[1] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjawab beredarnya isu mengenai penyebaran varian Omicron melalui chemtrails.
[2] Kabar penyebab wabah Omicron melalui chemtrails beredar di media sosial masyarakat. Salah satunya video yang menampilkan awan mirip sisa pesawat yang direkam warganet di Buah Batu, Kota Bandung, Jawa Barat, pada 7 Februari 2022.
[3] Menurut Plt. Deputi Bidang Klimatologi, Urip Haryoko, isu chemtrails dapat diklasifikasikan sebagai teori konspirasi yang menyebar dan membuat kepanikan publik.
[4] Chemstrails adalah gabungan chemistry (kimia) dan trails (jejak), sebagai penyebaran zat kimia tertentu (biasanya beracun/berbahaya) melalui pesawat terbang. Penyebarannya dilakukan dari udara, maka dampak terhadap paparan zat kimia ini dirasakan secara luas, sulit dimitigasi
[5] Penelitian yang ditulis J. Marvin Herndon dan timnya berjudul Chemtrails are Not Contrails: Radiometric Evidence menyebut bahwa sampai saat ini, klaim chemtrails dan dampak negatifnya tidak terbukti.
[6] Laporan yang tayang di Journal of Geography, Environment and Earth Science International, Maret 2020 menyatakan belum ada laporan resmi atau publikasi ilmiah yang menyebutkan keberadaan, serta akibat buruk yang dapat ditimbulkan.
[7] Salah satu kajian menunjukkan bahwa klaim chemtrails tidak benar karena tidak ada kandungan zat kimia yang berbahaya dari jejak yang ditinggalkan oleh pesawat terbang.
[8] Urip menyebut, apa yang disebut chemtrails yaitu condensation trails atau sering disingkat sebagai contrails. Contrails adalah fenomena yang terjadi di udara akibat emisi dari mesin jet pesawat terbang yang bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah.
[9] Proses pembentukan contrails diinisiasi oleh emisi uap air pada temperatur tinggi dari mesin jet pesawat terbang yang dengan cepat bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah. Pertemuan ini berturut-turut dilanjutkan dengan proses kondensasi dan proses sublimasi.
[10] Proses ini dapat disetarakan dengan proses pembentukan awan. Namun, keberadaan contrails di udara bergantung pada kondisi atmosfer seperti penyinaran matahari, perbedaan temperatur, dan wind shear (perubahan instan arah dan kecepatan angin).
[11] Pada kondisi atmosfer yang stabil, contrails dapat bertahan lama dan menyebar secara lateral. Contrails menjadi fenomena yang penting mengenai pemanasan global karena keberadaannya di lapisan udara yang tinggi dapat memiliki karakter yang mirip dengan awan cirrus.
[12] Awan cirrus merupakan awan pada lapisan udara tinggi yang dapat memantulkan balik radiasi gelombang panjang kembali ke permukaan bumi. Akibatnya temperatur di permukaan bumi dapat menjadi lebih panas dari kondisi normalnya.
[13] Urip mengatakan ada dua pendekatan untuk menjawab kesalahan informasi mengenai fenomena contrails dan wabah Omicron. Pertama, Arias-Reyes, et al. yang berjudul Does the pathogenesis of SARS-CoV-2 virus decrease at high-altitude?.
[14] Respiratory physiology & neurobiology menyimpulkan bahwa proses pembentukan unsur patogen (berbahaya) dari virus SARS-CoV-2 berkurang pada lokasi dengan elevasi tinggi.
[15] Urip memaparkan bahwa virus tidak dapat bertahan lama pada lingkungan seperti ini karena minimnya lapisan oksigen. Contrails biasanya nampak pada ketinggian 7.000 meter sampai dengan 13.000 meter dengan lapisan oksigen yang sangat tipis.
[16] Kedua, jika terdapat virus SARS-CoV-2 keberadaan sinar ultraviolet (UV) di udara mematikan virus ini sehingga tidak dapat menyebar secara luas dan sampai ke permukaan.
[17] Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa chemtrails dan penyebaran Omicron merupakan informasi yang tak tepat dan dibuat untuk menciptakan keresahan masyarakat.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
[1] Analisis dinamika atmosfer menunjukkan peningkatan aktivitas seperti aktifnya Madden Julian Oscillation yang saat ini pada fase 3 di sekitar Samudera Hindia. Maka,
BMKG mengidentifikasi potensi peningkatan curah hujan periode sepekan ke depan di beberapa wilayah Indonesia.
[2] Hal ini menunjukkan kontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia, kondisi tersebut juga diperkuat dengan fenomena gelombang atmosfer yaitu gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang cukup aktif di beberapa wilayah,..
[1] Beredar video Babeh Aldo yang menyebut gelombang pandemi akibat Omicron sebagai pandemi polusi udara. Dalam video tersebut, Aldo menyebut bahwa zat PM2,5 yang meracuni udara akan membuat banyak warga masyarakat di perkotaan mengalami sakit.
[2] Di dalam video, beliau menuturkan bahwa PM2,5 sangat mungkin menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan menyebabkan anosmia, badai sitokin, dan apa yang disebut Covid-19 itu bisa disebabkan oleh PM2,5.
[1] BANTEN (16 Februari 2022) - BMKG mengingatkan Pemerintah Provinsi Banten terkait ancaman gempa bumi dan tsunami yang berpotensi terjadi di wilayah Banten. Salah satu wilayah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana gempabumi dan tsunami adalah Kota Cilegon.
[2] Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan dengan letak Cilegon di ujung barat Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda, selain strategis juga memiliki risiko bencana yang cukup besar jika sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami.
Terus #SobatBMKG yang di wilayah Jaksel jangan seneng dulu karena ada matahari di pagi hari! Karena wilayah kalian berpotensi hujan petir jam 13.00-16.00, dilanjut hujan sedang pada malam harinya.
Sama, nih, untuk #SobatBMKG di wilayah Jaktim jangan seneng karena cerah berawan di pagi hari🥲 Jaktim juga berpotensi hujan sedang hingga hujan petir dari siang hingga malam hari.
PENYEBAB MALAM TERASA LEBIH DINGIN DI PULAU JAWA
(A Thread)
(1) Jakarta - Rabu (7/7/2021) Saat ini, beberapa daerah di Jawa Timur banyak memperbincangkan udara dingin saat malam tiba. Masyarakat menghubungkan kondisi ini dengan fenomena aphelion. Tapi benarkah demikian?
(2) Fenomena suhu udara dingin sebetulnya fenomena alamiah yg umum tjd di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli - September). Wilayah Pulau Jawa - NTT menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yg berasal dari Benua Australia.
GEMPABUMI TEKTONIK M=5,4 MENGGUNCANG LAMPUNG, TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI
(A Thread)
1. Kejadian dan parameter gempabumi:
Hari Sabtu, 16 Januari 2021 pukul 16.26.43 WIB wilayah Samudera Hindia Pantai Barat Sumatera diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dgn magnitudo M=5,3.
2. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 6,49 LS dan 103,82 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 145 km arah selatan Kota Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung pd kedalaman 43 km.