Bang Beben Profile picture
May 22, 2022 37 tweets 6 min read Read on X
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 7 : Kamiyak

@IDN_Horor
#bacahorror #bacahoror #ceritaserem #ceritahoror #ceritaseram Image
Bruuk..!

Aku hempas ke tanah. Tubuhku menggelepar bagai ikan terdampar di darat. Cengkraman di leher membuat nafasku sesak dan tubuh berguncang-guncang tidak karuan.

Suara parau dengan desah nafas  mulai memanggil namaku.

"Kaaass...nooo....!"
Suara parau itu terus memangil berulang-ulang, hingga ada cahaya terang menyilaukan mataku.

"Kasno...! Kasno...!"

Aku tersentak, ternyata pak Salundik. Cahaya senter ia sorotkan ke wajahku dan tangan kirinya mengguncang pundak.

"Kasno! Kamu kenapa, hah!?"
Pak Salundik mendelik, menatapku heran. 

"Kamu ingin bunuh diri, hah!?"

Aku gelagapan. Segera kusingkirkan kedua lengan yang mencekik leherku sendiri.

"Kamu kenapa? Apa yang kamu lihat?"
Pak Salundik mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri. Setelah berpijak pada kedua kaki, kupukul-pukul pantat guna menyingkirkan debu dan tanah yang menempel.

Pak Salundik mengernyitkan dahi, memandang wajahku dengan bingung.
"Kamu kenapa? Ada melihat sesuatu?"

"Rantai, pak!"

Pak Salundik terbalalak.

"Rantai apa?"

"E-eh gak, pak. Gak apa-apa," jawabku terbata.

Entah kenapa tiba-tiba mulutku mengucapkan kata rantai. Tak ingin keadaan semakin runyam, kukedipkan mata seraya mengacungkan jempol.
"Aman pak. Tadi tidak sengaja terjatuh, he...he...he..." balasku sambil menggaruk belakang kepala yang tidak gatal.

"Huuh, ada-ada saja!" sungutnya gusar.

*****
Kaki kami kembali menapaki jalan desa yang sunyi, berjalan menuju dermaga. Di pedalaman, biasanya selepas magrib perkampungan akan sepi. Apalagi ditambah pemadaman listrik, membuat orang-orang semakin malas keluar rumah.
Sejauh mata memandang, hanyalah ada kegelapan. Satu-satunya penerang berasal dari cahaya senter yang dipegang pak Salundik. Tidak ada lampu penerang jalan, orang berjualan, apalagi orang lalu lalang seperti di kota besar.
Kabut tipis yang mulai naik, membuat desa ini semakin mencekam. Benar-benar seperti film horor tv.

Semua penduduk juga sepertinya terlelap di rumah masing-masing. Cahaya lampu teplok terlihat samar dari dari rumah-rumah mereka.
Jarak antar rumah yang renggang membuat kampung ini benar-benar seperti desa mati.

Patung sapundu yang berbentuk manusia, beberapa kali mengagetkanku. Berselimut kabut dan diterpa cahaya senter, aku terlonjak karena kukira ada hantu yang berdiri di pinggir jalan.
Apalagi bila angin bertiup, patung-patung itu bergoyang pelan seperti bergerak dan hidup. 

Untung saja aku berjalan bersama pak Salundik. Kalau sendirian, aku pasti sudah lari sedari tadi.
Menghilangkan kesunyian, aku kemudian bersiul sembari mengiringi pak Salundik yang berjalan di depan.

Aku semakin senang saat burung-burung hantu membalas siulanku. Mereka bersahutan dari arah rimba dengan suara yang menggema.
Seekor burung hantu bahkan mendekat, hinggap dari sandung ke sandung seraya mengeluarkan suara.

"Kasno! Jangan berbuat aneh!" tegur pak Salundik.

Aku tidak peduli, tetap saja aku bersiul. 

"Kasno!"
Bentakkan pak Salundik terpaksa membuatku berhenti. Orang tua aneh, terlalu percaya takhayul! ucapku dalam hati.

"Aku tahu kamu kesal, karena aku menolak membantu Gerson," seloroh pak Salundik lagi.
Aku tidak bicara sepatah kata pun. Aku terlalu sibuk menendang batu-batu kecil yang bertebaran di tengah jalan.

"Sebenarnya aku juga kasihan dengan si Bawi. Jiwa gadis malang itu tersesat di tengah belantara sana. Tapi..."
Pak Salundik menghela nafas panjang, lalu kembali berucap.

"Tapi..kita juga harus sadar dengan kemampuan kita. Jangan sampai, niat membantu malah mencelakai diri sendiri," lanjutnya.

Akhirnya pria paru baya itu berhenti mengoceh. Entah kenapa, aku senang kalau melihatnya kesal.
"Pak, Kamiyak itu apa?"

Pak Salundik bungkam. Aku tahu, ia paling tidak suka membahas mahluk halus saat malam hari.

"Pak, apakah kamiyak bisa mencelakai orang?"

"Kasno! Bisakah kau tanyakan saat nanti kita di rumah?" jawab pak Salundik dengan nada tinggi.
Kena dia! batinku. Setidaknya, aku bisa membalas sedikit kekecewaan pak Gerson tadi.

Perdebatan tak penting itu terhenti, saat pak Salundik memelankan langkah. Dari arah depan, terdengar suara yang aneh. Seperti suara decak mulut tengah mengunyah makanan.
Semakin kami melangkah, suara decak mulut itu terdengar semakin jelas. Pak Salundik mengarahkan senternya, mencari sumber suara.

Ia terlihat was-was hingga membuatku juga ikut-ikutan cemas.
Kami berdua tertegun, saat cahaya senter menyorot sosok hitam yang sangat tinggi. Tubuhnya melengkung kedepan dengan kepala berada di dalam Sandung, tengah menikmati sesaji. Kabut tipis yang menutup tubuhnya, membuat mahluk itu tampak semakin menakutkan.
"Pak...! Pak...! I-itu di sandung. I-itu siapa?"

Kupukul-pukul pundak pak Salundik, karena rasa takut yang seketika datang. Aku kenal sosok itu, nenek tadi! Rambut putihnya menjuntai menyapu tanah. Gemericik air terus menetes pelan dari tubuhnya yang basah.
Pak Salundik mundur perlahan dengan deru nafas yang terdengar jelas. 

"Pak..."

"Jangan dikuya!" Bisik pak Salundik.

Seketika aku tersadar. Menurut kepercayaan masyarakat di sini, apabila mendengar atau melihat sesuatu yang ganjil, sebaiknya jangan dikuya.
Maksudnya jangan digubris atau pura-pura tidak tahu. Karena bila dikuya, hal itu semacam lambaian tangan bagi mereka untuk mendekat.

Kami terus melangkah mundur hingga jarak kami cukup jauh. Kami kemudian berbalik, ganti arah.
"Allahu Akbar!"

Aku menjerit sangat kencang. Sosok itu, kini berdiri di depan dalam jarak 10 meter. Sangat jelas, tubuhnya basah penuh air. Ia menyeringai sangat lebar dengan mata bolong. Rambutnya yang putih sangat kontras dengan pakaian serba hitam yang ia kenakan.
Jantungku berdegub kencang dan bulu tengkukku langsung berdiri. Kami mundur perlahan saat mahluk itu mulai mendekat.

Sreekk...

Sreekk...
Jantungku rasanya benar-benar melorot saat mendengar suara langkah kaki terseret. Keringat menbanjiri wajah pak Salundik seiring mulutnya membacakan doa-doa. 

Aku kaget setengah mati ketika ia memukul pundakku. Pak Salundik kembali berbalik dan aku langsung mengikuti.
"Allahu Akbar...! Allahu Akbar...!"

Nenek wajah hancur tadi sudah berdiri di depan kami. Ia hanya berdiri di tengah jalan, bergoyang pelan ke kiri dan kanan bagai jam bandul.

"A-A-Allahu laa ilaaha illaa huw... Allahu laa ilaaha illaa huw al-hayyu..."
Karena takut, ayat kursi yang kubaca berputar-putar di situ saja. Pak Salundik menarik tanganku, membawaku mundur menjauh.

Saat sosok itu perlahan hilang dalam gelap, kami kembali berbalik. Kami bernafas lega saat sosok itu tidak ada di hadapan kami.
Pak Salundik menyorotkan senter ke belakang, kiri dan kanan. Sepertinya nenek hantu tadi benar-benar telah pergi.

Tanpa bicara, pak Salundik kembali melangkah menyusuri jalan desa yang sunyi. Tak ingin tertinggal, aku bergegas menyusul.
Namun, kurasakan sangat berat untuk melangkah. Pergelangan kaki terasa sangat panas bagai kena bara api.

Seketika aku sadar yang tidak beres. Takut-takut, aku menoleh ke bawah. Tiba-tiba tubuhku terasa lemas. Jantung deg-degan tidak karuan.
Di bawah situ, ada wajah seorang nenek yang sedang menyeringai. Kepalanya seolah menyembul dari dalam tanah. Kedua tanganya yang kurus mencengkram erat kakiku.

Bruukk !
Aku tersungkur ke tanah. Kurasakan perih di mulut karena bibir yang pecah dan mengeluarkan darah.

"Tooollooonggg...!"

Aku menjerit sangat kencang tatkala nenek itu menyeret tubuhku menuju kegelapan.
Kedua sikut dan lutut terasa perih karena bergesekan dengan tanah penuh kerikil tajam.

"Tooollooonggg...!"

Suaraku menggema ke segala penjuru kampung. Jeritanku bercampur tangis, diiringi sahutan burung hantu yang bertengger di atas sandung.
Lambat laun aku tersadar, tidak ada seorang pun yang mendengar jeritanku. Meski berteriak sangat kencang, suaraku hilang ditelan kesunyian malam. Jeritanku kini berubah jadi rintihan putus asa.
Di ujung jalan, cahaya senter pak Salundik terus bergerak menjauh. Jangan-jangan dia sengaja menyerahkan jiwaku pada kamiyak, arwah orang mati yang penuh dendam?

Aku menangis, menyadari aku akan bersama Bawi, tersesat di dunia para arwah yang bergentayangan.

...bersambung...
Bila suka, bantu rituit ya biar makin semangat up ceritanya.

Tabe 😁🙏

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Feb 1
-A Thread-

"Ritual Pesugihan Sate Gagak di Makam Massal Korban Kerusuhan"

Sebuah kisah dari seorang kawan yang kini mendekam di penjara.

@IDN_Horor @bacahorror @P_C_HORROR

#bacahoror #threadhoror #ceritaserem #malamjumat Image
-Bismillah, kita mulai...

30 menit menuju pukul 12 malam, kami berlima harap-harap cemas. Sejak magrib, kami memang berkumpul di sini, di komplek kuburan massal korban peristiwa berdarah belasan tahun silam.
Semakin malam, udara terasa semakin dingin, sementara suara serangga, burung hantu dan hewan-hewan malam semakin riuh. Pohon-pohon yang mengelilingi kumpulan nisan tanpa nama ini bergoyang pelan tertiup angin, membuat suasana malam ini terasa semakin meresahkan.
Read 134 tweets
Dec 28, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 21 : Bawi Nyaring (Tamat)

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar #malamjumat Image
Braaak…!

Pak Wardoyo tersungkur bersimbah darah. Pinggangnya robek dengan luka mengangga. Ia menjerit kesakitan lalu terguling ke sungai. Ternyata Galih telah datang dengan sebuah mandau. Ia mengibas mandau ke sana kemari membuat yang lain gelabakan.
“Dibyo, lari!!!”

Galih menarik lenganku, kami berdua lantas berlompatan di atas batu, meninggalkan mereka yang terbengong di belakang. Sesampainya di pinggir sungai, kami berdua berlari sekencangnya hingga keringat membasahi tubuh.
Read 77 tweets
Dec 24, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 20 : Ganti Badan

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
---Lanjut---

“Apa yang kalian lakukan di sini?!” sentak lelaki yang membawa senapan angin.

Mina Kurik merangsek ke depan, mengeluarkan buntalan kain berisi tombak. Si lelaki meraih dengan cepat dan membuka bungkusannya.
Begitu melihat isinya, si lelaki tercenung. Ia lantas melirik para lelaki lainnya yang dibalas anggukan.

“Nenek yang kalian cari telah mati terpangang di gubuknya tiga tahun lalu.”
Read 59 tweets
Dec 21, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 19 : Rahasia Dibyo

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #malamjumat #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
--Lanjut--

Sontak kami menjadi kaget mendengar apa yang diucapkan oleh Retno. Terlebih lagi bu Lastri dan Pak Wardoyo, mereka benar-benar kebingungan. Mereka bersikeras bahwa baru pertama kali ke Kalimantan dan selama ini tak tahu keberadaan Retno dimana.
Semua menjadi jelas tatkala Retno menceritakan apa yang telah terjadi sebenarnya. Kala itu baru seketar enam bulan Retno berada di pedalaman Kalimantan dan bekerja di sebuah Bank milik pemda.
Read 51 tweets
Dec 17, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 18 : Sungai Darah

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
Bilah mandau melesat di samping, menggores pelipis dan membelah kuping kananku jadi dua.

Aku menjerit sejadinya hingga suaraku serak. Rasa perih terasa menjalar ke seluruh badan. Hampir saja aku terkena serangan jantung demi melihat darah membasahi pipi, leher, dan baju.
Rupanya pak Wardoyo berhasil menarik lenganku, sepersekian detik sebelum mandau melibas kepala dan mengeluarkan isinya.

Mandau hanya menghujam tanah persis di samping kepala, mengiris kuping jadi dua. Berhasil berdiri, aku gelabakan menjauh sambil memegang kuping yang terbelah.
Read 71 tweets
Dec 10, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 17 : Kariau

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
--Lanjut--

Malam terasa hening di desa ini. Hanya ada satu dua orang yang lalu lalang menyusuri jalan.

Tidak ada lampu penerang jalan dan hanya ada sinar lampu temaram di teras rumah warga membuat jarak pandang terbatas.
Aku sedikit tenang dengan telah kembalinya Galih dan Ilham. Setidaknya ada tambahan lelaki muda untuk mengawali jalannya ritual nanti.

Malam itu kami bertiga berbincang di teras, menikmati rokok, minuman hangat serta singkong goreng.
Read 66 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(