IndraOne Profile picture
Nov 6 148 tweets 17 min read
- TERSESAT -

Berdasarkan kejadian nyata

@IDN_Horor

#ceritaserem
#CeritaMisteri
#HariMinggu
#Tersesat Image
Malem sob!
Kisah yang akan ane tuliskan di bawah ini merupakan suatu peristiwa yang pernah terjadi di pulau Kalimantan pada pertengahan tahun 90an.
Nama tokoh dan tempat seperti biasa akan ane samarkan demi kenyamanan bersama.
Dan karena ceritanya rada panjang, kemungkinan gak akan selesai ane tulis dalam 1 ato 2 hari, tapi insyaa Allah akan ane tamatin biar gak kentang.

Sebelum kita mulai yuk ramein tritnya dgn like en rt yg banyak.
Klo udah, so let the haunt begin!

*****
Dahulu, di desa Gula Djawa, ada seorang wanita yang terkenal akan kecantikannya.
Wanita tersebut biasa dipanggil dengan nama Naniek oleh warga desa. Selain parasnya yang cantik,Naniek juga memiliki sifat murah hati dan gemar menolong.
Di usia yang ke-19, ia dinikahi oleh putra kepala desa yang telah lama menjalin kasih dengannya.
Namun sayang, baru seumur jagung usia pernikahan mereka, sang suami malah meninggal dunia.
Hati Naniek hancur kala itu.
Ia tak kuasa menahan kepedihan karena pernikahannya yang kandas terlalu cepat. Ia juga tak siap harus kehilangan orang yang dikasihi.
Batinnya terguncang dan pikirannya terganggu.
Akhirnya, Naniek divonis sakit jiwa.
Suatu hari, di tengah-tengah kondisi mentalnya yang memburuk, Naniek berjalan keluar rumah tanpa ada yang mengetahui.
Dengan pikiran yang kosong melompong, tanpa sadar ia telah melangkah masuk sampai jauh ke dalam hutan di pinggir desa.
Saat kewarasannya muncul, barulah ia sadari, ia telah berada di mana.
Naniek mulai kebingungan. Sebelumnya, ia tak pernah memasuki hutan ini terlalu dalam. Ia takut tersesat,karena wilayah ini termasuk kawasan angker dan ada beruang liar yang hidup didalamnya.
Hatinya kalut saat mengetahui bahwa matahari akan segera terbenam. Naniek menangis ketakutan di bawah pohon besar.
Tapi untungnya, ketika ia sudah tak tahu harus melakukan apa, lewat seorang wanita tua dengan setumpuk kayu kering yang dipikulnya di punggung.
"Kenapa? Kau tersesat? " tanya si wanita tadi.
Naniek mengangguk.
Ia mengamati orang tua tersebut. Pikirannya mengingat-ingat apakah si nenek ini warga desa juga. Tapi, ia tak pernah mengenalnya sama sekali.
Jelas, wanita tua tersebut bukan warga desanya.
"Hari mulai malam. Berbahaya jika kau berkeliaran di hutan ini.. ", ucap si nenek.
" Ayo, ikut ke rumahku! Besok baru kau lanjutkan perjalananmu! ", ajaknya.
Naniek mengiyakan sambil terisak.
Ia bersyukur masih ada yang mau menolong.
Mereka berjalan menembus semak belukar hingga sampai di kawasan tengah hutan. Tak lama kemudian,keduanya tiba di suatu gubuk yang terlihat sangat reyot.
"Itu rumahku, " tunjuk si nenek. "Sekarang masuklah cepat! ".
Naniek sedikit ragu pada awalnya. Namun setelah beberapa saat, ia langkahkan juga kakinya melewati ambang pintu gubuk tersebut sampai pada akhirnya ia tak pernah keluar lagi dari sana.

*****
Arham benar-benar tak habis pikir. Pemuda itu termangu memperhatikan pepohonan dan semak-semak yang berada di sekelilingnya.
Perasaannya berkata bahwa ia telah beberapa kali melewati daerah tersebut, tapi entah kenapa ia masih gagal menemukan arah yang benar.
Bodohnya aku, kok bisa sampai tersesat, rutuknya, pada diri sendiri.
Padahal, ia sudah melewati jalur seperti yang dikatakan oleh si tukang ojek yang ia tumpangi tadi. Masih menurut si tukang ojek, dia hanya tinggal mengikuti jalan setapak yang berada di antara pohon-pohon sawit yang menuju pintu masuk desa.
Dengan menempuh jalur yang dimaksud, dalam waktu sekitar 60 menit seharusnya ia sudah sampai di desa Gula Djawa dengan berjalan kaki. Lagipula, jalur tersebut merupakan akses satu-satunya menuju ke desa, sangat mustahil bila ia bisa sampai tersesat.
Arham pun tak menyangka, bisa-bisanya ia malah kehilangan arah. Ia lelah hilir mudik setelah beberapa jam mengitari kawasan itu, namun desa tujuannya tersebut tetap saja masih belum kelihatan.
Arham mengusap peluh yang membanjiri kening. Ransel yang bergantung di pundaknya jadi terasa lebih berat.
Mendadak timbul rasa sesal yang terbersit di hatinya.
Andai saja ia tak ditugaskan oleh dinas pendidikan untuk mengajar di sekolah dasar satu-satunya di desa tersebut, tentu ia akan berpikir berkali-kali untuk datang ke wilayah terpencil seperti ini.
Padahal, karirnya sebagai guru baru saja hendak dimulai.
Hari mulai beranjak sore, sedangkan Arham masih belum berhasil menemukan jalan.
Ia frustasi.
Jangankan menuju ke desa, jalan yang menuju arah kembali pun ia tak ingat. Ia sadar, dirinya telah terperangkap di dalam hutan.
Matahari nyaris terbenam di ufuk, bias-bias gelap penanda datangnya malam mulai menghiasi langit.
Hati Arham semakin cemas. Sendirian di rumah saja terkadang ia merasa tak nyaman, apalagi harus bermalam di dalam hutan seperti sekarang.
Ketika ia mulai diliputi rasa takut, dari arah rerimbunan pohon lewatlah seorang wanita tua.
Ia membawa setumpuk kayu kering yang dipikul di punggungnya.
Tumpukan kayu tersebut terlalu banyak sehingga tubuhnya yang ringkih harus membungkuk karena saking beratnya beban yang dipikul.
Matanya menatap tajam ke Arham dengan pandangan curiga.
"Mau apa kau di sini? ", tanyanya, ketus.
Arham agak gelagapan saat ditanya, tapi di sisi lain ia lega karena masih ada orang di hutan ini selain dirinya.
"Ma.. maaf,nek. Saya dari kota, mau ke desa Gula Djawa. Tapi, saya tersesat tak tahu jalan hingga sampai di sini.. ", jelas Arham.
"Mungkin nenek bisa menolong saya, menunjukkan arah ke desa.. ", pintanya.
Si nenek masih menatap tajam, lalu ia menjawab, " sayang sekali, kau sudah terlampau jauh dari desa, tak mungkin di malam buta begini kau akan berjalan ke sana.. "
Arham makin ketar-ketir.
Demi apapun, ia tak akan rela untuk bermalam di hutan yang terkesan angker ini.
Wanita tua tadi sepertinya paham apa yang dikuatirkan oleh Arham.
Lalu, ia berkata, "wilayah ini sangat berbahaya. Kau tak akan sanggup untuk bertahan. Menginaplah dulu satu malam di rumahku, besok pagi baru kau lanjutkan perjalananmu! "
Arham menghela nafas yang tadinya berat, sekarang ia merasa lega.
"Baiklah, nek. Terimakasih atas tumpangannya.. ", ucap Arham, penuh syukur.
" Ayo, ikut aku! ", ajak si nenek, tanpa berlama-lama.
Ia berjalan dengan langkah lebar dan cepat. Gerakan si nenek termasuk gesit untuk wanita yang berusia senja seperti dia. Akibatnya, Arham yang memang lamban jadi kewalahan mengikutinya.
"Maaf, nek. Saya tak mengerti dengan maksud perkataan nenek yang bilang hutan ini berbahaya. Artinya apa itu, nek? " tanya Arham, dengan nafas tersengal.
Namun, si nenek diam tak bersuara. Sepertinya ia tengah memusatkan diri pada sesuatu.
Arham masih mau bertanya lagi, ketika sekilas ia melihat ada sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka dari balik pepohonan.
Sekarang ia malah kuatir jika ia sedang diintai untuk diincar nyawanya.
"Nek.. " seru Arham kepada si nenek yang tetap lurus berjalan. Ia tak menggubris, tapi melihat dari gelagatnya yang menunjukkan sikap waspada, kemungkinan ia telah tahu ada seseorang yang membuntuti mereka berdua.
"Percepat saja jalanmu dan jangan hiraukan! ", perintah si nenek.
Arham menurut.
Mereka berjalan jauh menembus semak belukar yang meninggi serta melewati deretan pepohonan yang besar.
Setelah cukup lama berjalan, sampai juga mereka di kawasan tengah hutan.
Malam semakin larut berselimutkan gelap.
Dari sini, Arham dapat melihat sebuah bangunan kecil yang sebagiannya diterangi oleh cahaya dari obor.
"Itu rumahku! ", ucap nenek.
Lanjutannya besok malam!
"Masuklah dulu kau ke dalam! ", suruh nenek ketika mereka sampai.
Mata Arham memperhatikan bangunan yang disebut rumah itu.
Alih-alih berupa rumah, bentuknya lebih mirip gubuk reyot yang nyaris rubuh.
Hati Arham merasa heran, seorang tua yang telah lanjut usia bisa mendiami bangunan semacam itu.
Tapi kemudian ia maklum, daerah yang ia datangi ini memang masih termasuk wilayah pedalaman. Dan bisa jadi, di desa sana pun masih dapat ditemukan bangunan lain yang serupa.
Si nenek tadi telah selesai menyusun kayu kering di samping gubuknya. Melihat Arham yang masih melamun, ia membentak dengan suara keras.
"Cepatlah kau masuk, anak muda! Jangan berlama-lama di depan pintu! ".
Tak sabar, ia cengkeram lengan Arham lalu menariknya dengan paksa ke dalam rumah. Diperlakukan seperti itu, Arham hanya menurut.
Kondisi dalam gubuk sangat memprihatinkan. Di dalamnya cuma terdapat satu ruangan kecil dan sebuah dapur yang lantainya ambruk setengah. Namun, ketimbang harus kedinginan di luar, Arham lebih memilih untuk berada di dalam gubuk ini karena hawanya yang lumayan hangat.
"Kau bisa tidur di sebelah sana! ", si nenek menunjuk ke sudut ruangan yang lantainya beralas selembar anyaman bambu.
Seorang bocah perempuan sedang berbaring di sana. Kedua matanya terpejam, ia tertidur pulas.
"Itu cucuku. Tidurlah di sampingnya tapi jangan ribut, nanti ia bisa terbangun! ", terang nenek lagi.
Tanpa banyak tanya, Arham berjalan ke tempat yang ditunjuk tadi. Badannya terlalu letih, ia ingin langsung tidur.
Hati-hati, ia letakkan tubuhnya yang agak tambun di tikar anyaman. Sengaja ia ambil posisi agak menjauh dari tempat si bocah perempuan berbaring.
Ia perhatikan penampilan bocah tersebut, anak yang aneh, batin Arham.
Tinggi badan bocah perempuan itu pendek, kira-kira seusia anak yang berumur 6 tahun. Tapi herannya, wajah si bocah nampak tua dengan kulit wajah yang dipenuhi keriput. Ia jadi terlihat setara dengan neneknya.
Bahkan ia tak memakai pakaian. Buah dadanya yang kendur terpampang jelas di depan mata Arham. Untung, masih ada selembar kain usang yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
Arham bergidik.
Tak mau ia melihat pemandangan suram itu lama-lama. Lalu ia beralih menghadap ke arah lain. Ia bersiap-siap untuk tidur. Satu lengannya digunakan sebagai bantal.
Baru sekian menit ia memejamkan mata, tiba-tiba bahunya digoyang-goyang oleh seseorang.
"Hhmm, siapa ah.. ", keluh Arham, merasa terganggu.
Ia mengerjapkan mata, di hadapannya berjongkok seorang gadis dengan penampilan lusuh dan kumal.
Gadis ini buru-buru menempelkan satu jarinya di bibir, seraya menunjuk ke arah si bocah perempuan yang masih terlelap. Arham langsung paham isyarat tersebut.
"Siapa kau? ", tanya Arham.
" Sstt, pelankan suaramu. Dengar, kau harus segera pergi dari tempat ini sekarang juga! ", jawab si gadis asing tadi, dengan nada berbisik.
Arham bingung tak mengerti.
"Aku hanya menumpang untuk istirahat. Besok aku akan meminta nenek itu mengantarku ke desa. Kenapa kau malah menyuruhku pergi?", jelasnya.
Gadis itu tersenyum sinis.
" Kau ini lugu sekaligus dungu! Kau tak akan pernah sampai ke desa sebelum besok pagi! "
Otak Arham mencerna ucapannya. Tetap saja ia tak paham.
"Apa maksudmu? ".
"Sekarang aku yang tanya, kenapa kau bisa ada di sini? ", tanya si gadis, tak sabar.
Arham menjawab, " aku tersesat ketika masuk ke hutan. Nenek itu yang membawaku ke gubuk ini.. "
Perempuan misterius itu menyeringai sinting, lalu ia memukul pelan kepala Arham.
"Goblok kau! Wanita tua itu sengaja telah menyesatkanmu supaya kau masuk ke dalam perangkapnya! ", terangnya.
Arham mengelus-elus kepalanya yang sakit.
Tapi, kenapa kau bisa tahu aku berada di sini? Tunggu, kau yang membuntutiku tadi kan? ", tebak Arham, mulai waspada jika si gadis bermaksud jahat.
" Ya, aku yang menguntitmu agar aku bisa menyelamatkanmu, tolol! ", sahutnya, galak.
"Maaf, tapi sungguh aku tak memahami semua omonganmu barusan. Aku baik-baik saja, kenapa kau mesti menolongku? ", kilah Arham. " Apa maksudmu nenek itu? Mungkin jika aku tak bertemu dengannya,bisa jadi aku masih berada di dalam hutan saat ini ", bantahnya.
Si gadis mencengkeram kerah baju Arham, kemudian menariknya dengan paksa.
"Kuberitahu ya, dia bukan makhluk baik hati seperti yang kau kira. Kalau masih tak yakin dengan ucapanku, sana lihat sendiri.. ".
Lalu Arham didorongnya ke bawah jendela yang ringsek.
Agak ragu,Arham menjulurkan kepalanya sedikit untuk mengintip keluar gubuk.
Ia melihat nenek tadi sedang berbicara dengan seseorang, namun bahasa yang mereka gunakan kedengarannya asing di telinga Arham.
Arham memperhatikan orang yang diajak bicara oleh si nenek,lalu ia terperanjat.
Astaga!, desisnya.
Sosok wanita tersebut tak memiliki bentuk fisik layaknya manusia normal. Perawakannya kurus tinggi sekitar dua meter lebih. Saking kurusnya, seluruh tulang yang ada di badan tersembul mencuat seperti akan keluar dari kulitnya.
Ditambah lagi rambutnya yang tergerai berantakan memanjang hampir menyentuh tanah. Ia juga telanjang bulat,memamerkan sepasang buah dada yang menggantung hingga sampai ke bagian perut.
Dan yang lebih anehnya, kedua kaki wanita tersebut melengkung ke belakang layaknya kaki hewan. Sungguh pemandangan yang menyakitkan mata bagi orang yang sehat akal.
Arham terhuyung ke lantai gubuk.
Ia terperangah. Seumur hidup baru sekali ini ia menyaksikan ada manusia dengan bentuk tak lazim seperti itu.
"A.. apa itu? ", bisiknya, dengan bibir bergetar.
"Makhluk keparat itu adalah penguasa hutan ini dan si nenek tua bangka yang membawamu adalah pelayannya. Intinya, mereka semua bukan manusia!", jawab si gadis.
"Mereka mau apa dariku? ", tanya Arham lagi.
Gadis itupun menatap tajam Arham yang dinilainya begitu bodoh.
" Pikiranmu lambat! Sudah jelas mereka hendak menjadikan dirimu makan malam buat mereka. Dan mereka sudah lama tidak menyantap nyawa manusia! ", terangnya, serius.
Arham memekik tertahan.
Ia dirundung ketakutan. Tak ia kira, dirinya bisa terjebak dalam situasi mencekam seperti saat ini.
"Hey, tapi bagaimana kau bisa tahu tentang semuanya? ".
Wajah si gadis muram.
" Karena aku pernah menjadi korban mereka... ", bisiknya.
Arham berpikir.
"Sudah cukup! Yang terpenting sekarang adalah kau harus ikut denganku keluar dari gubuk ini. Aku akan mengantarkanmu menuju desa sebelum terlambat.. ", ucap gadis tersebut.
Mereka lalu bergerak perlahan.
"Ada jendela di bagian dapur, tadi aku masuk lewat situ jadi kita akan keluar dari sana tanpa ketahuan.. "
Namun Arham memegang tangan si gadis untuk menghentikan dia.
"Tunggu dulu! ", katanya.
"Kenapa aku harus mempercayaimu, sedangkan aku saja tak mengenal siapa engkau sebenarnya.. "
Gadis itu menoleh kepada Arham. Bibirnya tersenyum, tapi terkesan sendu. Di balik penampilan yang awut-awutan, masih tersisa gurat-gurat kecantikan di wajahnya.
Ia berkata dengan nada murung, "bahkan aku sendiri pun tak ingat lagi siapa diri ini.. "
Arham merenung tak paham.
"Tapi, aku masih sedikit mengingat kalau dulunya orang-orang di desa memanggilku dengan nama Naniek. Yah, namaku Naniek.. ", tambahnya.
Lalu ia mengajak Arham untuk bersiap-siap.
"Sudah, cukup obrolan kita akan. Lekas kita pergi, sebelum mereka menyadari aku ada di sini! "
Arham menurut saja ketika tangannya digandeng Naniek.
Sewaktu ia mulai beranjak, bajunya ditarik seseorang dari belakang. Kepala Arham menoleh dan ia tahu siapa yang melakukannya.
Bocah perempuan bermuka keriput tadi menahannya supaya tak lari dari sana. Kedua matanya mendelik lebar menakuti Arham yang mulai ketar-ketir.
"Ah, dasar sial! Ketahuan.. ", maki Naniek.
Dengan penuh tenaga, ia layangkan telapak tangannya dan menghantam wajah si bocah tua tadi.
PLAKK!!
Bocah malang tersebut terjungkal di lantai papan dengan keras.
Arham takjub, ternyata Naniek sekuat itu.
Tapi, gadis kecil tadi segera bangkit, lalu membuka mulutnya lebar-lebar memperlihatkan deretan gigi taring yang berwarna hitam menjijikkan.
Dia menyerang untuk menggigit, dengan santai Naniek menendangkan kakinya hingga mengenai bagian lambung si bocah. Lagi-lagi ia terpental jatuh. Sedangkan Naniek terkekeh puas melihatnya terkapar tak berdaya.
Bocah itu meringis kesakitan. Ia mulai menangis.
Tak disangka-sangka tangisannya semakin keras. Ia menjerit sejadi-jadinya, suaranya yang lantang membahana membelah keheningan malam.
AAAAHHH.....
Arham dan Naniek kelabakan. Dua sosok yang berada di luar pasti mendengar keributan yang mereka buat.
"LARI!! ", pekik Naniek, cepat-cepat menarik tangan Arham menuju arah keluar.
Secepat mungkin, mereka berhasil melompati jendela yang menganga di dapur walaupun Arham sempat terguling saat hendak mendarat.
Suara-suara gaduh terdengar dari dalam gubuk yang mereka tinggalkan. Jelas penghuninya tahu bahwa Arham telah kabur.
Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi lolongan aneh yang berasal dari sana. Suaranya menggidikkan bulu roma, melengking panjang menyiratkan kemarahan yang begitu dalam.
Naniek terpekur.
Rona di wajahnya menunjukkan rasa cemas.
"Dia marah! Dia marah karena kita kabur darinya! Cepat, tetap bersamaku.. ", perintah Naniek, lalu mulai berlari.
Arham mengikuti kemana arah Naniek bergerak membawanya. Satu tangannya digenggam kuat-kuat oleh gadis tersebut.
Jarak mereka semakin menjauh dari gubuk tadi dan mulai memasuki area hutan yang rindang.
Kita lanjutkan besok ya!
Ketika keduanya tiba di wilayah tersebut, telinga Arham menangkap suara-suara dari kejauhan. Ia yakin betul, suara yang ia dengar itu tak lain dan tak bukan ialah bunyi kentongan yang dipukul.
Tok..tok..tok..
Tok..tok..tok..
Hati Arham jadi girang.
Ia tahu, warga desa pasti sedang mencari dirinya yang hilang.
Suara ketokan-ketokan berbunyi semakin nyaring, semakin riuh dan kian mendekat.
Arham berhenti berjalan.
Naniek menatapnya heran.
"Kenapa kau berhenti?"
Arham berkilah, "tidak kau dengar suara itu? Warga desa pasti sedang mencariku. Kita tunggu saja mereka di sini.. "
Bola mata Naniek membeliak. Ia memandang Arham dengan jengkel.
"Kau sungguh tolol!! "
"Hey, maksudmu apa? ", sergah Arham, tersinggung. "Bukannya mereka datang untuk menolong? "
"Kau ini mau mati apa? Seharusnya kita tak boleh berhenti sekarang.. ", bentak Naniek.
Sejurus kemudian, suara keriuhan tadi telah sampai di tempat mereka.
Walau samar, mata Arham masih bisa melihat kemunculan segerombol warga desa yang menenteng obor dan kentongan bambu.
"Akhirnya, aku selamat.. ", gumam Arham.
Cahaya yang berasal dari api obor menyinari kegelapan hutan walau biasnya temaram.
Naniek resah.
Jari Arham digenggamnya kuat-kuat. Pemuda itu merasa aneh. Apa ada yang tak beres?, pikirnya.
Dan segerombolan warga desa tadi tiba-tiba saja berlari menerjang ke arah mereka berdua.
Terangnya cahaya bulan purnama di malam hari itu membantu Arham dapat memperhatikan sekelilingnya, termasuk melihat sosok-sosok yang dikiranya penduduk desa.
Mata mereka memancarkan sinar redup yang berwarna merah, mereka juga meneriakkan kata-kata aneh yang ditujukan kepada Arham dan Naniek. Hutan yang tadinya hening,kini menjadi bising dan ramai.
Lutut Arham bergetar hebat.
Sudah jelas, orang-orang yang kelihatan beringas tersebut hendak membantai dirinya.
Untung saja, Naniek sigap.
Tak mau membuang waktu, secepatnya ia tarik lagi Arham dan membawanya lari.
Sosok-sosok bermata merah itu tak mau kehilangan buruan mereka. Lari mereka semakin laju, gerakan mereka pun semakin tangkas.
Senjata-senjata semacam parang, maupun golok beterbangan dari tangan mereka. Namun tak satupun ada yang mengenai Arham maupun Naniek.
Tapi, demi melihat benda-benda tajam sebanyak itu, Arham syok juga.
"Kau lihat, mereka bukan penduduk desa. Mereka penghuni gaib yang mendiami hutan. Teruslah berlari, agar kau tak jadi korban keganasan mereka!", jelas Naniek.
Di tengah-tengah kegelapan malam, keduanya menerobos belantara.
Para penghuni hutan berbondong-bondong mengejar. Bahkan, jumlah mereka kian bertambah.
Kondisi Naniek tetap prima walau telah berlari sekian jauh, sayang Arham tak mampu mengimbangi.
Fisiknya memang lemah.
Kini ia mulai sempoyongan. Kakinya sakit, jantungnya serasa mau copot karena lari tanpa berhenti.
Arham terhuyung, lalu ia tersandung akar pohon dan jatuh bergulung di tanah yang berlumpur. Ia berusaha untuk berdiri, tapi si nenek tua muncul di hadapannya.
Ditangannya tergenggam sebilah tombak bermata runcing dan siap untuk dihunjamkan ke dada Arham.
Merasa nyawanya akan berakhir, Arham menutup mata. Ia pasrah jika harus mati.
Si nenek tertawa keras seraya mengayunkan senjatanya.
Sekian detik sebelum ujung tombak itu menyentuh Arham, Naniek menabrak tubuh si nenek sekuat-kuatnya hingga ia terdorong jauh.
Arham melongo melihat Naniek menyerang wanita tua itu. Keduanya lalu bergumul hebat.
Sebentar saja, Naniek sukses merampas tombak dari lawannya. Kemudian,tanpa ampun ia tancapkan ujungnya tepat menembus kepala si nenek.
Wanita renta itu menjerit dengan lengkingan keras sebelum akhirnya ia meregang nyawa dengan kondisi mengerikan.
Tewasnya sang nenek kian menyulut amarah mereka yang mengejar Arham dan Naniek.
Nafsu membunuh mereka telah mencapai puncak.
Situasinya semakin sulit,namun Naniek belum mau menyerah.
Dipaksanya Arham yang terduduk lemas untuk bangkit berdiri.
Keduanya melanjutkan pelarian menuju desa.
Langkah kaki Arham terseok-seok, sebenarnya ia tak mampu untuk bertahan lebih lama. Tenaga yang ia miliki telah mencapai batasnya. Lagipula, luas hutan ini seakan tak berujung.
"Aku.. aku sudah tak sanggup lagi berlari terus, sungguh.. ", keluh Arham.
Usai ia mengucapkan kalimat barusan, suara lolongan yang mereka dengar dari gubuk di sana tadi sekarang terdengar kembali.
Namun, kali ini nadanya jauh lebih menakutkan.
Naniek terkesiap.
Ia sadar betul, bahaya yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Arham masih belum mau bergerak. Padahal mereka sudah semestinya harus segera melarikan diri lagi.
Sekali lagi ia memaksa Arham, tapi pria itu menggeleng lemah.
Tenaganya telah terkuras total.
Sekujur tulang ditubuhnya seperti mau lepas, apalagi di bagian kaki.
"Kau ini mirip banci! Baru lari sedikit saja tapi kau sudah teler. Lelaki macam apa kau ini? ", bentak Naniek.
Tapi, Arham tak ambil pusing.
Kesal melihat tingkahnya,Naniek menampar muka Arham dengan penuh emosi.
"Kalau kau masih sayang nyawa, kau harus paksakan dirimu jika mau selamat! Jarak ke desa sudah tak seberapa jauh dari sini, kumohon jangan sia-siakan perjuanganku untukmu setelah melalui semua ini! "
Hati Arham mencelos setelah ditampar dan dibentak Naniek.
Lalu, ia menuruti juga seruan wanita itu untuk kembali lari.
Lolongan buas tadi memekakkan telinga mereka, disusul dengan kemunculan sesosok makhluk bertubuh jangkung dan berkaki kuda yang melompat menerobos pepohonan.
Nyala merah di matanya menyemburatkan hawa jahat yang kentara. Sekali saja ia mengayunkan kaki hewannya, maka langkah yang dihasilkannya begitu panjang dan lebar.
Sosok wanita itu yang dilihat Arham sewaktu di gubuk sebelumnya. Bahkan sudah dikatakan oleh Naniek, jika makhluk berbentuk aneh tersebut adalah penguasa gaib daerah ini.
Makhluk tersebut berlari kencang hendak menerjang mereka berdua.
Arham menangis ketakutan, keringat dinginnya membasahi sekujur tubuh. Ia gemetar hebat.
Naniek terperangah sejenak, namun buru-buru dapat menguasai diri dan kembali menarik Arham untuk yang kesekian kali.
"CEPAT! CEPAT!! ", pekiknya, cemas.
Mengetahui calon mangsanya berani kabur, si wanita semakin murka. Segera ia ubah posisinya dari berlari dengan dua kaki, hingga berubah berlari dengan posisi merangkak. Dalam bentuk demikian, gerakannya menjadi jauh lebih cepat.
Lidahnya yang bercabang, terjulur memanjang keluar dari mulut. Sementara kikikannya yang angker membahana di seantero hutan.
KIK.. KIK.. KIK.. KIK..
Bahkan, Naniek yang tadinya bersikap pemberani dan tangguh, tak kuasa menyembunyikan rasa takutnya pada makhluk tersebut.
Yang bisa ia lakukan saat ini hanya menjauhkan Arham dari cengkramannya.
Keduanya mati-matian berusaha menghindari tangkapan si penguasa hutan.
Mereka berlari dan terus berlari sampai akhirnya tiba di suatu tanah lapang.
Dari bukit kecil ini,Arham melihat sederetan rumah-rumah sederhana berbaris rapi di bawah sana.
Wajah Naniek langsung sumringah.
"Berhasil! Kita berhasil keluar dari hutan.. ", jeritnya, kegirangan.
"Be.. benarkah? ", gumam Arham,ragu.
Sayup-sayup ia mendengar kokokan ayam jantan, di iringi suara lantunan tarhim dari surau yang ada di sana. Malam yang panjang telah beralih ke waktu fajar.
Akhirnya, Arham yakin ia telah berada di desa.
Suara-suara tersebut mengalun begitu merdu di telinga Arham. Tanpa disadari, air matanya menetes jatuh.Hatinya bahagia karena berhasil melewati semua teror mengerikan yang ia alami di hutan sana.
Arham berjalan perlahan menuju desa di bawah. Naniek mengiringinya dengan setia sambil berpegangan tangan.
Di tepi batas kawasan hutan, Naniek melepaskan genggamannya pada Arham. Langkahnya pun terhenti.
"Lho? Kenapa kau malah berhenti di sini? ", tanya Arham, heran dengan perubahan sikap Naniek. " Bukannya kau juga mau pulang? Kau tinggal di desa itu juga kan? ".
Kepala Naniek menggeleng pelan. Wajahnya kembali murung.
Arham menggenggam lagi jari jemari Naniek yang dingin.
"Hey, tunjukkan saja yang mana rumahmu. Kita bisa bersama-sama ke sana.. ", ajak Arham.
Dengan halus, Naniek melepaskan tangan Arham.
" Maaf, aku tak bisa.. ", balasnya.
"Tak ada lagi tempat untukku di sana. Hanya hutan itu satu-satunya tempatku bernaung..", tambah Naniek, dengan nada sedih.
" Tapi kau telah bersusah payah membantuku keluar. Akan kukatakan pada orang-orang bahwa kau lah yang menyelamatkan diriku,biar mereka tahu", bujuk Arham.
Naniek tak menolak.
"Sekali lagi, maaf. Aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini.. ", tukasnya.
" Tugasku untuk menolong siapa saja yang dalam kesulitan, termasuk kau sewaktu tersesat di hutan sana. Dan sekarang, semuanya sudah selesai. "
Arham terlalu lelah untuk memahami ucapan yang dilontarkan Naniek. Namun, ia tahu, ini artinya saat berpisah dengannya telah tiba.
Secara spontan, dipeluknya Naniek dengan penuh rasa haru. Bibirnya bergetar mengucapkan terimakasih yang tak terhingga. Air mata berderai membasahi wajahnya.
Sambil menjauh, Arham melambaikan tangan kepada Naniek yang menyaksikan ia pergi. Sungguh sulit bagi Arham untuk berpisah dengan wanita sebaik dia. Walau pertemuan mereka sangat singkat,namun Arham dapat merasakan ketulusan seorang sahabat sejati di dalam dirinya.
Hati Arham dirundung kesedihan tatkala sosok Naniek tak terlihat lagi karena jarak antara mereka sudah semakin jauh.
Ia berjalan tertatih-tatih menuju salah satu rumah warga desa. Dari situ, rencananya ia akan meminta bantuan lebih lanjut.
Tapi, ketika ia hendak menggedor rumah tersebut,kepalanya terasa berat.
Tubuhnya yang letih malah ambruk di ambang pintu.
Arham pun jatuh pingsan.

*****
Part end nya besok ya!
Setelah Arham ditemukan oleh penduduk pada pagi harinya, ia dirawat sementara di rumah kepala desa.
Satu hal yang mengejutkan, Arham baru mengetahui jika ia telah menghilang tiga hari lamanya. Padahal ia merasa hanya berada semalam saja di hutan sana.
Ada warga yang mengatakan bahwa hutan di kawasan pinggir desa tersebut memang angker, namun jarang sekali ada orang yang tersesat di dalamnya. Dan menurut pengakuan warga juga,baru kali ini ada orang luar yang kesasar saat hendak masuk ke desa mereka.
Arham jadi malu.
Tapi pikiran Arham masih linglung.
Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh kepala desa tak dapat ia simak dengan seksama.
Kejadian demi kejadian aneh yang berlangsung selama ia berada di hutan seolah hanya seperti mimpi buruk belaka. Ia sudah lupa detilnya seperti apa.
Sekilas Arham ingat dengan seseorang. Seseorang yang telah menyelamatkan dirinya dari marabahaya ketika ia dikejar-kejar di hutan. Tanpa bantuan dari orang tersebut, mustahil dirinya berhasil keluar dari wilayah tersebut dalam keadaan hidup.
Naniek, ia ingat betul dengan nama itu.
Kepala desa dan beberapa warga yang ada di situ terperanjat mendengar Arham.
Awalnya mereka ragu, namun akhirnya mereka mengungkapkan suatu fakta.
Dengan raut wajah sedih, kepala desa berkata,
"Sebenarnya Naniek adalah istri dari putraku yang telah meninggal. Namun sayang, Naniek pun sudah tak ada lagi di sini.. "
"Kalau begitu, di mana dia sekarang? Aku ingin menemuinya, aku harus berterima kasih pada dia.. ",desak Arham.
Lalu kepala desa menjawab dengan dalam,
"Maafkan saya, tapi Naniek sudah lama wafat. Ia ditemukan meninggal setelah menghilang beberapa hari. Bahkan saya sendiri yang mengangkat jenasahnya dari gubuk di tengah hutan itu, lima tahun yang lalu".
Arham terhenyak.
Satu persatu adegan ketika ia melewati berbagai teror bersama Naniek melintas di kepalanya.
Terlalu banyak yang belum ia pahami seutuhnya mengenai peristiwa malam tadi. Arham berpikir keras, namun tak juga menemukan jawaban yang pasti.
Hati Arham pilu.
Sekali lagi ia menitikkan airmata, lalu di dalam hati ia berdoa untuk kebaikan Naniek yang berada di alam sana.

*****
Gerimis membasuhi bumi dengan syahdu pada siang hari itu.
Dari dalam kelas yang telah sepi, Arham melamun memperhatikan rintik-rintik yang membasahi jendela.
Sudah empat bulan lamanya ia menetap sambil mengajar di desa Gula Djawa.
Sedikit-sedikit, ia mulai menyukai desa ini. Baik dari faktor penduduknya, suasana yang sederhana dan juga lingkungannya yang masih asri.
Arham tergugah dari lamunan panjang ketika matanya menangkap sesosok perempuan sedang berdiri di tengah-tengah hujan.
Perempuan yang tampak tak asing tersebut memperhatikan dirinya dengan tubuh basah bermandikan gerimis.
Seketika Arham bahagia.
Ia tersenyum melihat Naniek yang ada di sana. Baru sekarang ini ia muncul kembali setelah pertemuan terakhir mereka saat kejadian di hutan waktu itu.
Naniek pun membalas senyum Arham dengan senyuman yang begitu tulus.
Bibirnya berucap pelan, mengatakan selamat tinggal.
Lalu ia melangkah mundur ke balik pepohonan dan kemudian sosoknya pun menghilang.

- Selesai -
Sekian untuk cerita pada malam hari ini !
Semoga kalian terhibur dengan kisahnya.
Selamat bermalam Jumat .
Good night en sleep tight!

*****

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with IndraOne

IndraOne Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @adelbert_rusty

Oct 13
- GANTUNG -

Berdasarkan kejadian nyata

@IDN_Horor

#malamjumat
#ceritahorror
#ceritaserem Image
Malem sob!
Lama juga ane vakum dari menulis dan kebetulan pengen posting cerita lagi, semoga klean suka ya dgn kisahnya.
Nama tokoh dan lokasi kejadian,kayak biasa akan disamarkan demi kenyamanan bersama.
Dan sebelom kita mulai yuk banyakin likes dan rt biar tritnya rame. Kalo udah, so let the haunt begin!

*****
Read 81 tweets
Aug 26
- DIHISAP HANTU -

Berdasarkan kejadian nyata

@IDN_Horor

#ceritaserem
#ceritahorror
#Jumat
#hantu Image
Malem sob!
Buat ngisi waktu santai, ane akan tuliskan satu cerita yang kejadiannya udah lumayan lama.
Tapi sebelum mulai, ramein dah tritnya dengan rt dan likes yang banyak.
Kalo udah, so let the haunt begin!

*****
Dahulu,almarhum bapak pernah cerita, jauh di dalam hutan sana terdapat hantu yang suka menghisap darah manusia.
Aku, yang kala itu masih anak ingusan sering di wanti-wanti agar jangan sampai bermain terlalu masuk ke dalam jika tak ingin bertemu dengannya.
Read 51 tweets
Aug 18
-Mogok -

Berdasarkan kejadian nyata

@IDN_Horor

#malamjumat
#ceritaserem
#ceritahorror
#ceritapendek
Malem sob!
Cerita yang akan ane tulis dibawah ini kisahnya singkat aja. Gak ada konflik yang berarti atopun yang sifatnya bertele-tele, murni hanya nyeritain pengalaman horor seseorang.
Nama tokoh yang bersangkutan akan ane samarkan untuk kenyamanan bersama. Namun sebelum mulai yuk ramein tritnya dengan like en rt yang banyak.
Kalo udah, so let the haunt begin!

*****
Read 55 tweets
Aug 10
- Dendam Dalam Semangkuk Bakso -

Berdasarkan dari kejadian nyata

@IDN_Horor

#ceritaseram
#ceritahoror Image
Malem sob!
Kisah di bawah ini merupakan peristiwa nyata yang pernah terjadi sekitar tahun 1998 yang lalu.
Seperti biasa, nama tokoh yang bersangkutan dan lokasi kejadian akan ane samarkan untuk kenyamanan bersama.
Dan seperti biasanya lagi, yuk ramein tritnya dengan rt dan like yang banyak.
Kalo udah, so let the haunt begin!

*****
Read 76 tweets
Jul 31
- CURHAT -

Sebuah Kisah

@IDN_Horor

#MINGGU
#ceritaseram
#curhat Image
Malem sob!
Karena lagi suntuk,ane akan menuliskan satu cerita pendek buat nemenin akhir pekan kalian.
Seperti biasa, sebelum mulai yuk ramein tritnya dengan rt dan like sekalian.
Kalo udah so let the haunt begin!

*****
Read 61 tweets
May 27
Surau Kecil di Pinggir Sungai

Berdasarkan dari kejadian nyata

@IDN_Horor
@bacahorror
@chow_mas
@sekolahhoror

#CeritaHoror
#CeritaMisteri Image
Malem sob!
Kisah berikut ini terjadi di sekitar awal tahun 90 yang silam.Bagian dialognya akan ane tuliskan dengan menggunakan bahasa melayu sesuai dengan latar asli ceritanya namun tanpa ane cantumin terjemahan karena masih bisa dipahami dengan mudah.
Nama tokoh yang bersangkutan dan tempat seperti biasa akan ane samarkan demi kenyamanan bersama. Dan seperti biasanya juga yuk ramein tritnya dgn like dan rt sekalian.

Kalo udah, so let the haunt begin!

*****
Read 79 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(