Cumigaringg Profile picture
Nov 3 86 tweets 12 min read
BASED ON TRUE STORY

Cerita ini berkisah di tahun 80an, berlatar di suatu desa di Jawa Barat. Semua nama dan tempat aku samarkan, demi kenyamanan bersama.

@bacahorror_id @IDN_Horor #bacahorror #malamjumat #threadhorror #ceritaseram Image
Aku tinggal bersama emak, dan kedua kakakku. Kira-kira 300m dari rumahku, ada rumah saudaraku sebut saja namanya Lastri. Bi Lastri ini adalah bibiku, dia berusia sekitar 30 tahun, dia cantik, tinggi, dan badannya cukup berisi.
Bi Lastri sudah menikah dan mempunyai satu anak perempuan, namun pernikahannya tidak bertahan lama, dia bercerai dengan suaminya. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari Bi Lastri mempunyai warung kecil-kecilan di depan rumahnya.
Dia berjualan macam-macam makanan seperti pisang goreng, mendoan, dan makanan ringan lainnya. Warungnya ini selalu ramai, banyak anak-anak ataupun orang tua yang makan atau sekedar nongkrong. Dan dari sinilah Bi Lastri mengenal satu pria yang akan membawanya pada petaka.
Pria ini hitam manis, tinggi, dan bisa dibilang dia adalah orang kaya di kampung ku. Namanya Pak Dendi, dia merupakan juragan beras. Dia sudah menikah, dan mempunyai istri yang menurutku cukup judes namanya Bu Marni. Dan dari pernikahannya mereka mempunyai 4 orang anak.
Awalnya Pak Dendi sering datang ke warung Bi Lastri untuk membeli makanan dan nongkrong. Namun ternyata lama-lama mereka mulai menjalin hubungan. Hingga suatu hari, Pak Dendi melamar Bi Lastri mengajaknya untuk menikah.
Tentulah hal ini sampai ke telinga Bu Marni, dia sangat marah dan mencaci Bi Lastri. Dia tidak setuju jika suaminya menikah lagi.
Tapi mau bagaimanapun pernikahan tetap terjadi. Suka tidak suka, setuju tidak setuju, Pak Dendi tidak peduli dengan pendapatnya Bu Marni.
Tidak berselang lama setelah pernikahan, Bi Lastri mengumumkan kehamilannya. Keluarga ku sangat senang mendengar kehamilan Bi Lastri, namun dari pihak istri pertama mereka merasa tidak senang. Bu Marni saat itu datang ke rumah Bi Lastri dan mengamuk.
Dia berteriak, memaki, bahkan lebih kejam lagi dia menyuruh Bi Lastri untuk menggugurkan kandungannya. Tentulah Bi Lastri tidak terima dengan perkataan Bu Marni. Akhirnya karena tidak tahan dengan cacian dari Bu Marni, keluargaku mengusirnya.
Setelah kejadian itu, setiap pagi sebelum orang-orang pergi beraktifitas aku sering melihat Bu Marni membawa air satu gelas kecil, dan dia membuang air itu di depan rumah Bi Lastri. Saat itu salahnya adalah aku tidak terlalu ingin tau dan masa bodo aja dengan perilaku Bu Marni.
Andai saja saat itu aku menegurnya, atau menanyakan apa yang dia lakukan mungkin hal buruk tidak akan terjadi pada Bi Lastri.
Karena beberapa hari setelah Bu Marni sering membuang air itu, Bi Lastri dikabarkan sakit. Awalnya keluarga ku memanggil Pak Mantri saat itu untuk mengecek kesehatan Bi Lastri. Menurut Pak Mantri itu hanya sakit demam biasa, setelah minum obat juga katanya sembuh.
Namun bukannya sembuh, semakin hari keadaan Bi Lastri malah memburuk. Berat badannya sangat turun drastis, yang tadinya tubuhnya berisi dalam beberapa hari saja menjadi sangat kurus. Dan ada yang lebih aneh, aku tau bahwa Bi Lastri ini sedang mengandung.
Tapi perutnya yang semakin hari semakin membesar menurutku tidak wajar. Perutnya itu setiap hari terus membesar, merah dan seperti akan meledak.
Setiap hari Bi Lastri menangis, menahan rasa sakit di perutnya. Sampai-sampai dia sudah tidak bisa lagi berjalan, dia hanya bisa tertidur lemas. Bayangkan saja tubuhnya semakin kecil dan kurus hanya perutnya saja yang semakin membesar.
Semua obat sudah dicoba, mulai dari yang herbal sampai berobat ke dokter. Aku sangat ingat, waktu itu dokter bilang kalo Bi Lastri itu mengidap penyakit hepatitis.
Tapi apakah iya itu penyakit hepatitis?
Hari berganti hari Bi Lastri tidak kunjung sembuh. Akhirnya keluarga pun mencoba untuk berobat ke orang pintar yang ada di desa.
Dan menurut orang pintar itu Bi Lastri katanya diguna guna oleh seseorang.
Bi Lastri diguna-guna oleh seseorang yang sangat menyimpan benci padanya, dan orang pintar itu bilang kalau orang yang mengirim guna-guna ini tidak suka dengan kehamilannya Bi Lastri.
Keluarga ku saat itu langsung percaya kalo Bi Lastri memang diguna-guna.
Orang pintar itu mengurus Bi Lastri untuk beberapa hari, dia memberi air yang sudah didoakan untuk diminum. Namun Bi Lastri tak kunjung sembuh, malah kondisinya semakin memburuk.
Menurutnya, keluargaku terlambat datang. Andai saja keluargaku datang sebelum kondisi Bi Lastri belum separah ini, mungkin saja guna-guna nya bisa dikirim balik pada si pengirimnya dan Bi Lastri bisa sembuh.
Mengetahui kondisi Bi Lastri yang terus memburuk, Pak Dendi malah pulang ke istri pertamanya. Dia bilang apapun yang terjadi dia akan mengikhlaskan.
Setelah 3 bulan dengan sakit yang tak kunjung sembuh, Bi Lastri meninggal dalam keadaan hamil tua 8 bulan. Ada selentingan kabar bahwa bayi yang ada di dalam kandungan harusnya dilahirkan, namun pada saat itu di desa tidak ada dokter yang ahli, jadi bayinya tidak bisa dilahirkan.
Sore itu jenazah Bi Lastri dimakamkan di pemakaman keluarga yang tidak jauh dari rumah.
Dan dari sinilah kejadian-kejadian yang menurutku tidak masuk akal dimulai.
Hari pertama setelah Bi Lastri meninggal, malamnya aku dan orang rumah mendengar suara wanita menangis di depan pintu, suaranya sangat jelas sekali. Tapi karena takut tidak ada satupun orang yang mau melihat, atau membuka pintu.
Ketika suara tangisan mulai hilang, tiba-tiba ada suara ranting daun kelapa yang diseret lalu dibanting dengan keras.
Kami semua di dalam rumah sangat kaget, ingin mengintip dari jendela pun tidak ada yang berani. Kami hanya saling menatap, sambil berdoa agar gangguan itu hilang.
Paginya aku dan kakakku mengecek ke depan rumah. Tapi aneh sekali, di depan rumah tidak ada ranting daun kelapa bahkan jejaknya di tanah pun tidak ada.
Lalu suara apa semalam? Padahal sangat jelas sekali semua orang di rumah pun semuanya mendengar suara daun kelapa yang diseret.
Selepas magrib suara menangis mulai terdengar lagi, suara daun kelapa yang diseretpun ada lagi.
Dan hal itu selalu berulang hingga pada hari ke 7 Bi Lastri meninggal.
Tapi di malam ke 7 ini ada yang lebih menakutkan. Tiba-tiba lemariku berguncang, saat itu aku pikir ada gempa namun lama lama lemariku berguncang sangat kencang dan pintu lemari nya terbuka sendiri.
Aku yang saat itu mau solat magrib berjamaah bersama kakak dan emak dengan takut melihat ke dalam lemari, kami melihat baju-baju bergerak sendiri seperti ada yang mengangkatnya.
Baju yang tadinya terlipat rapi, semuanya jadi berantakan. Bahkan tidak hanya itu, suara tangisan kembali muncul. Namun kali ini suaranya benar-benar terdengar jelas di dalam rumah.
Takut, bingung, kaget semuanya campur aduk. Semua orang bertanya-tanya kenapa Bi Lastri menghantui rumah ini, apakah kita punya salah sama Bi Lastri? Atau ada hal lain yang membuat Bi Lastri tidak tenang?
Hingga pada malam selanjutnya, kejadian itu terulang lagi. Tiba-tiba pintu lemari terbuka sendiri namun kali ini baju yang ada di dalam lemari terbang seperti ada yang melempar-lempar.
Sampai akhirnya kakakku mengerti kenapa Bi Lastri menghantui aku dan keluargaku karena dia mencari bajunya, dan aku baru ingat kalau setelah meninggal bapaknya Bi Lastri itu memberiku rok dan sweater yang kedua pakaian itu adalah barang paling disukai Bi Lastri semasa hidupnya.
Karena hal itu kakakku marah, dan melempar semua baju yg diberi oleh keluarga Bi Lastri keluar rumah. Besoknya aku dan kakakku mengubur baju itu, dan yah setelah itu kejadian lemari berguncang sudah tidak ada, namun suara tangisan setelah magrib masih sering terdengar.
Beberapa hari setelahnya, aku dan kedua kakakku disuruh menginap di rumah bapak, karena bapak mau pergi untuk menjemput kakek untuk menyelesaikan masalah Bi Lastri yang terus meneror. Kenapa rumah emak dan bapak berbeda? Karena mereka sudah tidak tinggal satu rumah.
Rumah bapak ku sangat dekat dengan rumah Bi Lastri, jaraknya benar-benar sangat dekat. Tapi mau tidak mau kami harus menginap.
Sore itu karena mulai gelap,aku mulai menyalakan cempor. Jaman dulu belum ada listrik, setiap rumah itu memakai lampu cempor yang dinyalakan oleh api.
Lalu aku menutup jendela dan mengunci pintu. Namun tiba tiba ada angin besar yang membuka jendela, tapi tidak lama setelah itu jendela tertutup sendiri. Namun jendela mulai terbuka dan tertutup sendiri, hal itu terjadi cukup lama.
Setelah jendela kembali tertutup tiba tiba handuk yang digantung di jemuran tali di dapur bergerak sendiri, lalu setelah itu semua gorden kamar juga bergerak seperti ada orang yang menarik gordennya.
Karena tidak kuat dengan apa yang terjadi, saat itu juga aku dan kedua kakakku langsung menyalakan obor dan lari sekencang-kencangnya pergi dari rumah bapak.
Ditengah perjalanan obor punyaku mati, tapi untungnya aku bertemu tetangga lalu meminta api untuk menyalakan obor lagi.
Kedua kakakku lari duluan, aku ditinggal sendiri di belakang. Aku menangis memanggil mereka, tapi mereka tetap berlari meninggalkanku. Saat aku berjalan tiba-tiba aku melihat mata menyala di dekat sebuah pohon, karena kaget tidak tau bagaimana perutku terkena obor yang aku bawa.
Saat itu juga aku menangis sekencang-kencangnya, hingga ada tetangga yang menghampiri dan mau mengantarku pulang. Sesampainya di rumah, aku masih menangis karena tersundut obor. Dan tentu saja emak memarahi kedua kakakku karena meninggalkanku sendirian.
Siangnya orang orang yang akan pergi ke sawah bergosip, ada orang dari desa sebelah yang biasa mencari kodok di malam hari melihat Bi Lastri, namanya Pak Abdul. Dia tidak tau kalo Bi Lastri sudah meninggal, malam itu dia melihat Bi Lastri sedang duduk di bangku depan warungnya.
"keur naon ceu wayah kieu di luar keneh ih". Lalu Bi Lastri menjawab "keur cicing we mang" dengan suaranya yang ngidung. Merasa ada yang aneh Pak Abdul tidak bertanya lagi, perasaannya mulai takut dan dia bertanya-tanya kenapa suara Bi Lastri ngidung begitu.
Tanpa pikir panjang Pak Abdul langsung lari saat itu juga.
Setelah mendengar cerita Pak Abdul, beberapa warga juga mulai menceritakan pengalaman yang serupa, ternyata beberapa warga juga pernah dicegat oleh Bi Lastri di jalanan, dan dia sering menakut nakuti warga.
Sejak saat itu pokoknya menjelang magrib warga sudah tidak ada yang mau beraktifitas dan keluar dari rumah. Mereka takut bertemu dengan Bi Lastri. Keadaan desa saat itu benar-benar sepi dan mencekam.
Beberapa hari kemudian bapak akhirnya pulang bersama kakek. Mulanya kakek "memagari" rumah agar tidak diganggu. Lalu setiap magrib kakek akan pergi ke makam Bi Lastri, aku tidak tau apa yang dilakukan kakek di sana.
Malam harinya setiap jam 12 malam dan jam 3 subuh juga kakek akan kembali ke makam. Dan hal itu terus-terusan dilakukan sampai 40 hari kematiannya Bi Lastri.
Karena menurut kakek, gangguan pada keluarga akan tetap datang sampai 40 hari TAPI tidak dengan warga sekitar, gangguan akan tetap ada sampai hari ke 100.
Mengetahui hal itu, warga mulai beraktifitas seperti biasa. Warga desa tidak tau, kalau gangguan Bi Lastri akan berhenti setelah 100 harinya. Mereka yang biasa mencari kodok atau mencari ikan kini berani keluar malam lagi.
Namun alih-alih dapat kodok, ada salah satu warga yang suatu malam malah bertemu Bi Lastri.
Pak Kardi, malam itu dia berniat mencari kodok. Di tengah perjalanan dia melihat perempuan sedang berdiri. Perempuan itu terlihat memakai kebaya berwarna putih.
Rambutnya panjang menjuntai sampai kaki dan dia sedang menggendong bayi.
Aneh pikir Pak Kardi, kenapa jam segini ada perempuan sedang menggendong bayi diam di tepi jalan. Bukannya pergi, karena penasaran Pak Kardi malah menghampiri perempuan tersebut.
Semakin didekati, semakin terdengar suara bayi menangis. Setelah saling berhadapan, Pak Kardi mengarahkan obor ke arah perempuan itu.
"Mang menta cai karunya budak abi ceurik wae" hihihhiii
Bayi yang digendong perempuan itu menangis keras sekali dan terlihat sangat merah berlumuran darah.
Tentu saja Pak Kardi yang melihatnya langsung berlari ketakutan.
Besoknya, seperti biasa orang-orang yang akan pergi ke sawah mulai bercerita tentang Pak Kardi yang bertemu dengan Bi Lastri yang sedang menggendong bayi.
Hal ini tentu saja sampai pada Pak Dendi. Tapi sebagai suaminya dia tidak bisa berbuat apa apa.
Dia hanya bisa mendoakan istri dan anaknya tenang di alam sana.
Berbeda dengan Bu Marni, dia yang mendengar bahwa Bi Lastri menghantui warga desa sambil menggendong bayi malah kelihatan sangat senang sekali.
Setelah kematian Bi Lastri, dia menjadi orang yang sangat bahagia. Karena memang tujuannya untuk menyingkirkan Bi Lastri sudah berhasil.
Memang, dia lah orang yang telah mengirim guna-guna pada Bi Lastri.
Hanya karena tak ingin melihat Bi Lastri melahirkan bayi yang akan membuat suaminya berpaling, dia tega mengirim guna-guna pada Bi Lastri dan bayinya yang malang.
Mangkannya kakek sangat membenci Bu Marni, bahkan saat itu kakek datang melabrak Bu Marni, kakek bilang jika satu kali lagi saja dia bertemu Bu Marni maka dia akan membuat Bu Marni merasakan hal yang sama dengan apa yang dialami Bi Lastri.
Ancaman dari kakek membuat Bu Marni tidak pernah keluar rumah lagi. Dan menurut tetangganya Bu Marni, sejak saat itu dia benar-benar menutup dirinya dari semua orang. Selain takut, dia juga mungkin malu karena semua orang kini tau kalau dia sudah berbuat jahat pada Bi Lastri.
Hari berikutnya seperti biasa tepat setelah magrib, jam 12 malam, dan jam 3 pagi kakek selalu mendatangi makamnya Bi Lastri.
Ternyata memang benar seperti apa yang dikatakan warga, bahwa Bi Lastri itu sudah melahirkan di dalam kubur.
Malam itu dihadapan makam Bi Lastri, kakek berdoa. Namun tiba-tiba muncul kepulan asap dari tanah kuburannya.
"Ulah ngaganggu urang jeung anak urang" (jangan ganggu aku dan anakku). Dengan suara yang lirih Bi Lastri menangis, dia muncul dihadapan kakek.
"Moal, urang mah moal nganganggu maneh jeung anak maneh. Ngan hiji pamenta urang mah, ulah ngaganggu urang lembur karunya sarieuneun"
(Engga, aku gak akan ganggu kamu sama anak kamu. Tapi satu permintaanku, jangan ganggu warga desa kasian mereka ketakutan)
"Urang teu narima paeh dina kaayan siga kieu. Karunya anak urang teu kalahirkeun ka dunya, naon salah urang jeung anak urang"
(Aku gak terima mati dalam keadaan begini. Kasian anakku gak bisa dilahirkan ke dunia, apa salahku dan anakku)
Suara tangisan Bi Lastri dan juga suara tangisan bayinya sangat menyayat hati membuat kakek sangat sedih.
Lalu tiba-tiba suasana malam itu menjadi hening dan Bi Lastri menghilang.
Setelah kejadian itu, setiap kakek pergi ke makam dia tidak pernah bertemu lagi dengan Bi Lastri.
Tapi warga sekitar masih tetap dihantui oleh Bi Lastri yang sedang menggendong bayinya.
Hingga akhirnya pada satu malam kakek memberi tanda di makam Bi Lastri dengan benang kasur. Aku tidak begitu mengerti, tapi menurut kakek benang kasur itu akan menunjukan kemana Bi Lastri pergi setiap malamnya.
Paginya kakek mengecek benang kasur tersebut, dia mengikuti kemana benang kasur itu akan berhenti. Ternyata benang kasurnya berhenti di sebuah warung yang menjual buah buahan dan tempatnya itu cukup jauh.
Kenapa benangnya bisa cukup? Karena kakek menyambungkan banyak gulungan benang kasur, jadi sejauh apapun jarak Bi Lastri pergi benangnya akan cukup.
Siang itu kakek mengunjungi warung buah-buahan tersebut. Kakek bertanya pada pemilik warung apakah dia sering ditakut-takuti oleh Bi Lastri. Pemilik warung itu bilang kalau dia tidak pernah ditakut-takuti oleh Bi Lastri.
Tapi dia mengaku sering sekali kehilangan buah pisang.
Setiap pagi ketika membuka warung, sudah pasti ada satu sisir pisang yang hilang dan itu terjadi setiap harinya.
Lalu kakek menjelaskan bahwa pisang itu diambil oleh Bi Lastri, dan kakek ingin membayar kerugian buah pisang yang sering hilang itu.
Tapi si pemilik warung bilang tidak usah membayar, dia sudahmengikhlaskannya.
Menurut kakek, memang ketika mengecek makam Bi Lastri di sana selalu banyak sekali kulit pisang. Karena memang setelah Bi Lastri melahirkan di dalam kubur, dia sering mengambil pisang itu untuk memberi makan anaknya.
Karena teror dari Bi Lastri tidak berhenti, akhirnya warga desa medesak kakek agar cepat-cepat membereskan masalah ini.
Lalu menjelang hari ke 100, di jam 12 malam kakek datang ke makam seperti biasa. Kakek mau "nyareatan" makam Bi Lastri. (Maap aku gatau bahasa indonesia nyareatan)
Intinya mendoakan gitulah ya.
Nah sebelum ke akhir cerita jadi aku gambarkan situasi di makamnya ya.
Jadi tepat di sebelah pemakaman itu ada sebuah kolam, air kolam itu sangat jernih. Dan disamping kolam itu ada batu berwarna hitam besar sekali.
Malam itu kakek merasa heran, karena seingatnya kalau disamping kolam seharusnya batunya tidak sebesar itu.
Tapi saat itu walaupun pencahayaannya hanya dengan obor, tapi kakek bisa melihat bayangan batu hitam itu semakin membesar.
Karena sangat penasaran kakek menghampiri dan menginjaknya, aneh sekali karena ketika diinjak batu itu tidak keras seperti batu pada umumnya.
Batu itu hidup seperti bernafas, dan itu sangat terasa karena kakek menginjaknya tidak menggunakan alas kaki apapun.
Setelah diamati, ternyata kakek menginjak ular. Tapi tidak masuk akal, karena tubuh ular itu sangat besar sekali dan warnanya benar-benar sangat hitam.
"Ulah ngaganggu da urang mah kadieu ge niatna ek nyareatan" (Jangan ganggu, aku kesini cuma mau nyareatan).
Lalu kakek kembali lagi ke makam Bi Lastri dan dia berdoa disana.
Malam itu Bi Lastri menampakkan dirinya pada kakek, tangisannya sangat lirih.
"Sok sing iklas, ulah ngaganggu deui geus beda alam ayeuna mah. Hampura teu bisa nulungan keur maneh geuring. Sok ayeuna mah didoakeun ku aki, sing tenang diditu"
(Yang iklas, jangan mengganggu lagi sudah beda alam sekarang mah. Maap dulu gabisa nolong pas kamu sakit. Sekarang kakek doain, yang tenang di sana)
Tangisan Bi Lastri mulai menghilang, dan sosoknya benar-benar pergi.
Teror Bi Lastri pun berakhir setelah 100 hari. Namun sampai saat ini, sampai thread ini ditulis pun Bi Lastri masih sering melihatkan dirinya, dengan memakai kebaya berwarna putih sambil menggendong bayinya dia masih menghantui desa tersebut.
Oh iya, sampai sekarang pun makam Bi Lastri itu dikeramatkan dan tidak ada yang berani datang kesana. Sebenernya masih banyak cerita seram di desa tersebut, kalau kalian suka lain kali aku bikin kan thread horrornya lagi.
Terimakasih sudah membaca🙏🏻

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Cumigaringg

Cumigaringg Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(