#BangEn Profile picture
Dec 10 44 tweets 8 min read
Pontang-panting Retno berlari, menerobos masuk ke dalam deretan pohon-pohon sawit. Pikirnya makhluk itu akan terhalang oleh tanaman berdaun lebat dan tinggi itu, tetapi nyatanya tidak sama sekali.
Ditolehnya sesekali ke arah belakang, pohon sawit itu tumbang satu per satu karena di injak jin tersebut. Pikirannya kalut, mencari cara agar dapat selamat dari maut.

"Retno ...."
Dia mendengar suara seseorang memanggilnya. Tanpa menghentikan langkah, dia mengedarkan pandangan ke sekitar.

"Siapa?" tanyanya saat tak menemukan sumber suara.

"Kemari ... ikuti suaraku," ucap suara itu lagi.
Retno terjungkal ke arah depan, saat tanpa dia sadari makhluk itu menghantam tanah di dekatnya.

"Cepatlah!" seru suara itu lagi.

Tanpa pikir panjang Retno bangkit dari tanah dan mulai berlari mengikuti suara itu.

"Persimpangan di depan belok kanan!"
Seperti kompas, Retno mengikuti arahannya.

"Di depan ada sebuah pohon besar, terdapat lubang di tengahnya, masuk dan sembunyi di sana," ucap suara tanpa sosok itu lagi.

Retno melihat pohonnya, sebuah pohon beringin yang sangat besar, di tengah kepungan pohon sawit.
"Aneh," gumam Retno.

Meski dalam hati ragu, tetapi dia mau tak mau harus masuk ke dalamnya, selain tak tahu harus ke mana, napasnya pun sudah sampai di penghujung.

Saat kaki jin tersebut hampir menginjak tubuhnya, Retno berhasil berguling dan masuk ke dalam lubang di pohon itu
Retno mengatur napas, mencoba memperlambat detak jantung, tetapi tak semudah itu sadarnya. Dia selamat, karena arahan yang didengarnya entah dari siapa atau apa.
Saat mata Retno sudah beradaptasi dengan gelapnya keadaan dalam lubang di pohon, dia tersentak, di hadapannya ada sosok gadis kecil yang berjongkok dan menatapnya.

"K-kamu siapa?" tanya Retno.

Gadis kecil itu tak menjawab, hanya memperhatikan Retno dengan saksama.
"Apa kamu yang tadi mengarahkan saya?" kejar Retno lagi.

Gadis kecil yang terlihat sangat lusuh tersebut hanya menggeleng, tak ada satu pun kata yang keluar dari mulut mungilnya, sementara tangannya terlihat bergetar sambil mencengkeram tanah.
Retno paham bahwa yang ada di hadapannya sekarang bukanlah manusia, jadi dia tak perlu mempertanyakan hal itu, dia hanya penasaran soal keberadaan arwah gadis kecil itu di sini, kenapa bisa?
"Ya, sudah, tak perlu dijawab kalau memang tak mau," ucap Retno mencoba menenangkan arwah itu kembali.

Arwah yang marah akan menjadi masalah besar, tak peduli walau sosoknya terlihat masih anak-anak.

"Keluarlah sekarang!" perintah suara itu lagi pada akhirnya.
"Ke mana?" tanya Retno.

"Keluar segera jika tak ingin di dalam sana selamanya!" seru suara itu lagi.
Belum sempat Retno merespon, sosok gadis kecil di hadapannya sudah berubah wujud, menjadi sosok nenek-nenek berambut putih, wajah penuh dengan koreng dan nanah, dari matanya keluar darah berwarna hitam, mengeluarkan bau bangkai yang menyesaki dada Retno seketika.
"Keluar sekarang!"

Retno tersadar oleh teriakan suara itu.
Cepat Retno bangkit dan keluar dari lubang yang hanya cukup dimasuki oleh satu orang dewasa itu. Retno menoleh kembali ke dalam lubang, dilihatnya sosok si nenek sedang mentertawainya, dan dalam sekejap lubang sudah menutup kembali, seperti tak pernah ada sebelumnya.
"Siapa kau?" teriak Retno frustrasi sambil mengedarkan pandang ke sekeliling.

"Tak penting siapa aku, yang terpenting kau selamat dan berhasil keluar dari tempat terkutuk ini!" seru suara itu tiba-tiba dari belakang Retno.
Retno memutar tubuhnya, tetapi tetap tak dia dapati sosok tersebut. "A-apa aku ... mengenalmu?"
Arwah itu mengabaikan pertanyaan Retno, lantas dia berkata, "Cepatlah ikut aku, jika sampai kau masih berada di sini hingga malam hari, kupastikan seluruh penghuni kebun sawit akan keluar dan mengincarmu! Dua sosok itu belum seberapa!" serunya.
Tanpa pikir panjang lagi, Retno mengikuti suara yang muncul dari depannya, walau masih ada yang mengganjal di hatinya soal sosok yang sedang menuntunnya saat ini. Namun suaranya ... suaranya seperti  tak asing bagi Retno, itu yang baru dia sadari.
"Seberapa luas tempat ini?" Retno mencoba mengajaknya berkomunikasi.

"Cukup luas untuk membuat siapa pun tersesat dan tak kembali."

"Apa kau salah satu yang tersesat itu?"

"Mungkin, tapi bukan tersesat sepertimu, tetapi lebih ke pemikiran."

"Pemikiran?" gumam Retno.
"Cepatlah!" perintahnya lagi.

Entah sudah berapa meter mereka berjalan, sudah berapa pohon yang dilalui, dan seberapa banyak belokan yang mereka lintasi, tetapi belum juga terlihat ujungnya di hadapan Retno.
Napas Retno mulai tersengal kembali. Kakinya sudah tak mampu untuk melangkah.

"Apa memang sejauh ini?" keluh Retno.

"Sebentar lagi, bertahanlah!" pinta si arwah.

Retno sudah seperti menyeret langkahnya, tak lagi benar-benar menapaki.

"Lihat!" seru si arwah.
Retno tersenyum kala melihat cahaya matahari yang tak terhalangi dedaunan rindang pohon sawit. Kakinya seperti mendapat tenaga baru, melangkah mantap dan pasti.
"Kenapa kau menolongku?" tanyanya sebelum dia keluar dari perkebunan sawit. "Kupikir penghuni hutan ini semuanya arwah yang jahat."
Si arwah menampakkan diri di samping Retno dan menatapnya. "Tak semuanya jahat, tetapi aku pun tak sebaik yang kau kira. Ada satu hal yang kupinta sebagai gantinya."

Retno membulatkan matanya melihat sosok yang menuntunnya itu.
Arwah Mansor adalah arwah yang menuntun dan membantunya keluar, pantas saja dia hafal dengan baik seluk-beluk perkebunan sawit ini, karena dia sang pemilik perkebunan.
Dugaan Retno sebelumnya benar, bahwa Mansor yang menusuk tangan dan memberinya racun, bukanlah manusia lagi, tetapi Retno heran, kenapa setan mengambil tubuhnya Mansor juga? Bukannya mereka bersekutu?

"K-kau?" tanya Retno tak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Apa kau bersedia melakukannya?" tanyanya mengabaikan keterkejutan Retno.

"Melakukan apa?"
"Dari awal kedatanganmu ke rumahku, aku sudah mengikuti dan mengawasi dirimu dari jauh. Aku merasa kamu dapat membantu menyelesaikan masalah di desa ini, masalah yang kumulai, tetapi tak bisa kuakhiri.
"Aku ingin kau menghentikan setan yang menyebabkan semua ini, setan yang sudah menguasai tubuhku sepenuhnya!

"Aku tak tahu nama pastinya, dia mempunyai banyak nama di setiap tempat yang memujanya, tetapi dia memakai tubuh dan namaku sekarang, Mansor!"
"Bagaimana caranya? Lantas kenapa tubuhmu juga diambil alih? Apa yang sebenarnya terjadi?" kejar Retno.

"Retno?"

Retno menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya.

"Wawan?"
Retno tersenyum melihat sahabatnya datang, sampai melupakan arwah Mansor di sampingnya. Saat menoleh ke arwah Mansor lagi, ternyata dia sudah menghilang.
Wawan berlari ke arah Retno. "Ternyata memang kau! Baru saja kami mau masuk ke dalam hutan untuk mencarimu!" serunya lantas menatap beberapa orang yang ikut bersamanya.

"Pak Abduh? Dan ...?" tanya Retno.

"Saya Pak Sugeng," jawab pria yang seumuran dengan Pak Abduh.
"Pak Sugeng ...?"

"Kau benar! Dia Pak Sugeng yang arwah Santi ceritakan!" seru Wawan.

"Bagaimana kamu bisa keluar?" tanya Pak Sugeng penasaran. Pak Abduh dan Wawan pun menatap dengan penuh tanda tanya.
"Arwah Mansor yang membimbing saya," jawab Retno pelan, masih ada sedikit ragu yang tersisa. "Tapi apa itu mungkin?"

Pak Abduh dan Wawan terkejut mendengarnya.
"Itu memang dia! Saya pernah tersesat di perkebunan ini beberapa tahun lalu, dan arwah Mansor juga yang membimbing saya hingga berhasil keluar," tambah Pak Sugeng, menambah keterkejutan mereka.
"Hanya saja saya tak berani menceritakannya kepada siapa pun saat itu, saya terlalu takut keselamatan keluarga saya terancam oleh setan yang bersemayam di tubuh Mansor. Di mana dia sekarang?"
"Dia langsung menghilang saat melihat kalian datang." Retno menatap Pak Sugeng dengan saksama. "Apa yang sebenarnya terjadi saat Mansor kembali ke desa waktu itu, Pak?" 

"Ada baiknya kita kembali ke desa dulu, tempat ini tidak aman," usul Pak Abduh dan diamini oleh mereka semua
"Ret, tanganmu?" tanya Wawan menyadari tangan Retno yang terluka.

"Nanti saya obati ketika sampai di rumah," ucap Pak Sugeng.
Rasa lega hadir di hati Retno, tetapi rasa penasaran pun melekat di tempat yang sama. Sejenak Retno bahkan lupa bahwa dirinya sudah 'ditandai', entah kapan racun itu menggrogotinya dengan sempurna hingga jiwa terpisah dari raganya.
"Tolong hentikan dia!" seru arwah Mansor dari kejauhan, memperhatikan Retno dan lainnya yang semakin menjauh.

Bersambung....

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with #BangEn

#BangEn Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Enrickohendaya1

Dec 13
"Yang perlu kalian ingat adalah, jangan sampai benang kalian terputus! Jika sampai itu terjadi, salah satu di antara kalian yang masuk ke dalam Padang 12, tidak akan pernah kembali!"
Read 53 tweets
Dec 12
Selamat Malam.

Desa Setan dikit lagi sampai batas bab yang dibolehkan penerbit untuj di-share, setelah itu bagi yang penasaran dan ingin membaca hingga tamat, solusinya hanya 2:

1. Beli novel cetaknya
2. Ikut give away-nya (jika nanti diadakan 😂)
Jangan bersedih bagi yang tidak bisa membeli, kalian bisa bantu share promo novelnya nanti, dan sebagai gantinya, saya akan menulis banyak cerita horor hingga tamat di sini.

Di bawah saya spill cover novel online saya yang berserakan di mana-mana.
TUJU

Kisah tentang santet yang mengerikan dari daerah Kalimantan Barat. Image
Read 4 tweets
Dec 11
Saat ini mereka sudah berada di rumah Pak Sugeng, duduk di teras rumahnya yang sederhana, dengan empat cangkir kopi panas yang disiapkan istri Pak Sugeng.
Read 49 tweets
Dec 9
Perlahan mata Retno terbuka. Sinar matahari yang masuk lewat ventilasi jendela di dekatnya, menerpa tepat ke arah matanya, membuatnya mengerjap-ngerjap saat itu juga.

Tak hanya itu, bau setanggi menyeruak ke dalam hidungnya, menyesakkan dada seketika.
Read 40 tweets
Dec 8
Assalamualaikum. Selamat malam.
Sebelum mulai bab 7, saya mau mengucapkan terima kasih atas antusias kalian di cerita saya ini, cerita yang saya garap dari tahun 2022.
Saya tak menyangka ternyata lewat Twitter saya yang sepi sejak tahun 2019 aplikasi ini diunduh, cerita saya bisa lebih dikenal.

Oke, novel ini alhamdulillah sudah dipinang oleh Penerbit Epilog, dan mungkin akan segera terbit dalam buku cetak.
Read 40 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(