Henry Setiawan Profile picture
Feb 2, 2023 54 tweets 9 min read Read on X
-- GUNUNG SUMBING --

Pendakian horror dua sahabat di Gunung Sumbing Tahun 1998

Ijin tag yaa...
@bacahorror_id @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @Penikmathorror @diosetta

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #ceritahorrorpendaki Image
GUNUNG SUMBING 1998
(Ketika Batas Hidup dan Mati Tinggal Seujung Jari)

Part. 1

Bulan Desember tahun 1998
Saat itu usiaku belumlah genap 17 tahun dan aku masih duduk di kelas 2 SMA.
Di suatu siang saat jam istirahat kedua, salah satu temanku mendatangiku yang sedang asyik merokok di pojok belakang toilet sekolah. Ya.. salah satu kelakuan nakalku saat sekolah dulu adalah merokok, kuharap tidak ada yang menirunya.
Dia adalah Anton, teman sebangku sekaligus salah satu partnerku mendaki gunung.
"Sialan, kucari-cari di kantin ga ada tenyata mojok di sini pacaran sama asap" ucapnya.

"Nih" jawabku singkat sembari memberikan rokok yang baru kuhisap.
Anton menerimanya lalu segera menghisapnya. Dulu memang kami terbiasa berbagi sebatang rokok untuk bersama. Di kalangan kami, kami menyebutnya dengan "join".
"Minggu depan naik yuk" ucap Anton.

"Kemana?" Sahutku.

"Sumbing gimana?" Ucap Anton.

"Lagi tipis nih" jawabku mengisyaratkan isi kantongku.
"Gampang. Aku ada segini, tinggal nambah dikit paling cukup. Yaa.. paling ga buat berangkat, logistik, rokok. Pulangnya tar gampang, kita mampir ke tempat saudaraku di Temanggung minta ongkos pulang.. hahahaha" ucapnya.
"Berangkat..." Timpalku.

Ya begitulah kami saat itu ketika merencanakan pendakian. Sedikit saja keyakinan sudah cukup untuk memantapkan keberangkatan kami. Sisanya dipikir nanti sambil jalan.
Harap dimaklumi, jiwa muda yang masih membara terkadang membuat kami mengesampingkan risiko yang mungkin saja terjadi akibat dari perbuatan nekat dengan minim perhitungan.
Tetapi dari segala pengalaman itu, kami bisa belajar untuk semakin mempertimbangkan segala hal, menghitung segala risiko dan membuat antisipasi di perjalanan-perjalanan berikutnya.
Hari yang ditentukan untuk pendakian Gunung Sumbing pun telah tiba. Dengan nekat "cabut" dari sekolah saat jam istirahat pertama di hari sabtu, aku dan Anton segera menuju ke terminal.
Sebelum menaiki bus yang akan membawa kami ke basecamp Gunung Sumbing yaitu di Desa Garung, Wonosobo, kami sempatkan mampir ke toilet terminal dulu untuk mengganti pakaian seragam kami dengan pakaian biasa.
Meskipun tergolong cukup bandel semasa sekolah, tetapi kami berprinsip tetap harus berusaha menjaga nama baik sekolah dengan tidak menggunakan seragam sekolah ketika bolos, karena sekolah kami termasuk sekolah favorit di kota kami.
Setelah semuanya siap, kami pun segera memasuki bus yang telah siap berangkat dengan tujuan akhir Purwokerto, melewati Temanggung dan Wonosobo.
Bus kini telah meluncur. Usai membayar ongkos, kami pun beristirahat karena perjalanan ini lumayan lama. Kulihat Anton sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Dengan model tidurnya yang khas yaitu mulut terbuka, dia terlihat cukup lelap.
Aku pun berusaha ikut tidur pula, tetapi sedari tadi kucoba memejamkan mata kurasa sangat sulit untuk bisa menyelami alam mimpi. Ada sedikit perasaan mengganjal dalam hatiku yang justru tak kupahami apa itu.
Kupandangi saja ke arah jendela bus yang telah basah di sisi luarnya akibat hujan yang memang wajar turun di musim ini. Siapa tau dengan memandang ke luar bisa membuatku menjadi ngantuk dan terlelap dengan sendirinya.
Trik yang kucoba ini ternyata cukup berhasil. Perlahan kurasakan mataku semakin berat. Tak lama akupun telah sepenuhnya kehilangan kesadaran.
Ketika aku tertidur, aku mengalami mimpi yang cukup aneh. Di dalam mimpiku itu aku seperti sedang berada ki kerumunan banyak orang. Kulihat di sekelilingku ternyata aku berada di tengah-tengah sebuah kota.
Tapi aku tak bisa mengenali ini di kota mana. Yang jelas banyak gedung-gedung menjulang tinggi, jalan-jalan pun terlihat sangat besar, tidak seperti jalanan di kotaku. Tak lama berselang orang-orang di sekitarku berlarian kesana-kemari tak tentu arah.
Lalu tak lama muncul kobaran api dimana-mana. Asap tebal membumbung. Mirip kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Tp ini berbeda, kenapa aku bisa bilang berbeda? Krn berita tentang demonstrasi, reformasi, dan chaos di beberapa wilayah di Indonesia saat itu selalu kuikuti melalu siaran tv
Meskipun saat itu aku masih SMA, tetapi jauh di dalam benakku ingin sekali bergabung dengan kakak-kakak mahasiswa di jalanan untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan.
Tak lama berselang, dari balik gedung yang cukup tinggi itu muncul suatu makhluk yang mungkin dikenali seperti genderuwo oleh orang-orang. Tetapi di dalam mimpiku itu aku tak begitu jelas melihat seperti apa bentuknya. Yang jelas makhluk itu tinggi besar, itu saja.
Beberapa detik saja, makhluk itu mengamuk dan mengambil orang-orang di sekitarku lalu memakannya. Aku pun menjadi sangat takut dan panik. Aku coba berlari entah kemana yang jelas mencoba menghindari makhkuk itu. Tapi sial, makhluk itu melihatku. Dia lalu mengejarku.
Dalam pelarianku itu, di kejauhan aku melihat kedua orang tuaku berdiri lalu tersenyum. Saat aku hendak berlalu menuju tempat kedua orang tuaku berada, sepintas aku melihat tangan makhluk itu mengayun menuju ke arahku. Kulihat ada semacam cakar yang panjang dan runcing.
Ketika cakar makhluk itu hampir mengenaiku, tiba-tiba... Claap... Seluruh tempat ini dipenuhi cahaya putih yang sangat terang, bahkan menyilaukan. Seketika itu pula aku pun terbangun dengan nafas tersengal dan keringat bercucuran.
Mimpi apa ini, batinku.

Kulihat di sampingku Anton ternyata masih tertidur dengan gayanya yang khas. Aku memandang keluar untuk mengenali sampai di mana saat ini. Ternyata bus ini sudah sampai di Temanggung. Berarti sebentar lagi kami akan sampai di Garung.
Ternyata aku tadi tertidur cukup lama. Tetapi di dalam mimpi serasa hanya beberapa menit saja. Kutarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya dengan cepat seolah membuang segala beban yang ada di benakku.
Kubangunkan Anton lalu mengajaknya merokok di belakang di dekat pintu. Kupikir, daripada memikirkan mimpi tidak jelas itu, lebih baik ngobrol sambil merokok di belakang. Siapa tau juga di sana ada cewek cakep yang bisa menyegarkan pandangan mata.
Setelah menghabiskan beberapa batang rokok sembari ngobrol bersama kernet bus akhirnya kami sampai juga di Desa Garung. Kuhirup sedalam-dalamnya udara sejuk kaki gunung sumbing yang sekaligus gunung sindoro karena letaknya bersebelahan.
Kuisi setiap kisi-kisi paru-paruku dengan udara segar pegunungan ini. Terasa sangat segar. Sangat berbeda dengan udara perkotaan yang penuh dengan polusi.
Kulihat beberapa orang berpenampilan khas pendaki di sekitar sini. Mungkin mereka juga akan mendaki Gunung Sumbing sama denganku. Tidak terlalu ramai meskipun akhir pekan. Wajar saja karena saat ini bulan puasa.
Banyak pendaki yang beristirahat sementara waktu di bulan puasa. Berbeda denganku dan Anton yang tetap pergi mendaki gunung meskipun sedang di bulan suci. Dan kami juga tidak puasa. Sungguh laknat kelakuan kami di masa dulu. Kuharap kalian yang membaca ini tidak menirunya.
Setelah melemaskan otot dan melepaskan penat akibat perjalanan yang cukup lama di dalam bus, kami mulai melangkahkan kaki menuju ke basecamp Gunung Sumbing yang letaknya hampir di ujung desa.
Lokasi basecamp jaman dulu cukup jauh dari jalan raya. Sebetulnya kami bisa saja menyewa ojek, tetapi mengingat isi kantong kami yang pas-pasan, maka uang itu akan lebih berguna jika kami gunakan untuk menambah logistik.
Jika kalian pernah naik ke Gunung Sumbing via Garung dan menemui plang besar bertuliskan "STICK PALA", maka di dekat situlah letak basecamp Gunung Sumbing jaman dulu. Kalau sekarang setahuku sudah dipindahkan agak ke bawah, lebih dekat dengan jalan raya.
Sesampainya di basecamp kami melaporkan kedatangan kami sekaligus registrasi kepada petugas. Seperti biasa, proses registrasi pendakian gunung waktu itu sangat mudah.
Cukup menggunakan kartu identitas (KTP/SIM/Kartu pelajar) dan membayar retribusi yang tentunya sangat murah kami sudah dinyatakan sebagai pendaki resmi.
Kami mendapatkan dua lembar kertas berisi peraturan memasuki kawasan Gunung Sumbing dan peta jalur pendakian. Dan tentunya tiket sebagai bukti registrasi.
Hingga hari menjelang sore, kami hanya menghabiskan waktu bermalas-malasan di bale besar yang disediakan pihak basecamp. Kami hanya beristirahat menunggu waktu untuk memulai pendakian sehabis maghrib nanti.
Jaman dulu memang kami menyukai perjalanan pendakian malam hari. Fikir kami dulu, mendaki malam hari itu lebih nyaman karena adem dan tidak terlihat berat dan terjalnya medan pendakian.
Maklum kami masih minim ilmu waktu itu. Tetapi setelah mendapatkan pendidikan khusus, kami mulai merubah kebiasaan. Sekarang kami lebih memprioritaskan mendaki saat siang. Karena risikonya jelas lebih kecil.
Malam mulai menjelang. Kami telah bersiap memulai pendakian. Tepat sebelum kami mulai melangkah, ada seseorang yang menemui kami dan meminta bergabung karena dia mendaki seorang diri.
Tidak keberatan sama sekali, kami pun mengajaknya untuk bersama-sama merayapi Gunung Sumbing melalui jalur-jalur setapaknya menuju ke puncak tertingginya. Aku lupa nama orang itu, sebut saja namanya Wahid, seorang mahasiswa dari Jogja.
Selangkah demi selangkah kami ayun meninggalkan pemukiman warga beserta segala aktifitasnya. Kegelapan kini mulai menemani perjalanan.
Hanya bermodal cahaya senter untuk mengusir kepekatan serta sedikit obrolan untuk memecah kesunyian. Ya benar memang sunyi karena ternyata kami tidak berbarengan dengan kelompok pendaki lainnya.
"Sepertinya kita tidak sendirian, mas. Dari tadi aku merasa ada yang mengikuti di belakang. Entah kalian merasakan atau tidak" ucap Mas Wahid ketika kami mulai meninggalkan area perkebunan warga.
Sebetulnya aku juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Mas Wahid. Tapi aku sedari tadi tidak membicarakannya.
Selain nyaliku yang saat itu masih sebiji kacang, juga aku pernah mendengar jika kita merasakan hal ganjil saat di gunung sebaiknya tidak dibicarakan sampai kita pulang.
"Iya mas" jawabku singkat tidak menampik kata-kata Mas Wahid.
Tak berapa lama usai kami membicarakan hal itu, tiba-tiba hujan mulai turun. Sebetulnya hal yang wajar saja karena sekarang sedang musim hujan, tetapi entah kenapa aku merasa ada hal janggal saat ini.
Kami memutuskan tetap melanjutkan perjalanan dengan memakai jas hujan. Hingga ketika kami hampir sampai di pos 2 tiba-tiba ada suara petir sangat keras menyambar di dekat kami.

Bersambung....
Part 1 selesai yaa.. lanjut part 2 minggu depan. Cerita ini sudah selesai di karyakarsa. Kalau mau ba bisa langsung ke sana aja.. jangan lupa support, follow dan retweet yaa.. terima kasih orang-orang baik...
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Henry Setiawan

Henry Setiawan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @loopdreamer

Aug 3, 2023
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 8
Curma

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @Long77785509 @benbela @penikmathorror @bagihorror

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Mereka pantas sedikit khawatir. Bagaimanapun juga mereka menghakimi Suprapti dengan cara kejam. Tidak menutup kemungkinan Sundari akan membalas dendam dengan ikut bersekutu dengan iblis.
Apalagi sundari memiliki getih anget. Sangat mudah baginya jika ingin berhubungan dengan bangsa lelembut.
Read 100 tweets
Jul 21, 2023
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 7

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @Long77785509 @benbela @penikmathorror

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Pak Marto juga duduk bersila sambil berdoa. Sedangkan Paman Arya berdiri di belakang Arga sembari memegang dua buah keris dengan bentuk yang sama di tangan kanan dan kirinya.
Kuedarkan pandangan ke sekeliling, hujan masih mengguyur ringan, di kejauhan nampak kursi taman dengan lampunya yang temaram. Samar kulihat seseorang duduk di sana menatap kami. Dia Sundari.

***
Read 98 tweets
Jul 13, 2023
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 6

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @Long77785509 @benbela @penikmathorror

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Lingga mengulas senyum tipis. Usahanya selama bertahun-tahun pada akhirnya akan selesai juga.
Tinggal beberapa tumbal lagi dari warga desa yang akan diambil sendiri oleh lelembut pengikut kolosetro dibawah perintah Ki Sentani dan Nyai Robloh serta tumbal terakhir yang lebih istimewa persembahan khusus darinya.
Read 100 tweets
Jul 6, 2023
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 5

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @Long77785509 @benbela @penikmathorror

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Sebelum mulai jangan lupa RT dulu biar rame. Yang belum follow, jangan lupa follow juga supaya tidak tertinggal update cerita terbaru
Read 101 tweets
Jun 14, 2023
[Update @karyakarsa_id ]
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 5
(Masa Lalu dan Masa Kini)

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit

karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Sundari semakin gusar dan gelisah sebab teror yang terjadi di desanya semakin marak. Bahkan hampir setiap hari ada warga yang diculik lelembut alas kidul untuk ditumbalkan demi mempercepat kebangkitan raja iblis kolosetro. Dan dia merasa semua itu disebabkan oleh dirinya.
Sementara Damar masih terus berusaha mencari pusaka keris kembang maya yang diyakini disimpan oleh seorang Resi yang tinggal di salah satu gunung besar bernama wukir udarati. Apakah Damar akan mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan Resi itu?
Read 6 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(