Pernyataan-pernyataan tajam dan kasar Habib Kribo tak ditanggapi oleh yang dikritik atau dilaporkan tapi malah diserang dengan meme yang isinya tak berkaitan dengan isi pernyataannya. Ini justru kian melejitkan nama dan kribo-nya.
*1.* Dia adalah seorang yang punya status sama dengan tokoh-tokoh yang dihormati massanya karena statusnya. Kasarnya, sama-sama punya kartu.
*2.* Dia bukan youtuber, pegiat medsos dan buzzer profesional yang sengaja membranding diri demi meluaskan ketenaran dan mengundang viewer,
tapi warga biasa yang sejak lama menentang politisasi agama dan eksploitasi gelar habib demi menggerakkan massa polos yang terjejali doktrin irrasional kultus habib.
*3.* Dia mengabaikan pencitraan dan kejaiman alias kesantunan artifisial dengan gaya bicara yang orisinal dan lepas serta diksi spontan, yang boleh jadi sebagian kita tak sependapat, dia mewakili dirinya sendiri sebagai habib egaliter yang jujur tanpa seting dan arahan.
*4.* Dia sekarang punya banyak penggemar dan pendukung yang besar karena dia adalah satu-satunya orang berani mengkritik secara blak-blakan para habib yang rajin menggerakkan massa menentang Pemerintah.
*5.* Dia melakukan kritik tajam demi membela kebhinekaan dan institusi negara, bukan kelompoknya.
Kemunculan habib yang satu ini adalah gempa yang menggoyang singgasana sejumlah habib yang menjadi penguasa panggung keumatan membuat mereka berada dalam situasi dilematis.
Membantahnya atau melaporkannya berarti membuatnya makin tenar dan suaranya makin bergaung.
Membiarkannya berarti mengakui kesaktiannya serta memberinya kesempatan melancarkan pukulan-pukulan berat berupa narasi tajam dan terarah yang bisa menggoroti popularitas dan mendelegitimasi posisi sakral mereka di mata tengah penyorak.
Habib Kribo memang bukan ulama, sebagaimana diakuinya sendiri, malah dia membuktikan melalui kemunculannya yang kontan ngetop bahwa habib bisa relijius, bisa penjahat, liberal dan awam,
bisa sangat baik seperti Habib Lutfi dan Prof. Quraish yang sering disebutnya. Setidaknya dia sukses menampilkan diri sebagai habib yang kontras dengan profil habib yang lekat di benak masyarakat.
Setuju atau tidak setuju dengan sikapnya atau diksi-diksinya itu urusan masing-masing. Yang pasti, sarjana akuntansi ini mewakili dirinya sendiri sebagai manusia dan sebagai warga negara yang sedang menggunakan haknya berpendapat.
Kalau dianggap salah, sebaiknya dibantah. Kalau dianggap melanggar hukum, sebaiknya dilaporkan.
Menyikapinya secara intelektual atau secara hukum lebih elegan ketimbang melemparinya dengan stigma Syiah, habib palsu, habib liberal dan semacamnya (yang tak berkaitan dengan subjek pernyataan-
pernyataannya) yang sangat mungkin diacuhkannnya.
Dia saat ini menjadi salah satu orang tersibuk di Tanah Air.
Dan kamu melihat berhala-berhala itu
memandang kepadamu, padahal ia tidak melihat.
[7:198]
Umumnya, apa yang terlihat, seperti itu yang kita pikirkan.
Jadi sebenarnya, yang terlihat adalah pikiran kita sendiri,
bukan sesuatu itu, bukan hakikat itu.
Jika ingin melihat dengan jernih, jangan berpikir saat
sedang melihat. Berpikir ketika sedang melihat akan
menghalangi dan mengurangi sesuatu yang terlihat.
Ketika seorang pesuluk melihat, di dalam dirinya
kosong dari segala bentuk pengetahuan.
Melihat bagi pesuluk adalah kesadaran dan juga
tindakan.
✍Dr.Habib @muhsinlabib
Belakangan ini “umat Islam” menjadi frasa langganan yg kerap diucapkan oleh sebagian, bahkan sbagian kecil, org dari umat Islam sendiri, terutama menjelang konstestasi politik dlm skala nasional (pemilu) maupun regional (pilkada).
Frasa ini, terutama bila dijajakan oleh “marketer berbusana agamawan”, lebih ampuh mengeruk suara ketimbang money politics.
Umat adalah kata serapan dari “ummah” yang mengandung makna primer “beberapa orang” karena kesamaan tertentu. “Ummah” juga memiliki makna sekunder bagi seseorang yang diperlakukan sebagai beberapa orang karena keagungan kepribadiannya.
Karena tidak mengerti tentang Syiah, banyak orang mudah menerima info dan doktrin yang menyudutkan Syiah.
Karena info-info dan anggapan sesat dan kafir disebarkan secara konsisten dan inten terutama, maka sebagian masyarakat pun membenci Syiah
Karena membenci Syiah, maka sah difitnah.
Namun fitnah takkan pernah sempurna dan mudah dipatahkan, terutama bila dilakukan oleh orang-orang yang hanya bermodal kepandiran dan kebencian.
*Perhatikan premis-premis dalam penalaran sebagai berikut :* ...👇
1. Menuduh pemerkosa para santriwati sebagai Syiah dengan bermut'ah berarti menganggap Herry dan para santriwati melakukannya dengan ijab kabul atas dasar kerelaan bersama.
Mungkin sebagian besar orang terutama yang berotoritas menjaga keamanan memperlakukan ekstremisme dan radikalisme sebagai fenomena konkret berupa kelompok tertentu dalam perkumpulan tertentu.
Ekstremisme dan Intoleransi bukan di kelompok ini dan organisasi itu, bukan pula di pesantren sana dan kampus sini. Ia adalah entitas abstrak yang tersimpan rapi dalam ragam teks yang telah dihadiskan.
Sebelum muncul sebagai sebuah fenomena sosial yang sistemik dan masif, ekstremisme dan radikalisme adalah aksi persekusi, intimidasi dan diskriminasi.
Heran! Hampir semua orang mengaitkan kekerasan bertajuk agama, ekstremisme dan gerakan bersenjata yang memimpikan negara Islam dengan Timur Tengah dan Arab seolah itu baru muncul setelah tragedi 9/11 sambil menyebut Suriah sebagai contoh.
Padahal lama nian di sini gerakan bersenjata domestik seperti NII/DI TII telah muncul bahkan hingga kini masih tersisa.
Heran! Hampir semua mengaitkan konflik horisontal dan segala fenomena kekerasan sosial dengan Arab seolah semua keburukan terjelma dalam satu ras dan hanya terjadi di satu wilayah.
Perlu dipahami Agama itu tidak hanya cinta dan tidak hanya damai. Kalau agama hanya cinta damai maka Karbala tidak ada, tdk ada perjuangan, tdk ada kesyahidan, semuanya pd rangkul-rangkulan krn smuanya damai.
Kita memang harus mengutamakan cinta dan damai tapi saat kita ditindas kita harus melawan. Jadi agama itu adalah keseimbangan antara damai dan perlawanan, antara cinta dan benci. Benci dalam pengertian ini adalah benci yang positif (baraah) menolak.
Kalau kita bilang A'udzubillahi, itu artinya kebencian [Baro'ah]. "Aku berlindung dari setan" itu artinya membenci. Tidak mungkin berdamai dan mencintai setan.