Bang Beben Profile picture
May 19, 2022 42 tweets 7 min read Read on X
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 6 : Hanjaliwan

@IDN_Horor @P_C_HORROR @ceritaht

#ceritahoror #ceritahorror #ceritaseram #malamjumat #kalimantan Image
"Jangan libatkan dia! Siapa kamu? Kenapa mengenalku!?" hardik pak Salundik.

Mahluk yang bersemayan di tubuh Bawi kembali tertawa melengking.

"Apa yang kau ambil harus dikembalikan. Yang ditawarkan tidak bisa ditarik lagi. Adat diisi, janji dilabuh.
Wahai Salundik, manusia pilihan Sangiang. Kik...kik...kik..."

Pak Salundik tersentak, lalu mundur dua langkah. Matanya melotot-lotot karena kaget.

"Kasno, sudah saatnya kita pulang!"
Pak Salundik bergegas keluar kamar dengan wajah pucat pasi. Entah apa maksud ucapan mahluk itu, aku bergegas mengejar.

"Pak...Pak Salundik!"

Pak Salundik melangkah tergesa dengan mulut terkunci rapat.
"Pak Salundik, apa maksud Bawi? Apa maksudnya aku jadi penukar nyawa? Pak!? Pak Salundik!?"

Pak Salundik terus melangkah, tidak menghiraukan seruanku. Aku semakin kesal dengan orang tua ini, seperti ada yang ia sembunyikan.
Setelah membuka pintu, mendadak Pak Salundik terdiam mematung. Kupanggil berulang-ulang, ia hanya diam Saja. Aku mulai merasa ada yang janggal, karena ia hanya berdiri, menatap kosong ke arah luar. Wajahnya berkeringat dan nafasnya terdengar sangat kencang tak beraturan.
Keherananku segera terjawab, tatkala terdengar suara desis yang sangat kencang. Ternyata tepat di depan pintu, ada ular sebesar pergelangan tangan tengah menghadang.

Seeshh...seshh...
Ular berwarna hitam itu meliuk sejengkal demi sejengkal ke dalam rumah, seiring pak Salundik yang bergerak mundur perlahan. Lidahnya yang bercabang terus menjulur keluar masuk, mencari sasaran.
Kami semua menjadi tegang, ketika ular itu sekonyong-konyong memipihkan kepala seperti sendok. Kepalanya mendongak setinggi lutut, bergerak ke kiri dan ke kanan. Tak ingin celaka, aku bersiap lari ke arah dapur. Namun sial, pak Salundik keburu mencengkram erat lenganku.
"Bergerak mendadak, ia akan menyerangmu," ujar pak Salundik gugup.

Benar saja, ular itu ganti sasaran. Kepalanya yang pipih kini mengarah ke kakiku. Seketika lututku lemas dan tubuhku tak bisa bergerak, ketika taring penuh bisa mencuat di mulut ular itu.
Di samping, pak Salundik terus mundur selangkah demi selangkah. Orang tua ini sepertinya sengaja menjadikanku umpan. Dengan cemas, aku berdoa dalam hati berharap selamat. Untung saja doaku langsung terkabul. Dari belakang, Ukar datang dengan membawa tombak.
"Jangan dibunuh!" Hardik pak Salundik.

"Ini Hanjaliwan, bukan kobra biasa. Membunuhnya, sama saja cari perkara. Keluarganya akan datang menuntut balas."

Gantian, kini Ukar yang gemetaran. Tombak yang ia pegang bergetar hebat hingga menimbulkan suara.
Ular itu justru mendekat ke arah Ukar yang ketakutan.

"Ambilkan garam," pinta pak Salundik.

Semua yang di dalam rumah tidak bergerak, berdiri menahan nafas karena takut.

"Ambilkan garam, atau di antara kita akan ada yang mati!"

Kali ini, nada suara pak Salundik meninggi.
Mertua pak Gerson bergegas ke dapur. Mungkin karena ia udah sepuh, hingga sadar diri untuk ambil resiko. Aku mundur hati-hati, melangkah perlahan hingga posisiku kini tepat berada di belakang Pak Salundik.
Setidaknya, bila hewan ganas itu menyerang ada pak Salundik yang jadi penghalang.

Mertua pak Gerson melangkah hati-hati dan Pak Salundik langsung menyambar toples garam dari tangannya.
Hanjaliwan itu semakin marah ketika pak Salundik mengambil sejumput garam dan merapalkan doa-doa dalam bahasa Dayak.

Ular ganas itu menarik mundur kepalanya yang pipih, siap menyerang. Sepasang taring dengan bisa menetes mencuat dari mulutnya yang terbuka lebar.
Bagai pegas, kepala ular itu melesat cepat menyasar paha pak Salundik. Seketika kami menjerit histeris dan berhamburan lari ke dapur, meninggalkan pak Salundik sendirian di depan.

Praak...!
Mendadak ular itu terpental membentur dinding lalu hempas ke lantai kayu. Rupanya, lemparan garam berhasil menghantam kepala ular itu, tepat sebelum taringnya menancap di paha pak Salundik.
Kami bernafas lega, melihat ular itu menggeliat kesakitan. Selang beberapa saat, mahluk mematikan itu meliuk-liuk, keluar melewati pintu. Sejurus kemudian, terdengar suara tawa cekikikan dari kamar Bawi, seiring hanjaliwan itu menghilang dalam kegelapan malam.

*****
Jam yang menempel di dinding menunjukkan pukul setengah 8 malam lewat beberapa menit. Malam semakin mencekam seiring berisiknya suara-suara binatang dari hutan. Aku mengucap syukur dalam hati, setelah yakin kobra jadi-jadian itu sudah  benar-benar pergi.
Tidak ada pembicaraan di dalam rumah karena semua orang masih tegang dan syok. Sedangkan Bawi sudah kembali tenang di dalam kamar, meski mulutnya masih mengucap tolong tanpa suara.
Aku juga tidak habis pikir dengan isi kepala pak Salundik. Entah kenapa ia begitu takut dengan sosok itu, sosok kamiyak. Kata-kata yang keluar dari mulut Bawi juga jadi pertanyaan di benakku, kenapa aku tiba-tiba tersangkut paut dalam peristiwa ganjil ini.
Setelah menghabiskan sebatang rokok, pak Salundik mengajakku permisi.

"Kasno, Ayo! Nanti keburu malam."

Aku mengangguk lantas mengiringi langkahnya keluar rumah. Meski jengkel, aku tidak ingin berdebat.
Sementara itu Pak Gerson dan Ukar hanya mengantar kami sampai pintu, tidak mau ke dermaga. Aku bisa mengerti kekecewaan mereka, karena aku juga kecewa dengan keegoisan pak Salundik.
Ketika menginjakkan kaki di pekarangan, malam yang dingin langsung terasa menusuk kulit. Dalam keadaan listrik padam, suasana desa benar-benar sepi. Aku berjalan mengikuti pak Salundik yang melangkah di depan.
Cahaya senter ia sorotkan ke atas tanah, kadang ke kiri kadang ke kanan. Ketika hampir melewati pagar, mendadak pak Salundik berhenti. Tatkala ia berbalik, tanpa sengaja aku menubruk tubuhnya.

"Dasar, Kasno!" sungutnya gusar.
Aku menelan ludah karena malu. Pak Salundik lantas menyorot rumah-rumah kosong di kiri dan kanan bergantian. Rumah-rumah itu terlihat seram karena tidak ada penghuni. Hanya ada gelap dan pengap, aku bergidik ngeri.
Bulatan cahaya senter menyusuri tiap sudut rumah senti demi senti. Entah apa yang ia cari, beberapa kali aku kaget saat cahaya senter menyorot sosok hitam berdiri, yang ternyata hanyalah pot bunga yang digantung.
Pak Salundik lalu menyorot kolong rumah yang gelap, sepertinya ada sesuatu yang bersembunyi. Aku deg-degan saat samar terlihat sepasang mata. Terkena cahaya senter, mata itu bersinar dalam gelap, menyala bagai api.
Sepasang mata itu terlihat mengawasi kami, bergerak hati-hati di bawah kolong rumah panggung. Entah mahluk apa dibawah situ, yang jelas bulu tengkukku merinding. Yang jelas, mahluk itu seperti mencari celah untuk menyerang.

"Astagfirullahul azim!"
Aku mengucap istighfar saat mata itu bergerak cepat ke arah kami. Dengan ganas, mahluk dengan mata menyala itu bergerak cepat menerjang kami yang belum siap. Aku dan pak Salundik melompat hampir bersamaan karena kaget seraya menjerit ketakutan.
"Dasar, kucing!" Aku memekik kencang.

"Kasno ini, bikin kaget saja!" seru pak Salundik gusar sembari mengelus dada.

Beberapa waktu aku dan pak Salundik mengatur nafas, ternyata hanyalah kucing kampung yang mencari tikus.
Setelah agak tenang, pak Salundik kembali menyoroti rumah kosong tetangga pak Gerson. Kali ini cahaya senter ia arahkan ke rumah berlantai dua. Aku jadi ikut penasaran apa yang sebenarnya ia cari. Tatap mataku mengikuti cahaya senter itu menyusuri rumah tua yang terbengkalai.
Deg!

Jantungku berdegup cepat saat di lantai dua, cahaya senter menyorot sepasang tangan di kaca jendela.

Kreet...kreet...

Jari-jari kurus terlihat tengah mencakar-cakar kaca jendela, menimbulkan bunyi berdecit.
Perlahan, dari bawah ada kepala muncul hingga wajahnya yang pucat utuh terlihat.

"Pak...disitu! Pak!"

Panik, aku menunjuk-nunjuk ke jendela. Meski tidak terlalu jelas, di jendela itu terlihat samar wajah pucat seorang wanita tengah tersenyum ke arah kami.
Wajahnya keriput dan matanya bolong.

Bleeb !

Pak Salundik mematikan senter hingga rumah itu tidak lagi terlihat. Aku mengucap takbir berulang-ulang untuk menenangkan diri.
Tubuhku berkeringat meski malam terasa sangat dingin. Perasaanku menjadi tidak nyaman ketika kurasakan ada hawa dingin di bagian tengkuk. Konon, kata orang bila kita merasa udara dingin tiba-tiba, pertanda kita sedang berpapasan dengan mahluk halus.
Tik...tik...

Terdengar suara air menetes. Aku menoleh ke samping, kulihat pak Salundik hanya berdiri mematung. Ada yang aneh, kenapa pakaiannya basah dan serba hitam?
Deg!

Aku ingin menjerit tapi mulutku terkunci. Kakiku juga tak bisa digerakkan karena mati rasa. Di samping, berdiri seorang wanita tua yang menatap lurus ke rumak pak Gerson.
Disinari temaram cahaya bulan,  wajahnya terlihat pucat, keriput lagi buruk. Di sela rambut putihnya yang acak-acakan, kulihat ujung bibirnya tersenyum.

Aku semakin gemetaran ketika ia menoleh secara perlahan ke arahku.
Nenek itu, seketika tertawa patah-patah membuat bulu kudukku merinding.

"Kik...kik...kik..."

Mendadak, kurasakan tenggorokan seperti terbakar saat jari-jarinya yang kurus mencekik batang leherku.

Sangat kencang!

....bersambung...
Sampai jumpa malam senen ya...

Bagi yang ingin baca duluan atau mendukung saya untuk terus berkarya, part 7 dan 8 sudah tersedia di @karyakarsa_id terima kasih
karyakarsa.com/benbela/perang…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Feb 1
-A Thread-

"Ritual Pesugihan Sate Gagak di Makam Massal Korban Kerusuhan"

Sebuah kisah dari seorang kawan yang kini mendekam di penjara.

@IDN_Horor @bacahorror @P_C_HORROR

#bacahoror #threadhoror #ceritaserem #malamjumat Image
-Bismillah, kita mulai...

30 menit menuju pukul 12 malam, kami berlima harap-harap cemas. Sejak magrib, kami memang berkumpul di sini, di komplek kuburan massal korban peristiwa berdarah belasan tahun silam.
Semakin malam, udara terasa semakin dingin, sementara suara serangga, burung hantu dan hewan-hewan malam semakin riuh. Pohon-pohon yang mengelilingi kumpulan nisan tanpa nama ini bergoyang pelan tertiup angin, membuat suasana malam ini terasa semakin meresahkan.
Read 134 tweets
Dec 28, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 21 : Bawi Nyaring (Tamat)

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar #malamjumat Image
Braaak…!

Pak Wardoyo tersungkur bersimbah darah. Pinggangnya robek dengan luka mengangga. Ia menjerit kesakitan lalu terguling ke sungai. Ternyata Galih telah datang dengan sebuah mandau. Ia mengibas mandau ke sana kemari membuat yang lain gelabakan.
“Dibyo, lari!!!”

Galih menarik lenganku, kami berdua lantas berlompatan di atas batu, meninggalkan mereka yang terbengong di belakang. Sesampainya di pinggir sungai, kami berdua berlari sekencangnya hingga keringat membasahi tubuh.
Read 77 tweets
Dec 24, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 20 : Ganti Badan

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
---Lanjut---

“Apa yang kalian lakukan di sini?!” sentak lelaki yang membawa senapan angin.

Mina Kurik merangsek ke depan, mengeluarkan buntalan kain berisi tombak. Si lelaki meraih dengan cepat dan membuka bungkusannya.
Begitu melihat isinya, si lelaki tercenung. Ia lantas melirik para lelaki lainnya yang dibalas anggukan.

“Nenek yang kalian cari telah mati terpangang di gubuknya tiga tahun lalu.”
Read 59 tweets
Dec 21, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 19 : Rahasia Dibyo

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #malamjumat #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
--Lanjut--

Sontak kami menjadi kaget mendengar apa yang diucapkan oleh Retno. Terlebih lagi bu Lastri dan Pak Wardoyo, mereka benar-benar kebingungan. Mereka bersikeras bahwa baru pertama kali ke Kalimantan dan selama ini tak tahu keberadaan Retno dimana.
Semua menjadi jelas tatkala Retno menceritakan apa yang telah terjadi sebenarnya. Kala itu baru seketar enam bulan Retno berada di pedalaman Kalimantan dan bekerja di sebuah Bank milik pemda.
Read 51 tweets
Dec 17, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 18 : Sungai Darah

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
Bilah mandau melesat di samping, menggores pelipis dan membelah kuping kananku jadi dua.

Aku menjerit sejadinya hingga suaraku serak. Rasa perih terasa menjalar ke seluruh badan. Hampir saja aku terkena serangan jantung demi melihat darah membasahi pipi, leher, dan baju.
Rupanya pak Wardoyo berhasil menarik lenganku, sepersekian detik sebelum mandau melibas kepala dan mengeluarkan isinya.

Mandau hanya menghujam tanah persis di samping kepala, mengiris kuping jadi dua. Berhasil berdiri, aku gelabakan menjauh sambil memegang kuping yang terbelah.
Read 71 tweets
Dec 10, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 17 : Kariau

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
--Lanjut--

Malam terasa hening di desa ini. Hanya ada satu dua orang yang lalu lalang menyusuri jalan.

Tidak ada lampu penerang jalan dan hanya ada sinar lampu temaram di teras rumah warga membuat jarak pandang terbatas.
Aku sedikit tenang dengan telah kembalinya Galih dan Ilham. Setidaknya ada tambahan lelaki muda untuk mengawali jalannya ritual nanti.

Malam itu kami bertiga berbincang di teras, menikmati rokok, minuman hangat serta singkong goreng.
Read 66 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(