“no!!! Masuk dah mau magrib” Ratnopun terkejut melihat aku kembali ke taman dan dengan segera dia menyudahi pekerjaan dan segera masuk kedalam,
“kamu ngapain no potong rumput kok sampai gali-gali tanah?”,
“ga papa jo, kenapa sampai panik gitu manggilnya teriak-teriak?”
“si Dedi ngeliat perempuan pake selendang itu duduk diatas pohon no!!! Makanya aku segera manggil kamu takut kenapa-kenapa.”
seketika aku melihat wajah Ratno seperti agak panik, namun dia mencoba mengalihkan pembicaraan.
“oh gitu yaudah aku mau mandi dulu ya jo”
“kamu ga apa-apa no?”
“Ga apa-apa jo badan ku agak gatel abis potongin rumput makanya mau mandi duluan” dan Ratno pun langsung masuk ke kamar mengambil peralatan mandinya sementara aku, serta Dedi menceritakan hal ini ke rekan lainya.
Setelah itu banyak kejadian ganjil mulai terjadi dari Mas hadi dan dedi yang mendengar suara perempuan menangis pada saat renovasi kamar atas, lalu ujang yang hampir terjatuh dari tangga.
Karena dia merasa seperti ada yang mendorong dari belakang namun untung saja ada ratno yang sigap menahan ujang dari bawah dan bahkan ketika tidur pun aku merasakan kehadiran mereka.
Diawali ketika malam jumat setelah aku membaca surah al-kahf entah kenapa mataku terasa sangat berat dan akupun langsung membaringkan tubuhku ke kasur awalnya aku merasa hawa dingin di bagian belakang tubuhku dan mataku seperti setengah terbangun.
Pada saat tersebut terlihat dengan jelas wanita tersebut bersama dengan anak kecil yang mukanya terlihat sedih yang mana ia mencoba menghampiriku dan duduk di ujung kakiku.
Aku hanya membaca bisa membaca surat-surat pendek namun tampak terlihat dari bibir wanita tersebut mengucapkan seperti yang aku lafalkan hingga aku tidak tau apa yang sedang aku baca?
Bersambung......
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sinopsis
Tasbih Kosong adalah salah satu film horor yang mengangkat kisah nyata dari Sulawesi Selatan. Film ini menceritakan 2 orang pegawai kantor balai statistik yang bernama Asti (diperankan oleh Riskyana Hidayat) dan Umar (diperankan oleh Fritz Frederich).
Mereka ditugaskan untuk pembaruan data di sebuah desa terpencil. Namun siapa sangka kalau ternyata warga dari desa terpencil itu memiliki perjanjian dengan setan dengan menumbalkan manusia sebagai ritual utama mereka.
Sontak aku mengucapkan istigfar dan langsung melihat kebelakang. Mas Hadi kaget dengan kelakuanku yang terlihat sangat terkejut dan ketakutan dan ketika ku jelaskan apa yang kulihat ternyata Mas Hadi juga melihat perempuan tersebut.
Setelah sholat kami pun ke kamar dan tak lama Dedi dan Ujang pun masuk ke kamar di susul oleh Ratno.
Ketika aku ingin merapikan baju dan memasukan uang kembalian ke dompet, aku melihat tas ku sedikit berantakan seperti ada yang memasukan barangku dengan terburu-buru.
Aku melihat seperti buku catatan, boneka kayu (seperti jelangkung) yang dibalut selendang merah. Dan akupun langsung memanggil Ratno,
“No sini sebentar coba lihat apa ini”
Aku menunjukan barang yang aku temukan dan Ratno pun bereaksi sama denganku saat melihat benda yang kutemukan, dia pun mulai membaca buku catatan tersebut.
“Jo sebaiknya barang ini biar ku simpan saja jangan kasih tau yang lain takutnya malah menimbulkan kepanikan”,-
Sesampainya di rumah, Ratno dan Ujang langsung ngeriung di ruang tamu bersama yang lainya akupun langsung ambil wudhu dan langsung sholat Isya soalnya bila langsung ikut ngobrol sama yang lain di ruang tamu pasti bakal panjang, akhirnya jadi malas sholat karena sudah mengantuk.
Aku menyalakan lampu dan mulai mengambil wudhu, Baru saja membaca doa dan mencuci tangan tengkuk leherku kembali dingin dan sekujur tubuhku terasa merinding. Namun pada saat itu, aku mencoba untuk nggak menghiraukan.
Ternyata yang menepuk bahuku adalah mas Hadi dan memberitahukan bahwa material sudah datang dan dari tadi ujang memanggilku namun tidak ku gubris sama sekali.
Jujur seketika pikiranku sempat kosong saat melihat lemari tersebut padahal tidak berisikan apa-apa tapi yasudahlah mungkin hanya perasaanku saja.
Aku dan Ujang pun segera merapikan material sembari Mas Adi mengecek material yang datang apakah sesuai dengan kebutuhan kami.
Keesokan harinya setelah pamit, aku pun langsung bergegas ke Jakarta. Sampai di stasiun Senen, aku langsung di jemput oleh Ratno. Betapa bahagianya aku bertemu kawan lamaku ini dan aku cukup terkejut ketika melihat ratno yang agak kurusan.
Usut punya usut ternyata ratno juga baru cerai dengan istrinya beberapa bulan yg lalu. Jujur aku lumayan kaget saat mendengar Ratno sudah bercerai dan akupun segera mengalihkan pembicaraan karena tidak ada gunanya juga bila aku menanyakan kenapa hal tersebut bisa terjadi.