini punya rampak mak) Image
Dengan perlahan Pak kabul melepaskan batang bambu itu dari pelukan si pungkas, dan membawanya ke teras depan rumah, sementara ibu sumiyati membersihkan jejak2 tanah itu, sambil menahan air mata..
"ONTEN NOPO NIKI GUSTI!!!"
(ada apa ini Tuhan!!) batin bu sumiyati..
Sampai akhirnya matahari mulai terbit, Pak kabul segera pergi kerumah Mas kohar, sepupu rampak dan pungkas yg paling tua... Pak kabul menceritakan apa yg terjadi dan menyuruh Mas kohar mengecek ke makam Rampak pagi itu juga.. Dan setelah dicek memang benar..
Satu bambu yg menancap di makam Rampak sudah hilang, mas kohar segera pergi menuju rumah pungkas dan memberitahukan itu kepada Pak kabul, beliau yg mengetahui bahwa itu memang benar nisan rampak, langsung lemas dan bingung..mas kohar jg tidak bisa berkata-kata lagi..
Sampai akhirnya bu sumiyati menghampiri dan mengatakan kalau Pungkas kembali demam, mas kohar dan pak kabul segera kekamar pungkas untuk melihat keadaanya, pungkas terlihat pucat badanya menggigil, atas saran dari mas kohar pungkas langsung di bawa ke klinik terdekat..
Setelah diperiksa alhamdulilah pungkas hanya demam biasa kata dokter, diapun diberi obat dan pulang..

2 hari berlalu, tepat 40 hari meninggalnya rampak, prosesi tahlilan 40harinya Rampak pun dilaksanakan, sementara waktu itu keadaan pungkas belum begitu membaik..
Si pungkas masih tertidur lemas di kamarnya, di Temani oleh mas Kohar, singkat cerita setelah prosesi tahlilan selesai, seperti biasa ada sebagian warga yg tidak langsung pulang, mereka biasanya mengobrol sampai larut malam.. Image
Mbah Tejo, salah satu sesepuh desa yg dikenal sebagai orang yg cukup mengerti tentang hal-hal spiritual.. Berkata kepada Pak kabul..

"SING SABAR LAN IKHLAS BUL, MESAKKE PUNGKAS" PIE SAIKI KAHANANE?

(yg sabar & ikhlas bul, kasihan pungkas, gimana sekarang keadaanya?)
Pak kabul agak kaget mendengar itu, memang dalam hatinya pak kabul belum sepenuhnya ikhlas dengan kepergian Rampak, dia masih merasa bersalah atas musibah kecelakaan itu..

"Nggih mbah, insha Allah kulo ikhlas" (Ya mbah, insha Allah saya ikhlas) jawab pak kabul
Kabar Soal "bambu nisan" itu belum menyebar, masih ditutupi oleh pak kabul, istrinya dan mas kohar, tapi disini Pak kabul sudah tak tahan lagi, dan mengajak Mbah Tejo masuk ke kamar Pungkas, untuk menceritakan apa yg terjadi akhir2 ini..

----bersambung----
didepan pungkas yg sedang terbaring sakit, pak kabul bercerita kepada mbah tejo tentang apa yg terjadi akhir2 ini.. Terjadi pembicaraan yg cukup panjang waktu itu, sampai akhirnya mbah tejo berkata :

"Wes, saiki rasah dipikir disik, sing penting Pungkas mari"
****
(sudah, Sekarang gak usah dipikir dulu, yg penting pungkas sembuh)

Mbah tejopun meminta pak kabul untuk memanggil istrinya untuk meminta "Puputan Tali pusar milik pungkas"
Info : Sebagian para orang tua jawa, akan menyimpan tali pusar milik anaknya yg sudah terlepas**
*** tali pusar itu akan dijemur sampai kering sebelum nantinya di simpan, tali pusar ini Biasanya digunakan sebagai "Suwuk" atau penenang saat si bocah Rewel.

Bergegas pak kabul memanggil istrinya dan menanyakan apa yg diminta oleh mbah tejo tadi.. Image
Bu sumiyati sempat lupa dimana dia menyimpannya karena memang seumur-umur rampak dan pungkas, tidak pernah menggunakan "tali Puputan itu" untuk suwuk.. Sampai akhirnya benda itu berhasil ia temukan.. Tapi ada masalah baru disini, tali pusar itu ada dua..
Dan berada dalam satu wadah, bu sumiyati ataupun pak kabul tentu saja tidak bisa membedakan mana milik pungkas dan mana milik Rampak, akhrinya mbah tejopun menyatukan tali pusar itu dalam gelas dan menyiramnya dengan air panas serta sedikit membacakan doa-doa..
"Wes iki mengko di ombekke pungkas"
(sudah ini nanti diminumkan ke pungkas) kata mbah tejo.. Tak selang beberapa lama, mbh tejopun pamit..

Malam sudah mulai larut, satu per satu warga sudah beranjak pulang, suasana rumah kembali sepi, tinggal Bu sumiyati, Pak kabul**
Dan Mas kohar yg masih disitu, dan beberapa saat kemudian terdengar suara pungkas dari kamar, memanggil ibunya, nampaknya pungkas ingin buang air kecil, dengan payah pungkas di papah oleh mas kohar menuju kamar mandi, disini mas kohar bisa merasakan badan pungkas yg panas..
Setelah dari kamar mandi, bu sumiyati teringat pesan dari mbah tejo tadi, segera dia minumkan air tali pusar itu ke pungkas, diapun kembali berbaring dan tertidur, sementara Mas kohar, pak kabul dan istrinya tetap berada di dalam kamar menunggui Pungkas..
Sekira 15 menit kemudian ajaibnya, Pungkas mulai berkeringat, bu sumiyati yg memegang jidatnya merasa lega, suhu tubuh pungkas sudah turun.. Tak selang beberapa lama pungkaspun bangun, dengan segar dan mengeluh lapar..wajar lah, sudah 2 hari ini pungkas tak selera..
Bu sumiyatipun segera mengambilkan makanan untuk pungkas, dia makan dengan sangat lahap, bahkan minta tambah.. Setelah selesai makan pungkas berkata :

"Nyong wis wareg mak, ORA ngelih maneh" (aku sudah kenyang buk, tidak lapar lagi)

Bu sumiyati yg mendengar logat itu**
Langsung tercengang, dan buru2 keluar membawa piring bekas pungkas tadi, segera dia menuju ruang tamu, terlihat Mas kohar dan Pak kabul masih mengobrol disitu..

"RAMPAK PAK, RAMPAK", begitu kata bu sumiyati dengan agak berbisik.. Segera pak kabul dan mas kohar***
Menuju kamar pungkas, dan disitu pungkas sedang duduk di atas ranjangnya sambil senyum-senyum sendiri..

"PUNGKAS!!!" kata pak kabul dengan agak berteriak,

"KOK PUNGKAS TO!! NYONG RAMPAK PAK!!!" teriak pungkas..

Disitu pak kabul, istrinya dan mas kohar hanya tertegun..
Tidak mungkin itu rampak!! Batin pak kabul, tapi disisi lain pak kabul mengenali suara dan tatapan matanya.. "dia yakin ITU RAMPAK!!",

"NDI KLAMBINE NYONG SING ANYAR PAK" (mana bajuku yg baru pak,) kata pungkas dengan logat Rampak..
Mengingat ini masih suasana lebaran, walaupun sudah kelewat bulan, sepertinya sosok Rampak di dalam Raga pungkas itu meminta baju barunya yg dulu sempat dibeli bersama ayahnya beberpa jam sebelum kecelakaan terjadi.. Bu sumiyati tentu menangis mendengar itu..
Segera dia mengambilkan baju itu, sementara pak kabul menyuruh mas kohar untuk memanggil mbah tejo..

Disitu Rampak dalam tubuh pungkas, meminta bu sumiyati untuk memakaikan bajunya, dengan agak gemetar dan menangis, beliau memakaikan baju itu..
Setelah dipakai, dia berdiri perlahan dan turun dari ranjang, dia berjalan menuju cermin kaca yg ada didekatnya, layaknya orang bercermin dia memiring-miringkan badanya,

"Wah patut tenan kie"
(wah pantas sekali ini),

Bu sumiyati dan pak kabul yg berdiri disampingnya**
***sudah tak bisa berkata-kata lagi, dan sosok Rampak dalam tubuh pungkas itu pun tetiba tertawa terbahak-bahak, entah apa sebabnya, tawanya sangat khas "Rampak", pak kabul dan bu sumiyati tentu mengenali itu..

Bu sumiyati nampaknya sudah tak tahan lagi..
Diapun berkata : "RAMPAAAKKK" sembari mendekat dan memeluknya..bu sumiyati terus menangis, sementara disini sosok pungkas kembali terdiam.. Menatap ayahnya yg masih bediri di dekatnya lewat pantulan kaca cermin.. Pak kabul yg tak sengaja beradu mata, melihat**
Kantong mata pungkas yg perlahan mulai semakin menghitam, di pantulan cermin itu pungkas tersenyum menyeringai,, firasat pak kabul sudah tak enak, segera dia tarik istrinya dari pelukan pungkas, dan setelah terlepas pungkas kembali Berkata :

"Nyong Rampak pak!!mak!!"
Dan tubuh pungkaspun terkulai lemas dilantai, segera pak kabul memindahkannya ke tempat tidurnya, dan tak selang beberapa lama mbah tejo dan mas koharpun datang.. Mbah tejo mulai menerawang apa yg sebenarnya terjadi..
Menurut pendapat mbah tejo, yg merasuki tubuh pungkas itu bukan "Rampak", tapi jin yg menyerupai atau berpura-pura menjadi Rampak, kenapa bisa terjadi? Nah menurutnya Kesedihan Pungkas yg terlalu dalam itulah yg membuat jin menjadi tertarik, untuk menyerupai sosok Rampak..
Baru kali ini mbah tejo menemukan kasus seperti ini, akhirnya mbah tejopun memberikan solusi agar pungkas di"Ruqyah", 3hari lagi, malampun berlalau dengan tenang, Esok hari pungkas bangun dengan keadaan yg bugar,namun terlihat seperti orang linglung..
Bu sumiyati yg kawatir mulai mengajaknya berbicara, tapi ada yg aneh disini, logat bicaranya berubah-ubah.. Ya!! Logatnya berubah kadang meninggi menjadi Rampak kadang kalem layaknya Pungkas...pungkaspun terlihat kebingungan setelah mengucapkan logat Rampak,
Sepertinya dia tidak sadar saat bicara dengan logat rampak, pak kabul dan bu sumiyati tentu sedih melihatnya, dengan keadaanya yg seperti itu tentu pungkas menjadi sulit untuk diajak komunikasi..jawabanya kadang tidak nyambung ketika tetiba logat rampak muncul..
3hari berlalu dengan keadaan pungkas yg seperti itu, dan tibalah waktunya untuk pungkas di Ruqyah oleh mbah tejo dan dua temannya..
Dan..

---------Bersambung--------
Prosesi Ruqyahpun dilaksanakan dengan cukup sulit.. Pasalnya sebelum diruqyah tubuh pungkas tak sepenuhnya sadar karena masih didominasi oleh jin yg kata mbah tejo berpura-pura menjadi Rampak, seperti ruqyah pada umumnya akan terjadi teriakan-teriakan dan** Image
**adu argumen dengan jin penghuni tubuh, ruqyah ini disaksikan oleh pak kabul, bu sumiyati dan mas kohar, hati mereka benar-benar yakin dan terkecoh saat mendengar suara logat khas Rampak yg keluar dari mulut Pungkas, disini bu sumiyati hanya bisa menangis..
"Nyong wegah lungo makkkk!!!"
"Aku tidak mau pergi makkk!!!"
Begitu suara rampak yg keluar dari mulut pungkas..

"Ini benar-benar Rampak!!" batin bu sumiyati..
Sempat terjadi insiden saat Mbah tejo lengah.. Rampak yg diduga adalah jin itu menyerang salah satu kawan**
**mbah tejo, memegang lehernya dan mendorong, hingga teman mbah tejo jatuh tersungkur beberapa meter.. Hingga akhirnya Ruqyahpun selsesai saat Pungkas memutahkan cairan kuning dari mulutnya.. Pungkas terlihat lemas dan hampir pingsan, di gendonglah pungkas oleh mas kohar**
Ke kamarnya..

"Insha Allah iki wes rampung"
(insha Allah ini sudah selesai)
Kata mbah tejo..

Tak selang beberapa lama mbah tejopun pamit pulang.. Waktu itu sudah hampir magrib, pungkas terlihat kini tertidur.. Selepas maghrib mas kohar, pak kabul dan bu sumiyati**
Kembali duduk dan mengobrol diruang tamu, bu sumiyati masih nampak gelisah mengingat pungkas yg belum juga bangun, dalam hatinya masih ada keraguan... Mereka kembali mengobrol panjang hingga akhirnya pembicaraan mereka terpotong karena terdengar suara siul "Gasing".
Tanpa aba-aba mereka bertiga langsung menuju sumber suara, bukan dari kamar, namun dari ruang tengah, betapa kagetnya mereka melihat Pungkas sedang bermain gasing disitu.. Pak kabul, mas kohar dan bu sumiyati hanya bisa berdiri tertegun tanpa berkata-kata..
Pungkaspun menoleh dan menatap mereka satu per satu, meraih gasingnya yg masih berputar, kemudian berdiri dan berjalan menuju kamarnya tanpa mengatakan apa-apa.. Tapi disini mereka kaget melihat cara jalannya!!
Yg agak membusungkan dadanya, mirip cara berjalan rampak!!!..mereka saling bertanya untuk meyakinkan lagi apa yg tadi dilihatnya.. Dan memang benar!! Mereka semua berfikir hal yg sama.. Sampai akhirnya pak kabul memberanikan diri untuk menyusul pungkas di kamarnya..
Namun disitu pungkas terlihat sudah tertidur dengan Gasing bertuliskan "Rampak" di genggaman tangannya..
Singkat cerita malampun tiba, mas kohar sudah pulang, sementara pungkas masih tertidur, pak kabul dan istrinya juga hendak menuju kamarnya untuk beristirahat..
Namun pastilah mereka berdua tidak bisa tidur, walau hari ini cukup melelahkan pikiran, mereka gelisah.. Menerka-nerka apa yg sedang terjadi.. Pak kabul dan bu sumiyati mengobrol panjang,hingga sekira pukul 12 malam, terdengar suara pungkas yg memanggil ibunya..
"MAKKKK MADANG MAKKK"
(mak makan mak!!) perlu diketahui, kebiasaan makan yg seperti ini adalah kebiasaan Rampak, dulu waktu rampak masih hidup, rampak selalu memanggil ibunya di tengah malam dan minta makan, memang karakter rampak dirumah lebih manja dari si pungkas..
Ibu sumiyati yg tahu itu kebiasaan rampak, kini tak memperdulikan itu lagi, dia beranjak dari ranjang tanpa mengajak pak kabul dan mengambilkan makan untuk pungkas, dia memberikan makan itu kepada pungkas dan menunggunya dikamar..
Bu sumiyati hanya terdiam mengamati pungkas makan, disini karakter rampak semakin terlihat, ketika pungkas mengelap tanganya yg terkena minyak sayur ke seprei tempat tidurnya.. Bu sumiyati yg melihat itu hanya diam saja, pungkas juga terlihat diam saja saat makan..
Tak seperti biasanya dia selalu sedikit mengkritik/memuji masakan ibunya.. Setelah makan pungkas memberikan piringnya kepada ibunya.. Dan meminta minum..
"WEDANG PUTIH MAK,,"
disini kembali lagi suara Rampak muncul.. Agak sedikit cempreng beda dengan pungkas**
Suaranya agak lebih berat dan dalam, lagi-lagi bu sumiyati mencoba tidak memperdulikan itu, diapun kembali ke dapur untuk mengambilkan minum,dan memberikannya kepada Pungkas, setelah itu pungkas lanjut tidur lagi..
Bu sumiyati yg berjalan menuju kamar, langkahnya terhenti ketika mendengar suara dari speaker masjid, dia berhenti dan mendengarkan suara itu yg nampaknya berita kematian, dan wajahnya nampak kaget ketika nama orang yg meninggal itu disebutkan.. "Bapak Imam Sutejo"
Dia mencoba mendengarkan ulangan berita itu yg biasanya memang di ulang 3 kali, dan benar memang yg di sebut adalah "Imam sutejo" alias MBAH TEJO, bu sumiyati bergegas menghampiri suaminya yg ternyata juga sedang syok mendengar warta kematian itu..
Singkat cerita esok harinya para warga termasuk pak kabul tentunya berbondong-bondong melayat ke tempat Mbah Tejo, meninggalnya mbah Tejo cukup mengagetkan desa, pasalnya mbah tejo ini terlihat bugar dan tidak pernah sakit usianya jg baru 60an saat itu..
Menurut kesaksian istrinya, beliau meninggal dalam keadaan duduk bersama istrinya, tetiba saja dia menghela nafas panjang kemudian tersungkur dilantai, apakah ini ada hubungannya dengan kasus "Rampak", itu juga tidak bisa dipastikan..
Singkat cerita haripun berlalu, Nampaknya Ruqyah tempo hari itu tidak berhasil, nyatanya pungkas masih begitu saja... Karakter rampak masih terus muncul dan semakin mendominasi... Pungkas menjadi sulit untuk berkomunikasi, pak kabul dan bu sumiyati sempat pasrah..
Dan akhirnya membuka ini semua ke keluarga besarnya, salah satu kerabatnya menyarankan untuk membawanya ke jalur medis, memang itu sedikit bekerja, saat diberi obat, karakter rampak mulai jarang muncul, tapi efeknya pungkas menjadi seperti orang linglung..
Dan lebih banyak tidur, dan tetap setiap malam karakter Rampak selalu muncul teriak meminta makan.. Sudah berbagai jalan ditempuh oleh pak kabul dan bu sumiyati, dari dukun, kyai, ustadz, sampai medis tapi tidak ada perubahan yg signifikan..
Sampai akhirnya bertahun berlalu, pungkas kini semakin kurus, tidak mau beranjak dari kamarnya, sementara itu karakter rampak semakin mendominasi, bila muncul dia akan teriak-teriak tidak jelas..yg jelas logatnya "sangat Rampak" tidak cadel..
Pernah suatu hari ibu sumiyati bermimpi di datangi oleh alm mbah Tejo, dalam mimpi itu mbh Tejo hanya mengatakan

"Ikhlaske wae, Pungkas wis di "RAMPAS" jiwane"

(Sudah ikhlaskan saja, Pungkas Sudah di Rampas jiwanya)
Mungkin itu yg disebut sebagai "Rampas jiwo"
Dengan keadaanya yg seperti itu tentu pungkas tak lagi bisa bersekolah, namun pak kabul dan bu sumiyati tetap merawatnya dengan tlaten, sampai akhirnya di Tahun 1999, di umurnya yg ke 15th ,Pungkas nampaknya sudah tidak kuat lagi menahan rindu kepada saudaranya..
Dihari terakhirnya ibunya sempat gembira karena satu hari itu, pungkas benar-benar menguasai tubuhnya..dia sempat berbicara tentang kerinduannya dengan Rampak,
Sampai akhirnya subuh hari, Pungkas ditemukan sudah tidak bernafas lagi, di atas ranjangnya dengan tersenyum kecil..
Pungkas dimakamkan tepat disamping Rampak, kini mereka benar-benar kembar yang tak terpisahkan..

Bu sumiyati dan pak kabul kini hidup sendiri, tanpa pungkas apalagi rampak..
Sampai sekarang cerita ini ditulis pak kabul dan bu sumiyati masih rutin berziarah ke makam pungkas dan Rampak setiap hari kamis..menurut kesaksian mas kohar, tidak ada satu kamispun yg terlewati.. Meski hujan sekalipun mereka selalu menyempatkan untuk menjenguk anaknya..
Semoga beliau sehat selalu

----SEKIAN----

Nara : Kohar Munthalib 2021

Song : Kasih Ibu - Dija Tlubhux #KembarSedarah #RampasJiwo

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with gil

gil Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @AgilRSapoetra

Jun 25
[HORROR STORY]

PENGHUNI LAMA

~ Jiwa-jiwa yang tertinggal ~

[A THREAD]

#bacahorror #menghorror #IDN_Horror @bacahorror @menghorror @IDN_Horor Image
Temanggung, Jawa Tengah 2007,

Malam itu, Bau asap rokok menyelinap masuk ke kamar Tari, menusuk kuat hingga membangunkannya.

Tari pun melihat kearah jam di dinding kamarnya yg menunjukkan pukul 00.30.

"Oh Mas Doni sudah pulang". Batin Tari yg menyadari bahwa bau rokok ini ada-
-lah Mas Doni (Suaminya) yg sudah pulang dari bekerja & sekarang tengah merokok di ruang tamu.

Dengan kantuknya Tari pun beranjak keluar dari kamarnya, untuk membuatkan kopi bakal sang suamui

"Mas,sudah pulang?". Ucapnya-
Read 204 tweets
Jun 17
[HORROR STORY]

PASAR SETAN ~ Alas Randu

[A THREAD]

@bacahorror @IDN_Horor @menghorror #bacahorror #menghorror #IDNhoror Image
Hi.. Lama bgt gak bikin thread ya.. :)

Kali ini saya akan menceritakan sebuah pengalaman ganjil sekaligus ngeri dari seorang kerabat, yg bersaksi bahwa ia pernah tersesat di 'Pasar Setan', cerita ini terjadi sudah cukup lampau, yakni kisaran tahun 1994-95, tapi bagi nara-
-sumber, setiap detilnya masih membekas, bahkan menyisakan trauma yg cukup dalam.

*****

Jawa Tengah kisaran tahun 1994-95,

Pada suatu sore..

"Mbok dikirim besok pagi saja to Le". Kata seorang ibu kepada anaknya yg sedang menali 3 ekor kambing di atas mobil baknya. Image
Read 68 tweets
Apr 26
GUMBOLO PATI #13 (TAMAT)

Bedhong Mayit 2

"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror Image
Sebelumnya Part 12 :

Part 13 ( Akhir ) :

****

“GUMBOLO PATI #13”.

Pukul 05.30 pagi..

Sampai Pagi ini Darwis &Pak Dirja masih terjaga di dalam kamar, tampang-tampang lesu & kelopak mata yg agak menghitam, terlihat jelas di pa-
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
-gi ini, apa lagi penyebabnya kalau bukan kejadian semalam.

Matahari pun mulai muncul, mengembalikan kewarasan anak & cucu mendiang Mbah Gajul itu, untuk keluar dari kamar.

“Ayo ‘metu’ (keluar)”. Kata Pak Dirja lirih membisik untuk mengajak Darwis.
Read 94 tweets
Apr 8
GUMBOLO PATI #12

Bedhong Mayit 2

"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror Image
“GUMBOLO PATI #12”.

Perjalanan Pak Dirja dan Darwis menuju desa Turi..

“Alon-alon penting tekan nggih Pak..”.

(Pelan-pelan yang penting sampai tujuan ya Pak). Kata Darwis yang agaknya mulai mengerti kenapa ayahnya sejak berangkat tadi mengendarai mobilnya dengan cukup pelan.
Read 70 tweets
Mar 22
GUMBOLO PATI #11

Bedhong Mayit 2

"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror Image
Bagian sebelumnya di @X :

Selanjutnya di @karyakarsa_id :
11.

12.

13. (Tamat) - ongoing.

*****

GUMBOLO PATI #11

Tiga hari berlalu sudah, sejak ‘Bedhong Mayit’ itu di ambil kembali dari almarhum Pak-
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
-Broto. & sudah selama tiga hari ini pula Pak Dirja hampir dibuat putus asa, karena teror dari jin kafan yg semakin mengerikan saja.

Bagaimana tidak, semalam ada kejadian yg hampir saja mencelakai Darwis. Cucu mendiang Mbah Gajul atau anak Pak Dirja itu hampir menelungkupkan ke-
Read 71 tweets
Mar 15
GUMBOLO PATI #10

Bedhong Mayit 2

"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror Image
Part sebelumnya #9

On @karyakarsa_id

10.
11.
12.
13 -Tamat. (On going)

“GUMBOLO PATI” #10.

Sore ini, sekira pukul 16.00.
Tampak Pak Dirja & Darwis sudah berada di dekat mulut-
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
-terminal, di dalam mobil pinjaman dari kantornya, mereka menunggu Pak Sukoco untuk melayat ke tempat Pak Broto.

Sekira 5 menit menunggu, Pak Sukoco pun muncul, dengan pakaian rapinya, ia langsung masuk ke dalam mobil, dan mengajak untuk segera berangkat.

“Ayo berangkat”. Ka-
Read 74 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(