#AFFSuzukiCup2020 tinggal menyisakan dua tim saja. Keduanya akan saling sikut dalam partai final yg dimainkan dua leg. Indonesia sbg tim dgn predikat ‘nyaris juara’ terbanyak (5x) bakal menantang Thailand sbg tim dgn gelar juara AFF terbanyak (5x)
Kedua tim dipastikan tidak tampil dgn skuat terbaiknya. STY kehilangan Pratama Arhan (LB), sementara Alexandre Polking tidak bisa memainkan Theerathon Bunmathan (LB) dan Chatchai Budprom (GK). Meskipun keduanya sudah merasakan bermain tanpa mereka di pertandingan sblmnya.
Edo Febriansyah (LB) turun sejak awal menggantikan Arhan di laga kontra Laos. Di kubu Thailand, Theerathon baru bermain sebanyak empat dari enam laga yang dilakoni Gajah Perang. Budprom sendiri pernah tidak tampil kala Thailand menghadapi Singapura di fase grup.
Dengan kata lain, para penggantinya sudah pernah teruji setidaknya dalam satu pertandingan penuh. Ini membuat kehilangan pemain-pemain kunci tersebut sudah bisa diakomodasi, baik itu oleh STY dan Polking.
(2) Dari enam pertandingan yg dilalui, Indonesia telah menggunakan tiga formasi berbeda (4231, 541, dan 442), sedangkan Thailand telah menggunakan dua formasi berbeda (442 diamond dan 433). Meski ada variasi formasi, terdapat kecenderungan formasi yg dipilih berdasarkan lawannya.
STY menurunkan formasi 541 atau dengan komposisi lima pemain belakang ketika menghadapi tim yang lebih superior. Ini terlihat saat kontra Vietnam dan Singapura di semifinal leg 1. Walaupun STY menggunakan 4231 di leg 2, tetap ada kehadiran lima pemain belakang.
Posisi Indonesia yang tidak lebih diunggulkan dari Thailand membuat potensi Indonesia menggunakan kembali formasi 541 atau lima pemain belakang terbuka lebar. Terlebih, Thailand memiliki Teerasil Dangda yang sudah mengemas 4 gol di AFF dari lima laga.
Jika STY memilih formasi 3/5 bek, maka itu bukan kali pertama bagi Thailand. Sepanjang gelaran AFF, Thailand sudah empat kali melawan formasi 3/5 bek tersebut. Seperti ketika menghadapi Timor Leste, Filipina, dan Vietnam di dua leg yang menggunakan formasi demikian.
Preferensi formasi yg digunakan Polking melawan tim dgn formasi tersebut adl 442 diamond/4312. Ada duet penyerang di depan. Formasi tsb menitikberatkan pada koridor sentral utk menyerang. Gol lawan Vietnam dan Filipina menunjukkan betapa tajamnya serangan Thailand dari tengah.
(3) Untuk susunan sebelas pertamanya, STY dan Polking kerap menghadirkan kejutan. Bagaimana tidak, masing-masing tim sudah memberi kesempatan bermain kepda 27 dari 30 pemain yang dibawa ke Singapura. Menunjukkan betapa fleksibelnya pelatih dalam meramu taktik.
Meski tampak sama banyaknya, STY punya preferensi pemain yang ia turunkan sepanjang enam laga. Entah itu sebagai starter atau masuk sebagai pengganti. Total ada delapan pemain Indonesia yang mengemas enam caps; Irja, Ezra, Witan, Kambuaya, Irianto, Evan, Dewa, dan Asnawi.
Di kubu lawan, baru ada dua pemain yang sudah mengemas enam caps, baik itu sebagai starter maupun masuk sebagai pengganti. Mereka adalah Thitiphan Puangchan (CM) dan Supachai Chaided (CF). Yap, deretan nama-nama beken yang menghiasi skuat Gajah Perang belum mencapai enam caps.
Selain itu, Polking tidak ragu melakukan perombakan starter jika diperlukan. Ini tampak saat melawan Singapura di fase grup, tim yang menyulitkan Indonesia di semifinal lalu. Sebelas rotasi sekaligus dilakukan! Ini membuat tebak-tebakan starter Thailand bakal lebih menyulitkan.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Partai final #AFFSuzukiCup2020 tampak bakal jadi antiklimaks lagi bagi timnas Indonesia. Di leg 1, Ricky Kambuaya dkk dibekuk 0-4 oleh Thailand. Sebelum menyongsong leg 2, setidaknya ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik skuat muda Garuda.
(1) Anak asuhan Alexandre Polking menunjukkan cara bermain high pressing dgn baik kpd pemain timnas. Agresif kepada pemegang bola dan menjaga ketat opsi-opsi terdekat. Akibatnya, timnas yg terbiasa bermain umpan pendek saat build up jadi kesulitan. Ini momen sebelum gol pertama.
Gol pertama Thailand via Chanatip (AM) tidak lepas dari kegagalan Edo dan Irianto menjegal pergerakan Roller (RB). Dewa bereaksi meninggalkan penjagaannya pada Chanatip untuk menutup Roller. Dengan cepat, set up dari Roller diselesaikan dengan first time shoot oleh Chanatip.
Menggunakan data analisis, kita akan mencari DM/gelandang bertahan untuk Manchester United. Guna mengcover banyak aspek, beberapa parameter kita masukkan seperti tackle, press, progresi, duel udara & operan. Data diambil dari @fbref, under 26 thn di 5 liga top Eropa
Pertama kita ambil parameter tackles & pressures. Dengan gaya bermain Rangnick yang agresif, Manchester United tentu membutuhkan DM dgn parameter ini. Wilfred Ndidi (25) jadi nama yg cukup menonjol.
Selain itu ada Wonderkid Aurelien Tchouameni (21) dan Boubacar Kamara (22) yang akan berstatus free transfer. Mereka juga layak diperhatikan Selain Ndidi. Menarik juga karena ada Neves serta Rice.
Indonesia mencapai final #AFFSuzukiCup2020 keenamnya usai menumbangkan tuan rumah Singapura 4-2 pada semifinal leg 2. Terlepas dari drama dan kontroversi yang terjadi sepanjang laga, mari kita ulas taktik yang digunakan kedua tim!
Tatsuma tetap menggunakan formasi yang sama 5-4-1, namun dengan empat rotasi pemain. Sedangkan STY yang hanya merotasi dua pemain, lalu menempatkan Dewa di posisi gelandang bertahan bersama Irianto, sehingga membuat formasinya menjadi 4-2-3-1.
Perubahan posisi Dewa itu utk menambal kekurangan timnas di leg 1 yang ruang antarlininya kerap terekspos. Dengan dua DM, ruang antarlini jadi tidak mudah diekspos Singapura. Selain itu, Ramai bakal mengcover posisi DM, jika Dewa atau Rian terpaksa out of position untuk pressing.
Pressing ala Rangnick dieksekusi dengan formasi 4-2-2-2. Kita bahas mekanisme yg mengharuskan bergeser cepat, kelemahan terhadap switch serta korelasi striker sebagai 2 presser di depan.
Big thanks buat yg sudah retweet & like.
2-2-2 akan start di tengah. Di sini pentingnya membaca trigger utk melakukan press yg harus dilakukan secara kompak. Pemicunya seringnya ketika bola di samping.
Muncul isu sebelumnya bahwa CR7 ga akan masuk skema Rangnick krn intensitas pressing yg tinggi. Di laga ini, CR7 menunjukkan work rate-nya dgn aktif melakukan press.
Nonton ulang Leipzig saat masih dipegang Rangnick waktu lawan Bayern. Ini yg dimaksud ball oriented press. Bertahan secara unit mengikuti bola & mempersempit area bermain lawan guna mempermudah merebut bola sekaligus counterpress/2nd ball.
Gegenpress secara bahasa adalah counterpress itu sendiri. Namun jika dilihat dlm arti luas, situasi counterpress/rebut bola kembali/2nd ball tadi langsung diubah menjadi serangan kilat. Tujuannya menyerang transisi atau saat pertahanan lawan belum terbentuk sempurna/disorganisasi
Jadi, ide ini sebetulnya lebih ke fase bertahan/ketika tidak mendapat bola. Memang prinsip ketika bertahan salah satunya mempersempit area bermain. Lari jadi semakin pendek, 2nd ball bisa dimenangkan, intensitas press bisa simultan. Ada juga di Filanesia kalo ga salah ingat.
Nama-nama yg pernah bekerja dengan Rangnick & jabatannya skr via The Athletic. Apakah nama-nama ini yg akan dia bawa untuk jadi manager selanjutnya?
Yup, Rangnick statusnya nanti interim. Wajar, 8 tahun di Red Bull pun hanya 2 tahun dia turun gunung jadi manajer.
Apa gelarnya? Bisa dihitung jari kalo kita bicara gelar. Kenapa banyak yg bilang Rangnick “bapak gegenpress” krn memang dia yg meletakkan pondasi itu. Bertahan scr unit mengikuti bola lalu mengubah form bertahan tadi jadi serangan cepat.
Hoffenheim dia bawa dari divisi 3 ke div teratas. Lalu di eranya, RB Leipzig naik dr tier 4 ke semifinalis UCL.
Waktu di Salszburg dia bikin plan jangka panjang. Bukan cuma gelar melainkan plan utk bisa jual pemainnya. Tentunya dgn plan scouting serta plan development.