Perkenalkan nama saya anggi, saya akan menceritakan pengalaman mistis saya saat melakukan pendakian ke gunung bukit tunggul pada tahun 2020. Gunung bukit tunggul ini berada di daerah Lembang bandung
Saat itu kami berangkat pada hari sabtu sekitar pukul 10 pagi bersama 5 orang teman saya, Ka Beny, Asep, Gilang, Uwew dan Ringgo.
Singkat cerita kami sampai di basecamp sekitar jam 12 siang, kami berencana untuk ngecamp juga, karena di basecamp ini bisa ditempati untuk berkemah
Setelah selesai melakukan simaksi kami pun langsung mencari lokasi yang nyaman untuk di dirikan tenda. Situasi di sekitar perkemahan ini ada beberapa pendaki juga yang mendirikan tenda tak jauh dari tenda kami.
Rencananya setelah mendirikan tenda kami akan melakukan pendakian ke gunung bukit tunggul ini, karena menurut ka Beny (pendaki paling senior diantara kami) pendakian ke gunung bukit tunggul ini kurang lebih bisa ditempuh sekitar 3 jam sampai puncak,
namun entah mengapa saat itu tiba tiba perasaan saya tidak enak, saya merasa tidak semangat untuk melakukan pendakian ini, hal ini di tambah dengan perilaku teman teman saya juga, ada yang tiba tiba bikin kopi dulu, ada yang tiba tiba ngajak main kartu remi,
bahkan ada juga yang asyik rebahan di dalam tenda.
Namun tiba tiba ka beny mengajak kami untuk segera siap siap melakukan pendakian, karena rasa hormat kami ke beliau kami pun dengan sedikit terpaksa untuk ikut.
Kami berangkat dari bascame sekitar jam 2 siang, saat itu cuaca masih panas dan cerah. Ringgo inisiatif berjalan di paling depan, di susul oleh ka beny sabagai navigator di belakangnya, lalu ada gilang, uwew, asep dan saya di belakang sebagai swiper.
Di awal pendakian tidak ada hal hal aneh, masih berjalan dengan lancar. Sampai kami pun tiba di pos 1 sekitar jam 3 sore. Kamipun istirahat sejenak untuk melepas lelah. Setelah istirahat sejenak, saya, ka beny dan asep berinisiatif untuk melanjutkan perjalanan lebih dulu .....
dengan mengambil arah jalan ke kiri di pertigaan dekat pos 1 ini, belum lama kami berjalan tiba tiba kami di panggil oleh ringgo dan uwew untuk kembali karena kami salah jalan, ringgo mengarahkan kami untuk mengambil arah jalan ke kanan di pertigaan jalan ini,
karena ringgo melihat ada seorang laki laki berpakaian seorang pendaki di arah kanan jalan tersebut di kejauhan. Karena belum ada yang tau dan pernah ke gunung ini kami pun mencoba mengambil kearah jalan tersebut dengan asumsi mengikuti pendaki pria tersebut.
Sudah sekitar 1 jam kami berjalan namun kami tidak menemukan pos 2. jalan yang kami lalui lama kelamaan seperti memasuki hutan lebat dan rimbun, perasaan saya gak enak banget, kami seakan membuka jalur yang rimbun seakan sudah lama tidak di lalui oleh manusia,
tetapi yang membuat kami yakin dan terus berjalan karena ada pita merah yang di ikatkan di ranting pohon di setiap persimapngan jalan, kami terus mengikuiti tanda itu.
Sampai tiba tiba hujan turun deras banget, perasaan saya pun semakin tidak karuan karena hari semakin sore dan gelap. Kami tidak ada yang membawa jas ujan atau ponco, kami terus berjalan hujan hujanan basah kuyup.
Sempat terjadi percecokan antara uwew dan ringgo yang menuntun kami ke jalan ini.
Tiba tiba ringgo teriak karena melihat pendaki pria tadi lagi ada di atas di dkat pohon besar melambai lambaikan tangan nya seakan menyuruh ringgo untuk mendekatinya.
Kami pun sempat berdebat dengan ringgo karena kami tidak melihat pendaki pria tersebut, sampai akhir nya kami pun sepakat untuk terus berjalan ke atas mendekat ke pohon besar itu melihat apakah benar ada atau tidak nya pendaki pria itu.
Sesampainya di pohon besar itu kami tidak melihat seorang pendaki pria itu, malah hujan turun semakin deras.
Sepontan saya langsung melihat ke arah ka beny, seakan mengerti maksud saya, ka beny pun berinisiatif memanggil kami untuk berkumpul dan mendekat untuk sama sama berdoa
Selesai berdoa kamipun melanjutkan perjalanan dan di pimpin oleh ka beny di depan.
Hari sudah gelap dan hujan semakin deras. Dan bodohnya di antara kami hanya ka beny lah yang membawa headlamp. Kami berenam hanya memanfaatkan 1 headlamp di perjalanan ini.
Kami terus berjalan melewati semak belukar yang rimbun, sampai sekitar jam 7 malam kami menemukan jalur pendakian yang sebenarnya. Alhamdulillah akhirnyaaa…
Karena hari sudah malam kami tidak melanjutkan pendakian ke puncak, tapi kami memilih untuk turun.
Jalanan yang licin karena hujan membuat kami sering terjatuh. Seperti biasa posisi turun ini di depan ad aka beny dan ringgo, di ikuiti oleh uwew, gilang, asep dan saya di paling belakang. Jujur saja sejak perjalanan turun tadi perasaan saya sudah gak enak banget.
Saya merasa ada yang mengikuti berjalan di belakang saya.
Karena saya paling belakang, untuk menyinari trek perjalanan nya headlamp pun dipakai oleh saya.
Sesekali saya menoleh ke belakang mensoroti dengan headlamp untuk melihat kondisi di belakang saya namun sangat sepi tapi saya sering mendengar ada suara langkah kaki di belakang saya. ‘duk duk duk duk’. Seketika bulu kunduk ku berdiri merinding parah.
Tak lama dari itu tiba tiba saya mendengar ada suara laki laki ‘eheum’ jauh di belakang saya, reflek saya langsung menoleh ke belakang, namun tak melihat apa apa. Spontan saya langsung lari ke depan dan meminta bertukar posisi dengan asep.
Singkat cerita, kami akhirnya sampai di bascame sekitar jam 9 malam. Kami pun langsung bersih bersih, mengganti pakaian kami dan memasak untuk makan malam kami. Hujan tetap turun tak ada hentinya malam itu. Selesai makan kami pun masuk ke tenda dan bersiap untuk tidur.
Saya tidur di bagian paling dalam di ujung tenda, tak lama teman teman ku terlihat sudah pulas tertidur, namun entah mengapa saya saat itu tidak bisa tidur, hujan di luar tenda masih turun menyelimuti malam ini.
Suasana malam ini sangat sepi di iringi suara hujan di luar sana,
aku melihat teman teman ku masih lelap tertidur dengan sangat pulas. Hujan di luar sudah berhenti dan suasana pun semakin sepi. Aku melihat jam di tanganku sekitar jam 3 malam, aku tidak bisa tertidur, gelisah tak karuan,
hingga tiba tiba aku mendengar ada suara kaki berjalan di luar mengelilingi tenda kami, terus berjalan memutar, sampai tiba tiba dia berhenti dan hilang tak ada suara lagi. Ku tutup seluruh tubuh ku untuk bisa tertidur dan akhirnya akupun tertidur.
Keesokan pagi nya, kami pun terbangun dan memasak untuk kami sarapan. Tetapi ka beny pergi meghampiri posko penjaga dan terlihat asyik mengobrol. Selesai memasak kami pun makan bersama dan ka beny kembali ke tenda ikut makan dan bercerita bahwa,
jalur traking yang kami tersesat kemarin itu adalah jalur evakuasi para tim sar untuk mengevakuasi seorang pendaki pria yang tersesat dan meninggal di sana dekat pohon besar 3 tahun lalu. Sontak kami semua kaget dan terdiam seketika.
Sekian cerita dari saya, sampai bertemu lagi di cerita cerita lainnya. Semoga terhibur. Terimakasih.
Juli 2015, malam itu aku baru pulang dari jogja, sebuah perjalanan study tour dari kampus selama 5 hari menggunakan bis bersama teman teman sekelas ku. Semenjak perjalanan pulang tadi entah mengapa aku sudah merasa tidak enak. Terasa lemas sekali badan ini.
Singkat cerita,sesampainya aku di rumah,badan ini semakin tak karuan,aku muntah dan lemas sekali.Esok harinya aku dibawa ke dokter oleh ibu ku,dan hasil pemeriksaan dokter mengatakan kalau aku sakit gejal tifus.Dokter menyarankan ku untuk dibawa ke rumah sakit untuk d rawat inap