Karena tidak mengerti tentang Syiah, banyak orang mudah menerima info dan doktrin yang menyudutkan Syiah.
Karena info-info dan anggapan sesat dan kafir disebarkan secara konsisten dan inten terutama, maka sebagian masyarakat pun membenci Syiah
Karena membenci Syiah, maka sah difitnah.
Namun fitnah takkan pernah sempurna dan mudah dipatahkan, terutama bila dilakukan oleh orang-orang yang hanya bermodal kepandiran dan kebencian.
*Perhatikan premis-premis dalam penalaran sebagai berikut :* ...👇
1. Menuduh pemerkosa para santriwati sebagai Syiah dengan bermut'ah berarti menganggap Herry dan para santriwati melakukannya dengan ijab kabul atas dasar kerelaan bersama.
2. Menganggap para santriwati yang melakukan hubungan seksual atas kerelaan bersama berarti tidak menganggap para santriwati sebagai korban pemerkosaan.
3. Tidak menganggap para santriwati sebagai korban pemerkosaan berarti tidak menganggap Herry sebagai pelaku pemerkosaan.
4. Tidak menganggap Herry sebagai pelaku pemerkosaan berarti tak menganggapnya bersalah.
5. Tidak menganggap Herry bersalah berarti mencemarkan nama baik para santriwati dan melukai perasaan para orangtua mereka serta menghina hukum negara.
*Kesimpulan :*
Menganggap Herry bermazhab Syiah dan melakukan hubungan seksual atas dasar mut'ah dengan 12 santriwati itu berarti menolak fakta pemerkosaan.
Mungkin sebagian besar orang terutama yang berotoritas menjaga keamanan memperlakukan ekstremisme dan radikalisme sebagai fenomena konkret berupa kelompok tertentu dalam perkumpulan tertentu.
Ekstremisme dan Intoleransi bukan di kelompok ini dan organisasi itu, bukan pula di pesantren sana dan kampus sini. Ia adalah entitas abstrak yang tersimpan rapi dalam ragam teks yang telah dihadiskan.
Sebelum muncul sebagai sebuah fenomena sosial yang sistemik dan masif, ekstremisme dan radikalisme adalah aksi persekusi, intimidasi dan diskriminasi.
Heran! Hampir semua orang mengaitkan kekerasan bertajuk agama, ekstremisme dan gerakan bersenjata yang memimpikan negara Islam dengan Timur Tengah dan Arab seolah itu baru muncul setelah tragedi 9/11 sambil menyebut Suriah sebagai contoh.
Padahal lama nian di sini gerakan bersenjata domestik seperti NII/DI TII telah muncul bahkan hingga kini masih tersisa.
Heran! Hampir semua mengaitkan konflik horisontal dan segala fenomena kekerasan sosial dengan Arab seolah semua keburukan terjelma dalam satu ras dan hanya terjadi di satu wilayah.
Perlu dipahami Agama itu tidak hanya cinta dan tidak hanya damai. Kalau agama hanya cinta damai maka Karbala tidak ada, tdk ada perjuangan, tdk ada kesyahidan, semuanya pd rangkul-rangkulan krn smuanya damai.
Kita memang harus mengutamakan cinta dan damai tapi saat kita ditindas kita harus melawan. Jadi agama itu adalah keseimbangan antara damai dan perlawanan, antara cinta dan benci. Benci dalam pengertian ini adalah benci yang positif (baraah) menolak.
Kalau kita bilang A'udzubillahi, itu artinya kebencian [Baro'ah]. "Aku berlindung dari setan" itu artinya membenci. Tidak mungkin berdamai dan mencintai setan.
Perjalanan manusia menuju Tuhan adalah perjalanan yang tanpa akhir dan tanpa batas, sebab manusia berjalan menuju Tuhan yang tak terbatas dan tak terhingga. Zat Ilahi adalah hakikat yang tak terbatas dan tak terhingga.
Jika pun digambarkan ada akhir dari perjalanan manusia, batasan tersebut bukan dari sisi Tuhan namun dari sisi hamba itu sendiri. Biar bagaimana pun, Tuhan tak terbatas dan hamba terbatas.
Adapun perjalanan menuju Tuhan, bukan perjalanan ke luar diri, namun perjalanan ke dalam diri dan melalui diri.
Perjalanan ini bukan suatu perjalanan dimana manusia akan sampai di suatu tempat, lalu Tuhan dapat ditemukan di tempat tersebut.
Anggota Komisi Fatwa MUI Ditangkap Densus 88. Demikian isi berita yg bikin geger Tanah Air. Publik sontak heboh.
Sedikitnya, ada tiga kata kunci dlm berita di atas yg menarik utk dicermati. Yaitu, Majelis, Ulama, dan Fatwa.
Ketiga kata tentu sangat dikenal luas. Salah satunya karena selalu melekat sebagai cap di hampir semua benda yang dijual di warung dan super market, mulai dari terasi sampai mesin cuci.
Ketiganya seperti mantra ajaib yang dipatenkan sebagai penjamin bagi konsumen Muslim untuk lolos dari sergapan dosa dan terkaman yang haram. Apalagi kata majelis yang dirasa cukup sakti untuk membuat khalayak percaya bahwa itulah perkumpulan manusia-manusia pilihan Tuhan.