Sontak aku mengucapkan istigfar dan langsung melihat kebelakang. Mas Hadi kaget dengan kelakuanku yang terlihat sangat terkejut dan ketakutan dan ketika ku jelaskan apa yang kulihat ternyata Mas Hadi juga melihat perempuan tersebut.
Setelah sholat kami pun ke kamar dan tak lama Dedi dan Ujang pun masuk ke kamar di susul oleh Ratno.
Ketika aku ingin merapikan baju dan memasukan uang kembalian ke dompet, aku melihat tas ku sedikit berantakan seperti ada yang memasukan barangku dengan terburu-buru.
Saat aku cek isi tas, tidak ada uang maupun surat berharga seperti KTP dan SIM yang hilang, hanya foto aku dan istriku tidak ada di dalam dompetku. Apa mungkin terjatuh atau terselip di dalam tas?
Menurut kamu kemana perginya foto Parjo dan istrinya ya, guys?
Tapi yasudahlah foto tersebut bisa dicetak ulang karena masih ada di Hp ku.
Setelah merapikan baju kami pun memutuskan untuk ngobrol di dalam kamar saja sembari aku video call dengan istriku menanyakan keadaan dirinya dan ibuku.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut kami tidak menemukan hal-hal aneh dan pekerjaan pun berjalan lancar yah mungkin kemarin itu hanya sekelebat saja menunjukan dirinya tanpa maksud mengganggu.
Namun ternyata pikiranku salah........
Karena di hari ke 6, satu persatu terror mulai bermunculan. Mereka sering menampakan wujud mereka ke kami yaitu seorang wanita berselendang merah dan seorang anak kecil.
Diawali ketika aku, Ratno, dan Dedi sedang membersihkan taman belakang menjelang magrib. Aku dan Ratno memangkas rumput, sedangkan Dedi menyapu serta mengumpulkan rumput yang telah kami potong.
Ketika kami sedang memotong tiba-tiba Dedi berteriak memanggil aku dan Ratno!
“Mas Jo, mas Ratno!! Masuk mas ayo cepat!!”, kata Dedi
“Kenapa ded? Tanggung ini dikit lagi” ujarku
“Udah segera masuk mas nanti ku jelaskan ini dah mau maghrib” info Dedi
“udah Jo kamu masuk duluan aja aku mau rapihin rumput dibawah pohon”
Ratno pun menyuruhku masuk duluan
“yaudah kalau gitu No” akupun segera masuk keruangan
“Lah mas Ratno kenapa masih kerja? Buruan masuk sini mas” Ujar Dedi
“Udah ga papa Ded, bentar lagi juga masuk. Emang ada apa?” Kata Parjo
“Mas aku lihat wanita pakai selendang merah diatas pohon sambil menggerak-gerakan kakinya!!
Makanya aku segera menyuruh mas Ratno dan mas Jo buat masuk!!! Itu mas ratno gapapa masih diluar?”
“Astagfirullahaladzim kenapa ga bilang dari tadi sih” ujar Parjo dengan paniknya.
Dengan segera aku keluar dan mengajak Ratno masuk, namun terlihat dari jauh Ratno seperti sedang menggali sesuatu.
Bersambung....
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sinopsis
Tasbih Kosong adalah salah satu film horor yang mengangkat kisah nyata dari Sulawesi Selatan. Film ini menceritakan 2 orang pegawai kantor balai statistik yang bernama Asti (diperankan oleh Riskyana Hidayat) dan Umar (diperankan oleh Fritz Frederich).
Mereka ditugaskan untuk pembaruan data di sebuah desa terpencil. Namun siapa sangka kalau ternyata warga dari desa terpencil itu memiliki perjanjian dengan setan dengan menumbalkan manusia sebagai ritual utama mereka.
Aku melihat seperti buku catatan, boneka kayu (seperti jelangkung) yang dibalut selendang merah. Dan akupun langsung memanggil Ratno,
“No sini sebentar coba lihat apa ini”
Aku menunjukan barang yang aku temukan dan Ratno pun bereaksi sama denganku saat melihat benda yang kutemukan, dia pun mulai membaca buku catatan tersebut.
“Jo sebaiknya barang ini biar ku simpan saja jangan kasih tau yang lain takutnya malah menimbulkan kepanikan”,-
Sesampainya di rumah, Ratno dan Ujang langsung ngeriung di ruang tamu bersama yang lainya akupun langsung ambil wudhu dan langsung sholat Isya soalnya bila langsung ikut ngobrol sama yang lain di ruang tamu pasti bakal panjang, akhirnya jadi malas sholat karena sudah mengantuk.
Aku menyalakan lampu dan mulai mengambil wudhu, Baru saja membaca doa dan mencuci tangan tengkuk leherku kembali dingin dan sekujur tubuhku terasa merinding. Namun pada saat itu, aku mencoba untuk nggak menghiraukan.
Ternyata yang menepuk bahuku adalah mas Hadi dan memberitahukan bahwa material sudah datang dan dari tadi ujang memanggilku namun tidak ku gubris sama sekali.
Jujur seketika pikiranku sempat kosong saat melihat lemari tersebut padahal tidak berisikan apa-apa tapi yasudahlah mungkin hanya perasaanku saja.
Aku dan Ujang pun segera merapikan material sembari Mas Adi mengecek material yang datang apakah sesuai dengan kebutuhan kami.
Keesokan harinya setelah pamit, aku pun langsung bergegas ke Jakarta. Sampai di stasiun Senen, aku langsung di jemput oleh Ratno. Betapa bahagianya aku bertemu kawan lamaku ini dan aku cukup terkejut ketika melihat ratno yang agak kurusan.
Usut punya usut ternyata ratno juga baru cerai dengan istrinya beberapa bulan yg lalu. Jujur aku lumayan kaget saat mendengar Ratno sudah bercerai dan akupun segera mengalihkan pembicaraan karena tidak ada gunanya juga bila aku menanyakan kenapa hal tersebut bisa terjadi.