Imam Syafii rahimahuLlah Ta'ala menasihatkan dgn takwilnya pd hadis "siapa yg beriman kpd Allah Ta'ala dan hari akhir, maka berkatalah yg baik atau diamlah" begini:
(Hadis tersebut dari Abu Hurairah Ra dgn disahihkan Imam Bukhari dan Muslim)
1. Jika engkau hendak menyampaikan suatu nasihat (ilmu, kebaikan) pd liyan, pastikan kondisi dan caranya berjalan dgn baik. Pikirkan dan pertimbangkan dgn saksama sblm melakukannya, semata demi terpeliharanya kebaikan (harmoni, kedamaian).
2. Harus dipastikan bhw engkau memiliki pengetahuan dan pemahaman yg baik terhadap apa yg hendak engkau nasihatkan. Jk ada keraguan ilmu padamu, maka tinggalkanlah.
3. Jk pula ada sedikit keraguan padamu bakal memantik persetruan, pertengkaran, atau permusuhan, maka menghindarkannya harus diutamakan.
Demikianlah takwil "berbicaralah yg baik atau diamlah".
Jadi, kiranya, suatu hal itu bukan semata ttg benar, haq, tp sekaligus benar dan haq dlm CARA menyampaikannya.
Itulah kiranya makna arif, bijaksana, rahmah.
Dulu, zaman awal memeluk Islam, sahabat Abdullah bin Mas'ud dgn gagah berani membacakan awal² surat ar-Rahman di hadapan sekelompok musyrik Quraisy. Dia pun digebuki.
Orang² muslim di sekitarnya lalu menasihatinya agar tk melakukan hal itu lagi, demi maslahat dirinya dan orang²
...Islam lainnya. Sejak saat itulah, beliau tak pernah melakukan "tabrak adu banteng" begitu lagi.
Tentulah bkn soal kendor iman dan ilmu beliau, to. Ataupun, soal takut mati.
Tapi ya begitulah kearifan, kebijaksanaan, hikmah, rahmah.
Orang² yg dirahmatiNya tdk akan bertikai.
Banyam riwayat lain yg bs dijlentrehkan perihal ini. Wes cukuplah, ya.
Urip ki sajake simpel: berimanlah, berbuat baiklah (dlm urusan dgn Gusti dan sesama), jgn melakukan dosa² besar/keji, jgn putus asa dr rahmat Gusti (pengampunan dan pertolonganNya).
Semuanya dlm kadar semampumu (tidak meremehkan, tidak ngotot² keterlaluan menyiksa diri).
Hormatilah dan muliakanlah Kanjeng Nabi Saw, keluarganya, dan para sesepuh, dst. Lalu hiduplah layaknya patute manungso. Niscaya Rahmate Gusti Swt lan syafaate Kanjeng Nabi Saw akan 'menutupi' lubang² dlm hati lan lelakune diri.
Sampeyan arep piknik, ya pikniklah; jajan ya jajanlah; macak modis ya silakan; seneng hobi² apa ya silakan; ngakak ngopi ya silakan; dst...
Seng penting: ojo tinggal shalat, sempatke istighfar, shalawatan, sedekah sebisane, tur ojo maksiat² gede/keji.
1. Pahami kotak segmen pasarmu. Konsisten di situ. Kuasai karakter²nya, lalu berikan dan antarkan ke kotak pasar tersebut. Fokus aja ke situ, jgn tergiur ke kemilau² kotak pasar lain.
2. Jgn terllu mikirin untung rugi. Dua asas ini auto include dlm bisnis. Parameter paling rendah adlah sepanjang operasional bisnismu jalan, itu sdh oke. Jk pun blm jalan skrg, pertahankan tuk jalan. Makin kuat mengoperasikan dlm segala cuaca, makin sip.
3. Agar tk terllu dibebani untung rugi, sederhanakan prinsipmu: jika rugi tomboki, jika bathi simpen/nikmati.
Ndasalah ribet ma statistik² rasio, target, dan apalah². Ndasah ribet intine
Sgala yg mengandung itu rawan madharat, sbb menggelapkan mata pikiran dan hati.
Kedanan ma dunyo, yo madharat. Abai pd dunyo, yo madharat.
Benci dgn sangat, madharat. Bahkan cinta dgn sangat banget, ya madharat.
Saat Kanjeng Nabi Saw ngutus Muadz bin Jabal ke Yaman tuk syiar Islam, beliau Saw mewasiatkan: "Mudahkanlah dan jgn disulitkan/diberatkan, senangkanlah dan jangan ditakut-takuti." ShallaLlah 'alaih wa alih.