Wallensky Profile picture
Aug 21, 2022 124 tweets 13 min read Read on X
Novi berjalan dengan amat hati-hati. Tapi langkahnya yang kikuk dan tak stabil, membuat piringnya jadi miring, hingga beberapa iris kentang gorengnya berjatuhan ke lantai. Persis di depan pintu kamar misterius itu...
"Aduh.. pake jatuh segala. Sayang banget.."

Sejenak Novi berhenti. Dia ingin memungutnya, tapi bagaimana? Tangannya penuh semua. Namun tiba-tiba...

Deg!
Novi tersentak kaget ketika dia melihat pintu kamar itu tiba-tiba sedikit terbuka, lalu perlahan muncul tangan kurus dan kotor yang tersembul keluar dari dalamnya!
Misteri sebuah Kamar, letaknya paling ujung, persis dekat dapur. Pintunya tak dapat dibuka, walau dicoba secara paksa.

Sering terdengar suara rintihan dari dalam sana. Suara ketukan pintu, dan juga dentingan nyaring.
Tak ada yang berani mendekatinya. Dari luarnya saja kamar itu begitu menakutkan. Namun siapa yang mengira, kalau di balik semua misterinya, ada kisah duka yang tersimpan di dalamnya...
Segera posting bersambung di twitter! Silahkan like, rt, atau tinggalkan jejak supaya nggak ketinggalan updatenya!
Yang mau langsung baca bagian 1 sampai tuntas, silahkan klik link di bawah ini:
karyakarsa.com/Wallensky/kama…
KAMAR PALING UJUNG

(Bagian 1)

-----------------
"Aduh.. Gimana nih.."

Nining bingung. Dia lapar. Tapi batinnya masih menimbang-nimbang. Mana yang harus dia menangkan. Rasa lapar, atau rasa takutnya?
Dia jadi sedikit menyesal karena lalai membeli makanan sepulang bekerja tadi. Menunggu pedagang keliling yang lewat pun jadi sia-sia, karena hujan deras yang turun sejak tadi, tak kunjung reda.
Malam itu, situasi tak berpihak padanya. Kini dia jadi susah sendiri karena stok mie instan justru ada di lemari dapur. Dan dia tak berani melangkah ke sana.
Sejenak dia cuma bisa terpaku di depan pintu kamarnya sendiri. Matanya terus menatap ke arah lorong yang berujung pada dapur.

Namun untuk ke sana, dia harus melewati kamar itu...
Kamar yang misterius dan menakutkan. Jangankan malam hari, siang hari saja dia tak berani ke sana sendiri kecuali ditemani Novi, kawannya sesama penghuni mess.
Kkrrukk.. Kkrrukk...

Perut nining berbunyi. Lambungnya mulai bikin ulah. Kalau didiamkan bisa jadi masalah. Akhirnya dia putuskan, laparnya yang menang. Dia terpaksa menomor duakan rasa takutnya.
Dia memang takut, tapi lebih takut lagi kalau penyakit asam lambungnya kumat dan harus kembali masuk rumah sakit. Sudah terbayang jarum suntik yang sejak kecil telah jadi momok baginya.
Biasanya dalam situasi seperti ini, dia akan minta Novi untuk menemani, atau sekalian minta makanan darinya. Namun kali ini kawannya itu tak ada.
Sejak kemarin, Novi dibawa kakaknya berobat ke dukun patah akibat jatuh kemarin sore.

Jadi untuk saat ini, di tempat ini, Nining benar-benar sendiri.
Akhirnya perlahan Nining mulai melangkahkan kaki. Sejenak menimbang lagi, mau jalan pelan-pelan, atau langsung cepat berlari?
Dia memilih melangkah perlahan. Kalau dia lari, dia takut seperti Novi yang kakinya terkilir lalu bengkak akibat jatuh terpeleset di sana, persis di depan pintu kamar itu. Nining tak mau bernasib sama.
Ketika beberapa langkah lagi dia akan lewat di depan kamar itu, dadanya berdegup kian keras. Jantungnya seperti mau lepas!
Saat benar-benar lewat persis di depannya, dia spontan mempercepat langkahnya sambil memalingkan wajah.
Hufffth…

Nining mengela napas lega ketika dia berhasil sampai ke dapur. Tanpa membuang waktu, segera mengambil mangkuk besar, memasukkan mie instan ke dalamnya, lalu menyiram dan merendamnya dengan air panas.
Dia terpaksa menempuh cara darurat itu, karena merebus mie instan dengan cara yang biasa, akan terasa lama di saat genting seperti ini. Dan dia tak mau lama-lama ada di situ.
Dug.. Dug.. Dug..

Nining tercekat! Jantungnya serasa loncat! Hampir saja mangkuknya tumpah. Dia tak berani menengok. Dia yakin suara ketukan tadi berasal dari dalam kamar itu.
"Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah..."

Sejenak dia cuma bisa diam terpaku. Matanya terpejam meringis. Tapi kemudian hening. Suara itu tak terdengar lagi. Yang ada hanya suara degup jantungnya sendiri yang berdentum keras tak berirama.
Ting.. Ting.. Ting..

Astaga!

Nining kembali terkejut! Padahal dia belum sempat apa-apa. Tapi suara mirip dentingan piring itu membuat dirinya kembali meringis ketakutan!
Nining sudah tak tahan. Kengerian sudah menggerogoti nyalinya sejak tadi. Tubuhnya jadi gemetar. Rasa takut dan juga rasa lapar, bercampur jadi satu dengan pikirannya yang kini tak karuan.
Tapi terlalu riskan berjalan melewati kamar itu sambil membawa semangkuk mie instan dengan tangannya yang kini gemetaran. Dia takut mangkuknya tumpah.
Akhirnya dia tinggalkan mangkuknya, mengambil lagi sebungkus mie instan yang masih baru, lalu langsung melangkah secepat mungkin masuk kembali ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar pun dia masih ketakutan. Tangannya masih saja gemetar saat meremas-remas bungkus mie instan lalu membuka dan langsung memakannya mentah-mentah.
Remah-remah mie yang dia makan pun jadi berantakan di kasur karena tangannya tak juga berhenti bergetar.
Namun akhirnya dia bisa menyelesaikan makannya. Walaupun cuma makan mie instan mentah, tapi ditambah minum air putih dua gelas lebih, sudah cukup untuk mengganjal perutnya yang sejak tadi terasa perih.
Tapi hatinya belum tenang. Suara-suara tadi seakan masih terngiang-ngiang. Padahal sudah sering dia mengalami kejadian itu. Tapi tetap saja dia masih ketakutan setiap kali mengalami hal serupa.
Di saat seperti ini, dia butuh teman. Tapi Novi tak ada. Akhirnya dia segera menghubungi sahabatnya itu. Kalau orangnya tak ada, suaranya pun jadi.
"Halo Nov? Gimana kaki kamu?"

"Udah mendingan Ning. Kata tukang urutnya, engsel kakiku geser, tapi sudah diobati. Sekarang bengkaknya sudah berkurang." Sahut Novi di sebrang sana.
"Oh gitu. Trus kapan kamu pulang?"

"Belum tau Ning. Mbak Yuli minta aku sementara tinggal di rumahnya dulu sampai aku pulih. Memangnya kenapa?"
"Aduh Nov, kamu pulang kesini aja deh! Biar nanti aku yang bantu rawat kamu. Aku takut sendirian di sini. Barusan suara-suara itu muncul lagi! Aku takut Nov! Memangnya kamu nggak kasihan sama aku?"
“Hmm.. Ya udah iya. Nanti aku ngomong sama mbak Yuli. Udah dulu ya, aku ngantuk nih. Mending kamu tidur aja. Jangan lupa pintunya dikunci.”
"Tapi bener ya Nov? Pokoknya kamu harus pulang!" Ucap Nining lalu mengakhiri pembicaraannya.
Sebenarnya Nining ingin ngobrol lebih lama dengan Novi sekedar untuk meredam rasa takutnya. Namun dia juga tak tega bila harus mengganggu waktu istirahat Novi yang sedang tertimpa musibah itu.
Akhirnya Nining merebahkan diri di kasur, menutup wajahnya dengan bantal, berharap bisa segera tidur dan melupakan kejadian yang baru saja dia alami.

*******
Nining seorang gadis perantau yang bekerja di sebuah pabrik yang ada di salah satu wilayah penyangga ibu kota.
Dia dan beberapa kawannya sesama pekerja pabrik tinggal menempati sebuah rumah besar yang disulap jadi mess yang memang sengaja disediakan untuk mereka.
Sebenarnya ada satu mess lagi. Mess utama. Letaknya persis di sebelah pabrik. Tapi mess itu penuh. Hingga perusahaan menyewa satu tempat lagi untuk dijadikan mess kedua atau tambahan, dimana Nining dan beberapa kawannya kini tinggal.
Dia yang tinggal satu kamar dengan Novi, awalnya merasa senang bisa tinggal di sana. Bagaimana tidak? Selain gratis, letak mess yang kedua ini juga tak terlalu jauh dari lokasi pabrik. Sudah tentu jadi nilai tambah karena tak perlu lagi mengeluarkan ongkos. Cukup jalan kaki saja.
Penghuninya pun tak terlalu banyak. Hanya beberapa orang saja. Walaupun ukuran tiap kamarnya terbilang sempit, namun lebih nyaman dan lebih terjaga kebersihannya ketimbang mess utama yang penghuninya jauh lebih banyak.
Tapi kian lama, mess itu kian menyeramkan. Semenjak dia tinggal di sana, sudah beberapa kali dia dan kawan-kawannya mengalami kejadian aneh.
Mereka sering mendengar suara-suara misterius yang berasal dari salah satu kamar yang ada di mess itu. Letaknya paling ujung, persis di dekat dapur.
Sering terdengar suara orang yang merintih. Juga suara ketukan pintu yang diketuk dari dalam. Sering juga terdengar suara dentingan piring yang begitu nyaring.
Mereka sudah melaporkan semua keanehan itu kepada pak Wahyu, sang kepala sekuriti di pabrik. Pak Wahyu pun waktu itu dengan sigap segera menanggapi.
Saat itu, dia langsung berniat membuka kamar itu untuk memeriksanya. Namun dia kesulitan untuk membuka pintu yang sepertinya sudah lama tak pernah dibuka itu, padahal dia punya kuncinya.
Akhirnya dia coba untuk membuka paksa, tapi sia-sia. Pintu yang terbuat dari kayu itu, begitu kokoh bagaikan pintu baja.
Dicongkel, dihantam, ditendang, bahkan didobrak oleh beberapa orang pria berbadan besar sekalipun, pintu itu tak bergeming. Mereka seakan-akan sedang menghadapi pintu brankas saja.
Kemudian mereka coba mengintip dari lubang angin yang ada di atas pintu, berharap bisa melihat ke dalam. Namun mereka kesulitan untuk melihat ke dalam sana akibat minimnya cahaya.
Lalu mereka coba menyorot ke dalam menggunakan senter. Tapi mendadak senternya mati.

Akhirnya mereka pun menyerah. Dan kamar itu pun tetap menyimpan semua misterinya rapat-rapat.
Karena tak tahan harus selalu ketakutan setiap malam, akhirnya satu-persatu para penghuni mess memutuskan untuk pindah dan menyewa kamar kos di tempat lain. Nining juga ingin sekali seperti itu, tapi dia tak bisa.
Upahnya sebagai pekerja baru, hanya cukup untuk makan dan membeli kebutuhan pokok harian saja. Sedangkan sisanya harus dia kirim ke kampung untuk biaya berobat bapaknya yang sedang sakit.
Begitu juga dengan Novi. Kawannya itu bekerja sambil kuliah dengan biayanya sendiri. Sudah tentu butuh banyak uang. Dan menyewa tempat kos bisa membuat keseimbangan keuangannya jadi goyah.
Bukan apa-apa. Harga sewa sebuah kamar kos di daerah itu bisa sepertiga dari gaji mereka. Belum ongkosnya. Maklum saja, tempat kos yang ada di sekitar kawasan industri memang harganya bisa membuat geleng-geleng kepala.
Nining dan Novi kini hanya tinggal berdua. Awalnya mereka tinggal di kamar yang berbeda. Namun akhirnya Nining meminta Novi untuk tinggal satu kamar dengannya, agar bisa saling menjaga. Lebih tepatnya, Nining tak berani tinggal satu kamar sendirian.

-------bersambung-------
Mau langsung baca bagian 1 sampai tuntas? Silahkan klik link berikut ini:
karyakarsa.com/Wallensky/kama…
Pagi-pagi sekali, Nining terbangun dan langsung kegirangan begitu mendengar suara Novi yang sudah tiba di depan gerbang diantar oleh mbak Yuli, kakaknya.
"Hai Nov! Ya ampun! aku seneng banget akhirnya kamu pulang!" Pekik Nining langsung memeluk sahabatnya itu.
"Alah lebay! Biasa aja kali." Sahut Novi meledek tapi balas memeluk.
"Itu kakinya harus dibungkus gitu?" Tanya Nining ketika melihat engkel kaki Novi yang terbungkus kain perban elastis warna krem.
"Iya nih. Kata tukang urutnya, memang mesti begini, biar nggak geser-geser lagi. Untuk sementara aku jalan pakai tongkat dulu. Nih tongkatnya."

"Oh gitu. Mudah-mudahan cepet sembuh ya."
Tapi belum sempat masuk, mbak Yuli sudah minta pamit. "Saya langsung pamit aja ya. Masih ada urusan lain. Titip Novi ya Ning."
"Oh iya mbak. Makasih ya. Hati-hati di jalan. Pokoknya tenang aja, Novi pasti aku jagain." Balas Nining.
Mbak Yuli mengangguk lalu berbalik pergi. Nining langsung membantu Novi berjalan masuk ke dalam kamar.
"Nov, kamu udah sarapan belum?"

"Belum. Aku tadi berangkat buru-buru, jadi nggak sempat sarapan."

"Ya udah. Aku bikinin mie ya? Kamu mau nggak?"

"Ya mau dong! Pake nanya lagi!"

"Ya udah.Tapi anterin ya?"

"Ya ampun Ning! Nggak liat nih kakiku begini?"
"Hmm.. Gini aja, kamu nggak usah ikut ke dapur deh, cukup berdiri di depan pintu kamar aja sambil liatin aku. Gimana?"

"Ah ada-ada aja! Ayo deh! Dasar penakut!"
Nining tersenyum kecut mendengar ejekan Novi. Sebenarnya Nining salut dengan sahabatnya itu. Novi termasuk anak yang pemberani.
Dia dengan entengnya sering mondar-mandir ke dapur sendirian, padahal dia juga sering mendengar suara-suara itu. Tapi dia seperti tak perduli.
Akhirnya ditemani Novi yang berdiri di depan pintu kamar dengan ditopang tongkatnya, Nining segera pergi ke dapur diiringi mata Novi yang terus mengawasi.
Namun saat akan melewati kamar misterius itu, dia langsung terkejut hingga langkahnya terhenti!
"Eh! Ngapain malah bengong di situ?" Teriak Novi dari kejauhan.
Nining tak menjawab. Matanya masih tertuju pada ceceran mie instan yang nampak basah dan lengket di lantai, persis di depan pintu kamar itu.
"Woi! Ning! Cepetan! Udah pegel nih!" Teriak Novi yang seolah menyadarkannya untuk bergegas melangkah ke dapur.
Tapi di sana, dia bahkan lebih terkejut lagi! Mangkuk mie yang dia tinggalkan semalam, jatuh hingga pecah di lantai. Namun bukan itu saja yang membuatnya kini jadi merinding..
Mie yang tumpah di lantai itu nampak terus berceceran menuju ke arah kamar misterius...
"Ning! Ngapain aja sih lama banget?"

Astaga! Nining tersentak kaget ketika Novi tiba-tiba sudah ada di belakangnya.
"Itu Nov.." Sahut Nining sambil menunjuk mangkuk yang pecah dan mie yang tumpah berceceran.
"Kok berantakan gini?" Tanya Novi terheran-heran.
Nining menggeleng tanda tak tau. Lalu dia menceritakan tentang kejadian semalam, dimana dia meninggalkan semangkuk mie itu karena ketakutan.
"Ah, paling kerjaannya tikus!" Kilah Novi dengan entengnya.
Akhirnya Nining membuat mie instan ditemani Novi yang duduk di kursi. Setelah selesai, mereka pun bergegas kembali masuk ke dalam kamar.

*******
Tengah malam Nining terbangun. Cuaca malam itu memang terasa sumuk sejak tadi. Ditambah suara nyamuk yang terus berdengung tak mau berhenti. Dilihatnya Novi yang sedang tertidur pulas.
Nining haus. Tapi stok air minum dalam botolnya habis. Padahal tadi masih ada sedikit. Ini pasti ulah Novi yang menghabiskannya namun enggan untuk mengisinya kembali.
Lagi-lagi dia harus ke dapur. Namun dia tak tega membangunkan Novi yang terlihat amat kelelahan hingga tidurnya sampai mendengkur.
Akhirnya Nining memberanikan diri pergi ke dapur tanpa ditemani. Toh sekarang ada Novi di sini. Dia tak benar-benar sendirian lagi. Begitu batinnya coba membesarkan nyali.
Nining melangkah cepat. Begitu juga dengan jantungnya yang berdetak tak mau kalah cepat. sebentar saja, Nining sudah ada di dapur. Segera mengisi botol minumnya dengan air dari dispenser.

Namun tiba-tiba…
Hhhhh.. Hhhhh.. Hhhhh..

Nining tercekat! Suara rintihan itu! Aliran darahnya seakan berhenti. Tapi detak jantungnya bagai menari dengan ritme cepat tak beraturan.
Tak perlu menunggu botol penuh. Nining berniat ingin segera kembali saja ke kamar. Tapi begitu dia melewati kamar itu, dirinya tak kuasa menahan mata untuk sekedar melirik.
Jujur saja, walaupun selama ini dia takut, namun dalam hatinya terselip rasa penasaran.
Astaga!

Seketika lirikan matanya langsung beralih ke arah lain!

Dia tadi seperti melihat ada kilatan cahaya mata yang mengintip dari lubang kunci pintu itu!
Cepat-cepat dia kembali ke dalam kamarnya, langsung tidur sambil membenamkan wajahnya di balik bantal dengan tubuh yang masih gemetaran.

*******
"Nov, kita pindah aja yuk? Kita cari kamar kos yang murah-murah aja. Nanti kita bayar patungan berdua." Pinta Nining kala pagi di sela obrolan mereka.
"Aduh Ning, aku lagi butuh uang banyak untuk bayar kuliahku. Belum lagi persiapan untuk biaya skripsi nanti. Aku nggak mau ah!" Jawab Novi.
"Tapi aku udah nggak kuat Nov! Makin hari tempat ini makin serem aja."
"Iya aku ngerti. Tapi lebih serem mana sama kuliahku yang putus karena kurang biaya? Atau lebih serem mana sama bapakmu yang nggak sanggup berobat karena nggak ada uang?"
Nining terdiam. Ucapan Novi tadi seolah mengingatkannya kembali tentang alasan mengapa mereka rela bertahan di tempat ini. Akhirnya dia cuma bisa pasrah, sejenak menyimpan hasrat untuk pindah, yang entah kapan bisa terlaksana.

*******
Selama beberapa hari, Novi tak masuk kerja. Seharian dia cuma luntang-lantung di dalam kamar tanpa bisa kemana-mana.
Tentu saja dia jenuh. Tapi mau bagaimana lagi? Sesuai pesan si tukang urut, dia harus istirahat dan tak boleh terlalu banyak bergerak demi kesembuhan kakinya itu.
Namun selama dia sendirian di dalam kamar, beberapa kali suara-suara misterius itu kembali terdengar, bahkan pada siang hari. Tapi dia tak pernah menghiraukannya.
Teman-temannya yakin kalau kamar itu ada 'penghuni'nya. Dia pun sebenarnya punya pikiran yang sama. Tapi semua itu tak pernah membuat dirinya takut. Nyali gadis yang satu ini memang patut diacungi jempol.
Lain halnya dengan Nining. Kejadian tumpahnya mangkuk mie kemarin, membuatnya merasa kalau semua gangguan itu mulai naik level.
Si 'penghuni' kamar misterius yang awalnya hanya mengusik lewat suara-suara, kini sepertinya ingin lebih menunjukkan eksistensinya. Tak terbayangkan bagaimana nanti klimaksnya.
Andai saja dia tidak tinggal bersama Novi yang pemberani, mungkin sudah sejak lama dia minggat dari tempat itu. Tapi sikap Novi yang seolah ikut menularkan keberanian pada dirinya, membuatnya mampu bertahan hingga sejauh ini.

Tapi untuk berapa lama?

*******
Pukul 21.00.

Malam itu Novi sendirian di dalam kamar. Nining belum pulang. Ada lembur katanya. Novi yang iseng sendiri, akhirnya berniat ke dapur untuk membuat kentang goreng, cemilan favoritnya.
Setelah selesai menggoreng kentang, Novi jadi kebingungan sendiri untuk membawanya ke kamar karena dia masih berjalan menggunakan tongkat.
Tapi menunggu Nining pulang akan memakan waktu lama. Dia tak mau kentangnya keburu dingin. Akhirnya dia paksakan diri untuk membawanya. Tangan kiri memegang piring, sedangkan tangan kanannya memegang tongkat.
Dia berjalan dengan amat hati-hati. Tapi langkahnya yang kikuk dan tak stabil, membuat piringnya jadi miring, hingga beberapa iris kentang gorengnya berjatuhan ke lantai.

Persis di depan pintu kamar misterius itu...
"Aduh.. pake jatuh segala. Sayang banget.."

Sejenak Novi berhenti. Dia ingin memungutnya, tapi bagaimana? Tangannya penuh semua.

Namun tiba-tiba...
Deg!

Novi tersentak kaget ketika dia melihat pintu kamar itu tiba-tiba sedikit terbuka, lalu perlahan muncul tangan kurus dan kotor yang tersembul keluar dari dalamnya!
Novi spontan tersurut mundur sampai piringnya jatuh! Tapi dia lupa kalau kakinya sedang sakit, membuat dirinya jadi limbung, lalu jatuh terduduk di lantai!
Tangan kurus dan kotor itu meraih irisan kentang yang tercecer di lantai, lalu perlahan kembali masuk. Dan pintu itu pun kembali tertutup...
Novi bagai terkesima. Untuk sesaat dia tetap diam masih tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Tapi kemudian dia langsung coba untuk kembali berdiri. Lalu dengan langkah tertatih-tatih, dia kembali ke kamarnya dan segera mengunci pintunya dari dalam.
Setengah jam kemudian, Nining yang baru pulang, sejenak heran melihat piring yang tergeletak di lantai dengan kentang goreng yang berceceran di sekitarnya.
"Nov? Kok pintunya di kunci sih?" Teriak Nining memanggil di depan pintu kamar yang terkunci.

"Sebentar..." Balas Novi dari dalam.
Pintu pun terbuka, muncul Novi di sana. Nining pun langsung bertanya.

"Itu kok ada piring di situ?"
"Iya. Tadi aku bikin kentang goreng. Tapi pas mau dibawa ke kamar, malah jatuh. Ya udah nggak apa-apa, besok aja beresinnya. Udah malem. Aku ngantuk. Ayo masuk."
Novi sengaja merahasiakan kejadian yang sebenarnya. Dia tak ingin membuat Nining makin takut. Dia tak mau sampai Nining kembali merengek-rengek mengajaknya untuk pindah, hal yang tak mungkin bisa dipenuhinya untuk saat ini.

--Bersambung ke bagian 2-end--

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Wallensky

Wallensky Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wallensky10

Apr 24
Horor Series "Titisan Siluman Ular"

Part 17

LANGIT MERAH DI PRAMBANAN

Bab 2 - Watu Gede

@Penikmathorror @HorrorBaca @IDN_Horor @bacahorror

#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #horror Image
Bab 2 - Watu Gede

***

"Yud, memangnya tadi di rumah Halimah ada apa?" Tanya Toto begitu melihatku datang.
Read 81 tweets
Apr 13
--- ISTRI SIMPANAN ---

Bab 2 - Hamil

@Penikmathorror @HorrorBaca @IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id

#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #horror Image
Bab 2 - Hamil

***

Esok harinya, om Gun menghubungi Dahlia menanyakan kesediaannya untuk menemani jalan-jalan. Dahlia pun menyanggupi. Lagi pula tak ada salahnya memenuhi permintaan itu, toh dia akan dapat uang lebih banyak lagi.
Read 60 tweets
Apr 12
Horor Series "Titisan Siluman Ular"

Part 17

LANGIT MERAH DI PRAMBANAN

Bab 1 - Pendamping

@Penikmathorror @HorrorBaca @IDN_Horor @bacahorror

#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #horror Image
"Aku dapet wangsit dari Watu Gede, pernikahan ini harus diundur karena bertepatan dengan hari dibuatnya candi. Asal kalian tau, itu adalah hari keramat, makanya dilarang untuk melakukan perayaan apapun. Kalau masih ngeyel juga, kalian bakal celaka." Ujar mbah Karsiyem.

***
Sebuah pantangan telah dilanggar, menyebabkan bangkitnya kekuatan kuno maha dahsyat yang mengerikan. Yudha berusaha menghadapinya, tapi siapa sangka, justru dia harus meregang nyawa..
Read 92 tweets
Mar 30
--- ISTRI SIMPANAN ---

@Penikmathorror @HorrorBaca @IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id

#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #horror Image
Om Gun berdiri tepat di depan Dahlia dengan wajah yang bengis. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi memperlihatkan kuku-kukunya yang runcing, lalu menghujamkannya ke perut Dahlia hingga tembus sampai ke dalam!

AAAAAKH!

***
Seorang wanita penghibur menerima tawaran menikah dari seorang lelaki kaya demi hidup dalam gelimang harta.

Lalu apakah dia bahagia? Awalnya begitu. Hingga segalanya berubah jadi malapetaka dan kesengsaraan.

Pada akhirnya, tak ada yang cuma-cuma di dunia ini...

***
Read 72 tweets
Mar 21
--- RAHASIA CITRA ---

Bab 7 - Rahasia yang terungkap

@Penikmathorror @HorrorBaca @IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id

#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #horror Image
Bab 7 - Rahasia yang terungkap

***

Pak Cipto duduk termenung. Ditatapnya pintu kamar Citra yang tertutup rapat. Putri kesayangannya itu kini tertidur setelah melalui peristiwa yang menegangkan. Untungnya anak itu cepat dibawa pulang, kalau tidak, tak terbayangkan apa jadinya.
Read 71 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(