Di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, beliau menunjuk Muadz bin Jabal untuk membagikan sedekah yg sgt banyak kpd para masakin.
Istrinya bertanya, "Apakah engkau membawa pulang sejumlah hadiah sebagaimana layaknya para wali (gubernur)?"
Muadz menjawab, "Tidak, aku tk mungkin melakukannya krn selalu dlm pengawasan."
Istrinya agak kesal, "Engkau sgt dipercaya oleh Rasulullah Saw dan Abu Bakar ash-Shiddiq, bagaimana bisa kini engkau diawasi oleh khalifah Umar?"
Muadz diam saja.
Kabar bhw Muadz diawasi oleh intel khalifah pun merebak, hingga sampai ke telinga khalifah. Ia pun mengkonfirmasi kabar itu.
"Benarkah kabar bhw aku mengirim pengawas tuk mengawasimu, Muadz?"
Muadz menggeleng. "Itu tidak benar, Khalifah. Itu hanya alasanku pd istriku...."
Khalifah Umar pun terbahak, diikuti Muadz. Cara itu dipakai Muadz yg dikenal sgt alim tuk menghentikan pertanyaan soal 'bisyarah' itu. Khalifah Umar kagum pd kejujurannya, lalu memberinya hadiah. "Bawalah ini, berikanlah pada istrimu, Muadz..."
Shallu 'alan Nabi....🥰😆🥰
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Urip ki sajake simpel: berimanlah, berbuat baiklah (dlm urusan dgn Gusti dan sesama), jgn melakukan dosa² besar/keji, jgn putus asa dr rahmat Gusti (pengampunan dan pertolonganNya).
Semuanya dlm kadar semampumu (tidak meremehkan, tidak ngotot² keterlaluan menyiksa diri).
Hormatilah dan muliakanlah Kanjeng Nabi Saw, keluarganya, dan para sesepuh, dst. Lalu hiduplah layaknya patute manungso. Niscaya Rahmate Gusti Swt lan syafaate Kanjeng Nabi Saw akan 'menutupi' lubang² dlm hati lan lelakune diri.
Sampeyan arep piknik, ya pikniklah; jajan ya jajanlah; macak modis ya silakan; seneng hobi² apa ya silakan; ngakak ngopi ya silakan; dst...
Seng penting: ojo tinggal shalat, sempatke istighfar, shalawatan, sedekah sebisane, tur ojo maksiat² gede/keji.
Sgala yg mengandung itu rawan madharat, sbb menggelapkan mata pikiran dan hati.
Kedanan ma dunyo, yo madharat. Abai pd dunyo, yo madharat.
Benci dgn sangat, madharat. Bahkan cinta dgn sangat banget, ya madharat.
Saat Kanjeng Nabi Saw ngutus Muadz bin Jabal ke Yaman tuk syiar Islam, beliau Saw mewasiatkan: "Mudahkanlah dan jgn disulitkan/diberatkan, senangkanlah dan jangan ditakut-takuti." ShallaLlah 'alaih wa alih.
Tk kalah pentingnya: kecilkan ekspektasi skrg. Target bs survive aja. Lalu dirembuk mesra dgn tim prihal langkah² taktis tuk menyanggah target survive itu. Asal pimpinan n tim punya kultur nyedulur, penak to penak, insya Allah bisa dirembuk genah dgn niat baik ewang-mengewangi.
1. Memhami dan mengakui dgn tulus bhw aku tak punya kuasa apa pun dlm hidupku sendiri bhkan. Segalanya adlah kuasaNya.
2. Kutahu segla ilhtiarku adalah caraku semata mematuhi perintahNya. Bagian ini tdk pantas lbh ngungguli bagian 1 td
3. (berusaha) selalu menerima apa² yg diputuskanNya dlm hidupku. Menerima keberhasilan sepadan saja dgn menerima kebelumberhasilan. Yg berhasil bs dibalikNya, yg belm berhasil pun bisa saja dibalikNya. Semua itu mudah saja bagiNya.
4. Kukerahkan segala terbaikku, ya ilmu, pengalaman, kapital, jaringan, dst, sbg caraku menjaga dan menjalankan amanahNya saja. Ihwal hasilnya, semata mutlak karuniaNya.
Yg kurang sip saat ini, kukerahkan dgn lbh baik esoknya, dst.
Khatam ngaji 10 hari, biasa bget. Tiga hari, oke aja.
Merasa dituturi gini gitu oleh ayat², ya biasa bgt, sering bgt.
Merasa kejadian ini itu, pd diri sendiri n liyan, sesuai dgn ayat ini itu, biasa bgt. Merasa tahu² diparing ilham atas maksud/makna ayat ini itu, ya biasa bgt. Auto daras/murajaah di mana², ya biasa bgt. Dst dst dst.
Tegasnya, al-Qur'an bagai sobat karib.
Seingatku, ini tlh berjalan sjk tahunan silam. Dan intensif. Siang malam. Sbb itu nyaris selalu dlm keadaan punya wudhu, walau jg gk saklek kaku. Kadang jg batal, lg mlz, walau lbh banyaknya punya wudhu. Dst dst dst.
Dlm mengabdi kepada Allah Swt, seyogianya dua spirit trsebut melekat beriring pd diri kita. Tdk pas untuk hanya memiliki salah satunya
Sederhanya: rasa takut kpd Allah Swt akan menghadirkan ketundukan dan rasa harap kepadaNya jg akan menghadirkan ketundukan. Keduanya memiliki arah yg sama, bersifat saling melengkapi.
Raja' bagaikan gas dan khauf bagai rem.
Allah Maha Pengampun, Penolong, jgn berputus asa dr pertolonganNya, dan sejenisnya mrpakan ruang raja' bg manusia.