Jadi gini ceritanya kalo Pak Harto mancing. Dah tahu siapa pak Harto kan?
Hobi beliau ada dua. Golf dan mancing di laut. Mancing di empang kek Satpam komplek gitu gak pernah. Apalagi ikut-ikutan galatama.
Minimal sebulan sekali di hari Minggu beliau mancing di Kepulauan Seribu.
Kebiasaan mancing beliau itu mancing dari perahu kayu kecil nelayan dengan kapasitas 10 orang maksimal. Perahu dengan single engine 25 PK itu di lambungnya tertulis 'Semar'.
Karakter dan warna tulisan tipikal perahu-perahu nelayan. Warna warni. Selama mancing perahu statis terapung di laut.
.
.
Tapi meski mancingnya dengan perahu kayu kecil sederhana, di sekitaran berjarak banyak speed boat yang berisi perangkat Presiden dan Paspampres. Mereka sengaja jaga jarak untuk memberikan rasa privasi kepada Pak Harto yang sedang santai. Mereka semua 'siaga satu'. 😊
Beberapa speedboat yang ngawal itu masih belum cukup. Di kejauhan, di cakrawala, selalu terlihat siluet beberapa kapal perang yang berdiam diri dengan angker. Kalo gak 2 ya 3 kapal. Kalo 1 seingat saya belum pernah.
Di perahu Semar ini penumpangnya amat sangat terbatas. Hanya 6-7 orang termasuk Pak Harto. Gak ada petinggi negeri carmuk yang boleh ikut. Ingat, beliau sedang liburan, ingin nyantai. Beliau gak mau diganggu dengan urusan macam-macam. Pokoke niat ingsun arep mancing iwak. Titik.
Jadi biasanya penumpang perahu Semar sbb: Pak Harto, Ajudan Dinas/Dan Grup A Paspampres, Tukang perahu merangkap tukang pasang umpan kail, Juru Foto dan Juru Kamera Video Istana, lalu saya.
Tugas saya apa, gak perlu tahu. Gak penting. 😊
Dari pengalaman ikut mancing itu saya jadi tahu sedikit tentang pribadi Pak Harto. Karena bagi kebanyakan orang beliau itu 'misterius' dan 'sangat berwibawa'. Asal tahu aja, utamanya buat kalian yang msh muda, Pak Harto dulu itu nyaris 'setengah dewa'.
Sehari-hari para perangkat Presiden jangankan membuka pembicaraan dengan Pak Harto. Menatap matanya saja rasanya segan. Beliau sosok yang tidak banyak bicara. Nada dan intonasi bicaranya selalu stabil. Raut wajahnya hanya dua macam: Senyum atau datar dingin sukar diterka.
Lha wong beliau itu misal tiap kali ingin agar para wartawan yang sedang meliput acara di istana keluar ruangan, beliau hanya melirik dan ekor matanya tertuju ke kita sambil batuk-batuk kecil.
Kita Perangkat Presiden langsung kompak nyuruh wartawan keluar sambil agak didorong-dorong.
.
.
Kembali ke mancing. Pak Harto kalau mancing tidak suka pakai joran tapi langsung pegang senar. Biasanya beliau mengenakan sarung tangan khusus mancing.
Untaian senar ke laut digenggam tangan kanan menggantung di telunjuknya yang sekali-kali digoyang untuk merasakan sambaran ikan.
.
.
Di awal sesi mancing ketika belum dapat ikan adalah saat-saat yang sangat menegangkan. Tak ada satupun dari kami yang berani bersuara. Nafas aja rasanya hati-hati jangan sampai ganggu.
Pak Harto dengan wajah dinginnya menatap cakrawala sambil tangannya terus memainkan senar kail. Sunyi. Hening
.
.
Saat nunggu sambaran ikan pertama ini selalu terasa sangaaat lama.
Apalagi kalau senar ditarik ke permukaan air umpan sudah hilang tapi gak ada ikan yang nyangkut.
Pasang umpan lagi, lempar lagi,nunggu lagi.
Selama itu Pak Harto tetap membisu dengan wajah yang tetap datar dingin.
Kesannya itu seperti Pak Harto 'gak nyadar' kalo ada kita juga di perahu itu.
Jadi kita otomatis juga mematung sebisanya dengan harapan supaya dikira tiang perahu atau jerigen air. Invisible.
Juru foto dan Juru Kamera juga gak berani ambil gambar. Kamera cuma dipeluk saja.
Suasana mencekam yang terasa sangat panjang itu mulai ada harapan berakhir ketika tiba-tiba tangan Pak Harto menyentak keras dan senar ditarik perlahan sambil digulung. Saat itu darah kita berdesir keras. Kita mulai berdoa menurut keyakinan kita masing-masing.
Daaaan dunia seketika berubah cerah gilang gemilang ketika di ujung senar ada seekor ikan merah menyala dengan sekitar 2 kiloan. Kakap merah!
Seketika senyum Pak Harto mengembang. Bukan, bukan senyum. Tapi tawa. Karena gigi beliau terlihat dan jelas ada suara tawa terkekeh.
Saat itu pula beliau berpaling ke arah kita sambil menunjukkan ikannya. Dan kamipun mulai berani gerakkan badan dan ikut tertawa. Juru foto dan kamera dengan sigap ambil rentetan gambar.
Sambil nunggu tukang pancing melepas ikan dan memasang umpan, Pak Harto menyalakan rokok.
Rokok jenis kelobot (rokok bungkus kelobot jagung) atau cerutu.
Beliau berubah jadi lebih rilex dan 'human'. Biasanya ikan pertama selalu diikuti dengan banyak ikan yang terpancing. Jarak waktu tidak lama.
Di saat-saat itu sering Pak Harto mulai buka pembicaraan dengan obrolan-obrolan ringan.
.
.
Dari suasana seperti ini saya punya kesan Pak Harto pada dasarnya pribadi yang hangat tapi terkesan introvert, kalau tidak bisa dibilang 'pemalu'.
Fikiran sangat tajam dan keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam hidup. Pertanyaan-pertanyaan ke kita sebagian besar tentang keluarga kita.
.
.
Beliau juga terkesan sangat tertib dan disiplin dalam berfikir dan bertindak. Sampah kecil-kecil seperti puntung dan bungkus rokok beliau kumpulkan dalam tas keresek. Tidak dibuang ke laut. Beliau juga tidak mau (maaf) pipis di laut. Selalu tersedia pispot atau wadah khusus urine
Tiap kali beliau pipis, kita semua kompak berpaling. Ada yqng pura-pura bersihkan lensa, ada yang cuci tangan, dll.
Durasi mancing tidak ada patokannya. Sesi berakhir ketika Pak Harto menyatakan sudah cukup dan mau pulang. Biasanya sudah terkumpul puluhan ikan. Kebanyakan kakap merah.
Begitulah cerita Pak Harto mancing.
Oya, rahasianya selalu dapet banyak ikan ada dua hal :
1.Mancing di area rumpon. Rumpon adalah lokasi tertentu sengaja di taruh rongsokan bus untuk sarang ikan.
2.Rumpon sepanjang tahun dijaga aparat. Tidak ada satu orangpun boleh mendekat.
Jadi jangan heran kalau ikannya melimpah, besar-besar dan nyempluk-nyempluk. Dipancingnya juga mudah banget karena gak pernah ada nelayan atau pemancing yang ke situ.
Jadi pesan moral dari cerita ini:
Kalau ente seneng mancing, mancing ikan aja. Jangan mancing keributan.
.
.
.
.
_____________Gambar ambil dari mana-mana
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Anda mungkin tak percaya bahwa sosok Soeharto yang pada suatu saat dulu pernah sangat berkuasa sekaligus sangat ditakuti itu ternyata juga punya rasa takut.
Bukan pada sesama jenderal. Itu perkara mudah baginya. Lihat saja Petisi 50 yang terdiri dari banyak petinggi militer yang pernah tak sepakat dengannya dapat dia buat tak berkutik.
Pada seorang anak muda bernama Budiman Sudjatmiko dia pernah merasa frustasi.
"Apa buktinya?"
Pak Harto bukan tipe yang senang dengan banyak bicara. Lirikan mata dengan tanda tertentu sudah lebih dari cukup sebagai perintah bagi anak buahnya untuk melakukan sebuah maksud tertentu.
Bila wacana itu keluar dari mulut Rocky Gerung, itu masih masuk akal. Jadwal pemilu dapat dimundurkan karena adanya contoh kasus dimana cerita yang sama pernah terjadi.
Dan karena pernah terjadi namun kemudian peristiwa itu tak pernah digugat, maka secara logika itu bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan.
Logika ingin ditarik Bahlil adalah konstitusi memang tak bicara tentang penundaan pemilu namun sejarah mencatat bahwa baik penundaan maupun mempercepat pelaksanaan pemilu pernah negara ini alami.
Perempuan itu mengenakan sepasang anting, berhiaskan anak rambut pada lehernya yang jenjang. Ia menikmati cerutu yang dipegang diantara jemari lentiknya. Selembar kain batik yang terlilit menutup tanpa menyembunyikan tatto pada tubuhnya.
Perempuan berkemben itu sama dengan banyak perempuan lain di kepulauan Mentawai yang bangga dengan tato pada tubuh nya. Seni rajah yang sudah ada sejak 1.500 SM - 500 SM ini dianggap sebagai tertua di dunia bahkan lebih tua dari seni tatto di Mesir.
Tatto adalah tradisi dan budaya yang digunakan sebagai simbol serta penanda pengenal profesi; ahli pengobatan, memanah bahkan sebagai tanda kepangkatan pada komunitas suku Mentawai - Sumatera Barat.
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen Teguh Muji Angkasa menegaskan bahwa Eggi Sudjana bukan warga Korps Baret Merah.
Ini terkait dengan seorang Eggi Sudjana yang ditengarai duduk sebagai penasihat di Forum Komunikasi Keluarga Purnawirawan Baret Merah (FKKPBM).
"Adakah ini soal kecolongan TNI terutama Kopassus?"
Kita tak pernah tahu seberapa dalam sudah pengaruh kelompok itu telah mampu masuk pada banyak institusi negara bahkan Polisi hingga militer. Kita tak tahu seberapa jauh paham mereka telah mempengaruhi banyak aparat keamanan kita.
KEKAYAAN INDONESIA DAN KEUNIKAN SUKU NYA |
.
.
.
.
URANG KENEKES
Merupakan bagian dari etnis Sunda dengan populasi sekitar 26.000 orang,
suku Baduy yang juga dikenal dengan sebutan Urang Kenekes terdiri dari dua golongan yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar yang juga berbeda dalam hal menjalankan aturan adat (pikukuh).
.
.
Sementara suku Baduy Luar cenderung lebih terbuka pada pembaharuan lingkungan sekitar, suku Baduy memilih mengisolasi diri mereka dari dunia luar.
Beberapa adat istiadat nenek moyang yang masih dipertahan oleh suku Baduy Dalam antara lain:
BEDAKAN ANTI VAKSINASI DAN ANTI MANDATORY VAKSIN
.
.
.
.
Saat anda ingin pergi ke mall, warteg, salon atau masuk ke ruang publik tertentu dan anda diwajibkan menunjukkan bukti sudah divaksin, itu artinya hadir sebuah aturan baru. Sebuah kebijakan baru.
Secara logis, sebuah kebijakan harus diiringi dengan sebuah aturan main. Dalam hal ini produk hukum. Artinya, ada UU yang berbicara. Bila belum ada, harus dibuat terlebih dahulu.
Adakah perda atau perpu telah dibuat untuk mengatur itu?
Seandainya sudah, adilkah perda atau perpu semacam itu?
Bukan melulu soal orang tak mau divaksin, banyak sebab membuat jumlah orang tervaksin belum merata.