Dan kamu melihat berhala-berhala itu
memandang kepadamu, padahal ia tidak melihat.
[7:198]
Umumnya, apa yang terlihat, seperti itu yang kita pikirkan.
Jadi sebenarnya, yang terlihat adalah pikiran kita sendiri,
bukan sesuatu itu, bukan hakikat itu.
Jika ingin melihat dengan jernih, jangan berpikir saat
sedang melihat. Berpikir ketika sedang melihat akan
menghalangi dan mengurangi sesuatu yang terlihat.
Ketika seorang pesuluk melihat, di dalam dirinya
kosong dari segala bentuk pengetahuan.
Melihat bagi pesuluk adalah kesadaran dan juga
tindakan.
Inilah perbedaan melihat dalam kondisi biasa,
dan melihat dengan kondisi suluk.
Pikirnya melihat tapi tak melihat, tapi pesuluk
tak berpikir tapi melihat, karena melihat hakikat
secara langsung.
Jadi baiknya kita mesti belajar menjernihkan penglihatan,
melihat apa adanya. Kita taruh sejenak pikiran, sangkaan,
dan asumsi. Jika tidak, yang terlihat hanya pikiran-
pikiran kita sendiri, bukan hakikat.
Pernyataan-pernyataan tajam dan kasar Habib Kribo tak ditanggapi oleh yang dikritik atau dilaporkan tapi malah diserang dengan meme yang isinya tak berkaitan dengan isi pernyataannya. Ini justru kian melejitkan nama dan kribo-nya.
*1.* Dia adalah seorang yang punya status sama dengan tokoh-tokoh yang dihormati massanya karena statusnya. Kasarnya, sama-sama punya kartu.
*2.* Dia bukan youtuber, pegiat medsos dan buzzer profesional yang sengaja membranding diri demi meluaskan ketenaran dan mengundang viewer,
✍Dr.Habib @muhsinlabib
Belakangan ini “umat Islam” menjadi frasa langganan yg kerap diucapkan oleh sebagian, bahkan sbagian kecil, org dari umat Islam sendiri, terutama menjelang konstestasi politik dlm skala nasional (pemilu) maupun regional (pilkada).
Frasa ini, terutama bila dijajakan oleh “marketer berbusana agamawan”, lebih ampuh mengeruk suara ketimbang money politics.
Umat adalah kata serapan dari “ummah” yang mengandung makna primer “beberapa orang” karena kesamaan tertentu. “Ummah” juga memiliki makna sekunder bagi seseorang yang diperlakukan sebagai beberapa orang karena keagungan kepribadiannya.
Karena tidak mengerti tentang Syiah, banyak orang mudah menerima info dan doktrin yang menyudutkan Syiah.
Karena info-info dan anggapan sesat dan kafir disebarkan secara konsisten dan inten terutama, maka sebagian masyarakat pun membenci Syiah
Karena membenci Syiah, maka sah difitnah.
Namun fitnah takkan pernah sempurna dan mudah dipatahkan, terutama bila dilakukan oleh orang-orang yang hanya bermodal kepandiran dan kebencian.
*Perhatikan premis-premis dalam penalaran sebagai berikut :* ...👇
1. Menuduh pemerkosa para santriwati sebagai Syiah dengan bermut'ah berarti menganggap Herry dan para santriwati melakukannya dengan ijab kabul atas dasar kerelaan bersama.
Mungkin sebagian besar orang terutama yang berotoritas menjaga keamanan memperlakukan ekstremisme dan radikalisme sebagai fenomena konkret berupa kelompok tertentu dalam perkumpulan tertentu.
Ekstremisme dan Intoleransi bukan di kelompok ini dan organisasi itu, bukan pula di pesantren sana dan kampus sini. Ia adalah entitas abstrak yang tersimpan rapi dalam ragam teks yang telah dihadiskan.
Sebelum muncul sebagai sebuah fenomena sosial yang sistemik dan masif, ekstremisme dan radikalisme adalah aksi persekusi, intimidasi dan diskriminasi.
Heran! Hampir semua orang mengaitkan kekerasan bertajuk agama, ekstremisme dan gerakan bersenjata yang memimpikan negara Islam dengan Timur Tengah dan Arab seolah itu baru muncul setelah tragedi 9/11 sambil menyebut Suriah sebagai contoh.
Padahal lama nian di sini gerakan bersenjata domestik seperti NII/DI TII telah muncul bahkan hingga kini masih tersisa.
Heran! Hampir semua mengaitkan konflik horisontal dan segala fenomena kekerasan sosial dengan Arab seolah semua keburukan terjelma dalam satu ras dan hanya terjadi di satu wilayah.
Perlu dipahami Agama itu tidak hanya cinta dan tidak hanya damai. Kalau agama hanya cinta damai maka Karbala tidak ada, tdk ada perjuangan, tdk ada kesyahidan, semuanya pd rangkul-rangkulan krn smuanya damai.
Kita memang harus mengutamakan cinta dan damai tapi saat kita ditindas kita harus melawan. Jadi agama itu adalah keseimbangan antara damai dan perlawanan, antara cinta dan benci. Benci dalam pengertian ini adalah benci yang positif (baraah) menolak.
Kalau kita bilang A'udzubillahi, itu artinya kebencian [Baro'ah]. "Aku berlindung dari setan" itu artinya membenci. Tidak mungkin berdamai dan mencintai setan.